NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Sah

Takut dan khawatir. Itulah yang dirasakan Meldy sekarang. Bagaimana tidak, papa Hendra adalah orang tua satu-satunya yang dimiliki Meldy dan Melvin saat ini. Takut akan hal paling buruk yang akan terjadi.

Duduk disamping kasur rawat papa Hendra, Meldy terus saja menangis. Tak tega melihat tubuh papa Hendra dipenuhi oleh alat bantu medis.

"Dek, makan dulu yok. Tadi kakak udah beliin makan." Melvin menghampiri Meldy, sejak sadar dari pingsan nya, Meldy tak sedikitpun beranjak dari samping papa Hendra.

"Kak? Papa nggak akan kenapa-napa kan?."

"Papa pasti sembuh, papa kita kan kuat. Jadi sekarang kamu makan ya. Kalau kamu nggak makan, nanti papa sedih loh." Sebenarnya Melvin juga sama sedihnya dengan Meldy, tapi dia berusaha tegar untuk Meldy.

"Kakak suapin ya."

"Kakak udah makan?."

"Udah tadi, kakak makan sama om Edgar sebelum dia pulang." Jawab Melvin.

"Meldy makan sendiri aja kak."

Mereka berdua duduk di sofa yang memang tersedia diruangan VIP tersebut. Melvin terus menatap Meldy.

"Dek, kamu ngerasa sesuatu nggak sih?." Tanya Melvin.

"Apa kak?."

"Tentang pertunangan kamu sama Danial."

"Kenapa?." Meldy sama sekali tak mengerti maksud pertanyaan Melvin.

"Nggak tau kenapa kakak merasa karena penyakit yang papa derita ini, papa ngotot mempercepat pertunangan kamu dengan Danial."

"Bukannya kata papa sama om Edgar perjodohan itu sudah mereka buat sejak dulu."

"Itu memang, tapi kamu mikir nggak sih, kamu sama Danial masih SMA, kenapa papa ngotot melaksanakan pertunangan itu sekarang."

"Ntahlah kak, Meldy nggak mikirin itu lagi. Kalau pun dengan Meldy nikah sama kak Danial itu bisa buat papa sembuh, akan Meldy turuti." Meldy meletakkan, piring makanan nya diatas meja. "Apapun itu kak, asalkan papa sembuh." Meldy menatap papa Hendra yang terbaring diatas kasur rawatnya.

"Assalamualaikum." Meldy dan Melvin kompak menoleh kearah pintu, melihat siapa yang datang.

"Tante Kanaya? Kok tante datang lagi." Tanya Melvin, baru saja bunda Kanaya dan papa Edgar pamitan pulang.

"Tante malam ini mau menemani kalian." Bunda Kanaya meletakkan tasnya diatas meja. Rasanya tak tega meninggalkan kedua remaja itu hanya berdua saja menjaga papa Hendra.

"Bukannya tadi tante udah pulang?." Tanya Melvin, belum lepas sepuluh menit bunda Kanaya berpamitan.

"Nggak jadi, tante berubah pikiran. Jadi om sama Danial aja deh yang pulang. Om besok ada meeting pagi, jadi nggak bisa nginap."

"Tante juga harus pulang, tante udah sejak siang disini, pasti tante capek." Ucap Meldy.

"Nggak apa-apa sayang. Kita jaga nya gantian ya, sekarang Meldy sama Melvin tidur aja dulu, biar tante yang jagain papa kalian." Ucap bunda Kanaya.

"Nggak apa-apa tan, tante sama Meldy aja yang istirahat, biar Melvin yang jaga." Tentu Melvin tak enak hati membiarkan bunda Kanaya yang berjaga.

"Nggak apa-apa Vin, sekalian tante mau ngerjain laporan rumah sakit." Bunda Kanaya mengeluarkan sebuah tablet dari dalam tasnya. "Gini aja deh, kita sama-sama jaga, tapi siapa yang ngantuk tidur ya. Terutama kalian, besok kan harus sekolah."

Meldy dan Melvin mengikuti perkataan bunda Kanaya. Mereka akhirnya mencari kegiatan masing-masing. Melvin duduk disebelah papa Hendra sambil membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

"Tante manghandle pekerjaan rumah sakit sendiri?." Tanya Meldy, cukup tertarik melihat kegiatan bunda Kanaya yang sibuk dengan tablet ditangan nya.

"Nggak kok sayang, tante hanya memantau dan memeriksa dokumen-dokumen aja. Tapi nggak semuanya, ada asisten tante yang bekerja langsung dirumah sakit. Yaa, palingan tante cuma memeriksa beberapa laporan bulanan saja."

"Tante nggak pusing, mengurus rumah sakit sebesar ini sendiri?." Tanya Meldy. Just info, rumah sakit tempat papa Hendra dirawat sekarang adalah rumah sakit milik bunda Kanaya, lebih tepatnya warisan keluarga.

"Dulu diawal-awal iya, pusing banget. Tapi tante terus belajar, dan akhirnya terbiasa seperti sekarang." Meldy hanya diam, memperhatikan bagaimana cara bunda Kanaya berbicara kepada mereka, sungguh Meldy sangat merindukan sosok seorang ibu.

"Tan?."

"Hmm, kenapa sayang?."

"Boleh Meldy meluk tante, Meldy kangen sama mama."

Bunda Kanaya tersenyum. "Tentu dong, sini tante peluk." Bunda Kanaya merentangkan kedua tangannya.

"Meldy boleh kok anggap tante ini mama nya Meldy. Kalau Meldy mau, boleh panggil tante bunda, kayak Dea manggil tante." Bunda Kanaya mengusap-usap punggung gadis remaja itu.

"Terimakasih tante." Hangat dan nyaman, itulah yang saat ini Meldy rasakan. Walaupun mendapatkan limpahan kasih sayang dari papa Hendra, tetap saja Meldy merindukan belaian kasih sayang seorang ibu, Meldy tak bisa bohong akan hal itu.

Melvin memperhatikan interaksi antara bunda Kanaya dan Meldy. Sebagai seorang kakak, Melvin tentu tak tega melihat sang adik bersedih seperti itu. Apalagi hal yang membuat Meldy menangis adalah sesuatu yang tak bisa dikabulkan olehnya.

"Ma, do'ain kita ya ma. Mama jangan jemput papa dulu, Melvin tau mama pasti sangat merindukan papa, tapi Meldy sama Melvin masih butuh papa, ma." Ucap Melvin didalam hati. Nggak bisa membayangkan bagaimana hal buruk terjadi dan papa Hendra meninggalkan mereka.

Mungkin karena lelah menangis, Meldy tertidur dalam dekapan bunda Kanaya. "Melvin, bantuin tante nak, kayaknya Meldy tidur deh."

Melvin menoleh, dan benar ternyata Meldy sudah tertidur. "Pasti berat ya tan? Maafin kita ya udah ngerepotin tante." Ucap Melvin sambil merebahkan tubuh Meldy disofa panjang.

"Tante sama sekali nggak merasa direpotin kok, malah tante senang. Sesama keluarga harus saling membantu kan?."

Mereka berdua duduk disatu sofa yang sama, pandangan keduanya tertuju kepada Meldy yang tertidur lelap.

"Tan, tante sama om Edgar udah tau dari lama tentang penyakit papa?." Hal yang sejak tadi ingin ditanyakan Melvin.

"Kalau tante tau baru-baru ini, setelah kita makan malam dirumah kalian waktu itu. Kenapa nak?."

"Melvin merasa nggak berguna sebagai anak tertua tan, papa sakit parah aja Melvin nggak tau, malah taunya setelah papa kritis. Papa dari dulu emang paling bisa menyembunyikan masalah nya, papa nggak mau anak-anaknya ikut sedih dan khawatir."

Bunda Kanaya menepuk pelan bahu Melvin. "Itulah orang tua Vin, bagi kami hanya hal bahagia saja yang harus kami bagi sama kalian. Biarlah kesedihan itu kami sendiri yang tanggung."

"Tapi tan, kalau sudah kayak gini Melvin harus gimana?."

"Melvin, kamu anak pertama dan kamu laki-laki. Kita nggak ada yang tau takdir kita akan seperti apa, begitu juga dengan umur, baik sekarang atau nanti pasti kami sebagai orang tua kalian pasti akan meninggalkan kalian. Kamu, dan Danial sebagai anak laki-laki harus mengambil tanggung jawab yang besar, ada adik perempuan kalian yang harus kalian jaga."

"Tapi Melvin belum sanggup jika harus kehilangan papa sekarang tan."

Bunda Kanaya menarik Melvin kedalam pelukannya. "Jangan mikir yang macam-macam ya, tante yakin papa kalian pasti sembuh."

"Amiin tan."

°°

Matahari menyeruak masuk melalui tirai jendela, Melvin merasakan seseorang mengusap rambut nya. Melvin terbangun, ternyata papa Hendra sudah siuman.

"Papa, papa udah sadar. Tunggu ya, Melvin panggil dokter dulu." Melvin memencet sebuah tombol diatas kepala tempat tidur papa Hendra untuk memanggil dokter. Lalu Melvin membangunkan Meldy dan bunda Kanaya. "Dek, dek bangun. Tan, papa udah sadar."

Meldy dan bunda Kanaya langsung bangun dan berdiri, Meldy langsung menghampiri papa Hendra. "Papa." Sebuah senyuman terbersit dibibir papa Hendra.

"Permisi ya, kita periksa kondisi pasiennya dulu." Ucap sekarang dokter wanita yang baru datang.

Papa Hendra membuka alat bantu pernapasan yang menutupi hidung dan mulutnya. "Nay, mana Edgar?." Tanya papa Hendra terbata-bata.

"Dirumah mas, sebentar lagi dia kesini. Mas Hendra diperiksa dokter dulu ya." Jawab bunda Kanaya.

"Suruh dia cepat-cepat kesini Nay, ajak Danial juga." Dada papa Hendra terasa semakin sesak.

"Iya mas, tunggu ya. Mas Edgar sudah dijalan kok, nanti aku suruh Danial nyusul ya."

"Papa." Meldy langsung memeluk papa Hendra. "Papa cepat sembuh ya." Meldy menangis.

"Anak cantik papa nggak boleh menangis." Papa Hendra mengusap-usap rambut Meldy.

"Melvin, kesini nak disamping papa." Melvin menurut. "Kalian berdua anak-anak papa yang kuat, jangan nangis."

"Gimana kita nggak nangis, papa tega nutupin semua nya dari Meldy sama kak Melvin. Kita juga harus tau gimana kondisi papa." Meldy semakin menangis.

"Papa nggak mau buat kalian khawatir nak, meski papa kasih tau kalian, toh keadaan papa nggak akan berubah. Melvin, nak, kalau papa pergi jagain adek kamu ya."

"Papa nggak boleh ngomong gitu, kita harus bersama-sama sampai nanti, sampai Melvin sukses dan buat papa bangga. Melvin udah minta sama mama, untuk nggak jemput papa sekarang."

"Kalau mama kalian nggak jemput papa, papa yang akan nyusul mama."

"Ngomong apa kamu Hen, nggak ada yang boleh pergi, kamu harus bertahan." Papa Edgar datang, disusul Danial dan Dea.

Melihat sahabatnya datang, papa Hendra tersenyum. "Waktu ku sudah dekat Ed."

"Mas, kamu nggak boleh ngomong seperti itu. Aku udah menunjuk dokter jantung terbaik dirumah sakit ini untuk menyembuhkan kamu, kamu harus bertahan mas Hendra." Ucap bunda Kanaya.

"Danial, Meldy." Papa Hendra meraih tangan Meldy dan Danial, dan menyatukan kedua tangan mereka. "Kalian mau kan memenuhi keinginan terakhir papa?."

Danial dan Meldy sama-sama bungkam, mereka tau permintaan apa yang dimaksud papa Hendra.

"Kalian mau kan menikah sekarang?." Permintaan yang sangat berat. Menikah? Bukankah rencana mereka sudah tersusun rapi? Menikah setelah lulus sekolah itupun kalau mereka berdua saling mencintai. Pertunangan kemaren saja rasanya Meldy ingin menghilang, sekarang apa? Menikah? Dengan Danial? Sungguh ini mimpi buruk bagi Meldy maupun Danial.

"Gimana nak?."

"Pa? Boleh Meldy ngomong berdua sama kak Danial?." Meldy berusaha menahan sesak di dada nya. Belum habis rasa khawatirnya tentang kondisi papa Hendra, kini sudah kembali dihadapkan dengan permintaan yang aneh ini.

"Kak." Meldy menatap Danial, mengisyaratkan untuk mengikuti nya.

"Sebentar ya om, bun, pa." Danial mengikuti langkah Meldy.

Ditanam rumah sakit mereka sekarang. "Kak, gue nggak ingin pernikahan ini terjadi, tapi gue tau ini adalah permintaan terakhir papa, dan gue nggak mau mengecewakan papa. Tapi...... nikah tanpa cinta, itu hal yang mustahil kak."

Danial mendekat, diusapnya air mata Meldy. Untuk pertama kalinya, Danial berlaku manis kepada seorang perempuan. "Kita penuhi aja permintaan papa lo."

Meldy mendongak, menatap tak percaya mata Danial. "Lo, lo yakin?."

"Kita sama-sama nggak yakin, tapi apa lo tega menolak keinginan terakhir papa lo?." Meldy menggeleng.

"Kita turuti keinginan orang tua kita, setelah menikah kita tinggal dirumah gue. Lo tenang aja, itu rumah gue sendiri kok, rumah dari hasil tabungan gue. Lo nggak usah khawatir, walaupun kita tinggal satu atap, kita masih bisa menjaga privasi masing-masing. Kita nggak harus berperan layaknya suami istri pada umumnya. Lo bebas melakukan apa yang lo mau, begitu pun gue." Ucap Danial. Danial bukanlah manusia yang tak punya hati. Sejak mengetahui kondisi papa Hendra yang sebenarnya, Danial sudah menyiapkan semua kemungkinan yang akan terjadi.

"Terus kak Melvin gimana? Nggak mungkin dia sendirian."

"Mel, papa lo masih hidup dan lo nggak boleh berpikiran bodoh kayak gitu."

"Tapi melihat kondisi papa yang sekarang, kemungkinan itu ada kak."

"Lo bebas bertemu Melvin semau lo, karena dia kakak lo. Lo nggak perlu mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi Meldy. Om Hendra pasti sembuh, lo harus percaya itu." Danial tak suka, Meldy berpikiran bodoh seperti itu.

"Sekarang kita masuk kedalam, kita nggak boleh membuat mereka menunggu lama." Ajak Danial.

Akhirnya mereka berdua kembali keruangan tempat papa Hendra dirawat. "Kita setuju, Danial dan Meldy akan menikah sekarang dihadapan om, papa, bunda, Dea dan Melvin." Ucap Danial.

"Kak? Sekarang?." Meldy tak percaya, pembahasan mereka tadi tak ada membahas kapan pernikahan itu akan dilangsungkan. Mereka setuju, tapi nggak berarti sekarang kan?.

"Iya, sekarang. Danial udah menghubungi penghulu untuk menikahkan kita." Ucap Danial yakin.

"Dan, lo gila? Lo pikir pernikahan itu main-main." Melvin tentu tak terima, adiknya menikah dengan Danial dengan kondisi seperti ini.

"Papa setuju." Ucap papa Hendra. Tak ada seorangpun yang bisa berkomentar lagi.

Kondisi papa Hendra semakin melemah, alat bantu pernapasan kembali dipasang. Begitu penghulu yang entah kapan dihubungi Danial datang, dengan mahar sederhana, cicin dadakan yang dipesan oleh bunda Kanaya, dan saksi mereka yang ada disana, pernikahan sederhana itu dilangsungkan.

Ijab Kabul diwakilkan kepada penghulu karena kondisi papa Hendra yang tidak memungkinkan untuk mengucapkan kalimat tersebut. Saat kalimat terakhir diucapkan penghulu, lalu di jawab oleh Melvin dalam satu tarikan nafas. Kata 'sah' akhirnya terucap dari mereka yang ada disana. Hari ini, detik ini, Danial Zevaro Putra Mahendra resmi mempersunting Meldy Alana Cantika Putri Aldiwara.

Gimana rumah tangga yang akan mereka lalui setelah ini, kita lihat saja, apakah nantinya benih-benih cinta itu akan tumbuh atau malah kata talak yang akan diterima.

1
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!