kisah cinta di dalam sebuah persahabatan yang terdiri atas empat orang yaitu Ayu , Rifa'i, Ardi dan Linda. di kisah ini Ayu mencintai Rifa'i dan Rifa'i menjalin hubungan dengan Linda sedangkan Ardi mencintai Ayu. gimana ending kisah mereka penasaran kaaan mari baca jangan lupa komen, like nya iya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Husnul rismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 15 kecemburuan linda
Pagi itu, Rifa'i tiba di sekolah dengan perasaan lega. Dia segera meraih ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Linda: "Sudah sampai sekolah, sayang."
Balasan Linda datang hampir seketika: "Oke. Semalam kamu tidur di mana?"
Rifa'i mengerutkan kening. "Kenapa tanya begitu?"
"Aku ngobrol sama ibumu semalam. Katanya kamu belum pulang waktu itu."
Rifa'i menghela napas. Ia tahu kejujuran adalah yang terbaik. "Aku balik lagi ke RS, nemenin Ayu."
Hening sejenak di ujung sana. Kemudian, balasan Linda muncul: "Oh, gitu..." Nada pesannya datar, namun Rifa'i bisa merasakan sesuatu yang mengganjal.
"Kamu kenapa, yang?" tanya Rifa'i.
"Nggak apa-apa," jawab Linda singkat. "Udah ya, aku mau kerja dulu."
Rifa'i merasa tidak enak. Ia tahu Linda pasti cemburu. Sepanjang hari, pikirannya terganggu. Ia mencoba menelepon Linda saat jam istirahat, tetapi panggilannya tidak diangkat.
Pulang sekolah, Rifa'i langsung menuju ke rumah Linda. Ia melihat Linda duduk di teras, wajahnya muram.
"yang," sapa Rifa'i lembut.
Linda menoleh, tetapi tidak tersenyum. "Ada apa?"
"Aku tahu kamu cemburu," kata Rifa'i. "Aku minta maaf. Aku nggak bermaksud bikin kamu sakit hati."
"Oh, mbak Ayu lagi? Memangnya cuma kamu yang bisa bantu dia? " jawab Linda sinis
"yang,kamu tahu kan dia lagi susah. Aku cuma mau bantu sebagai teman." jawab Rifa'i menjelaskan
"Tapi kenapa harus kamu terus? Aku ini pacar kamu, Rif. Apa kamu nggak mikirin perasaanku?" kata Linda kemudian dengan mata mulai berkaca-kaca.
Air mata nya pun mulai menggenang di pelupuk matanya. "Aku cuma merasa... nggak enak aja. Kamu selalu ada buat mbak Ayu, tapi..." jawab Linda sambil mengusap air mata nya yang mulai membanjiri pipi nya.
Rifa'i meraih tangan Linda. "sayang, dengerin aku. Ayu itu sahabatku, dia lagi susah. Aku cuma mau bantu. Tapi kamu... kamu adalah prioritasku. Aku sayang sama kamu." kata Rifa'i dengan penuh dengan kelembutan
Linda menatap Rifa'i dengan mata berkaca-kaca. "Bener?"
"Bener," jawab Rifa'i sungguh-sungguh. "Aku janji, aku akan selalu ingat kamu. Kamu nggak perlu cemburu. Aku cuma sayang sama kamu."
Linda memeluk Rifa'i erat. "Aku percaya sama kamu," bisiknya. "Maafin aku ya, udah cemburu."
Rifa'i membalas pelukan Linda. Ia tahu, kecemburuan bisa menjadi duri dalam hubungan. Namun, dengan kejujuran dan pengertian, mereka bisa melewatinya bersama.
Setelah berpelukan cukup lama, Rifa'i melepaskan pelukannya dan menatap Linda dengan lembut. Ia bisa merasakan bahwa Linda masih sedikit tegang, meskipun sudah memaafkannya.
"Yang, aku tahu kamu masih nggak enak hati. Gimana kalau kita jalan-jalan? Makan di luar gitu, biar kamu nggak suntuk di rumah terus," kata Rifa'i dengan nada membujuk.
Linda tampak berpikir sejenak. Sebenarnya, ia masih merasa sedikit kesal dan cemburu. Namun, ia juga tidak ingin terus-terusan marah pada Rifa'i.
"Ke mana?" tanya Linda akhirnya, dengan nada sedikit lebih lembut.
"Terserah kamu. Kamu pengennya ke mana? Aku ikut aja," jawab Rifa'i sambil tersenyum.
Linda berpikir sejenak. "Pengen makan es krim," jawabnya singkat.
"Oke! Siap laksanakan!" seru Rifa'i dengan semangat. Ia menggandeng tangan Linda dan mengajaknya menuju mobil.
Sepanjang perjalanan, Rifa'i berusaha mencairkan suasana dengan bercerita hal-hal lucu dan menghibur. Linda sesekali tersenyum, namun tidak banyak bicara.
Sesampainya di kedai es krim favorit Linda, Rifa'i memesankan es krim dengan berbagai rasa dan topping yang disukai Linda. Ia memperhatikan Linda dengan seksama saat Linda menikmati es krimnya.
"Enak?" tanya Rifa'i.
Linda mengangguk sambil tersenyum. "Lumayan," jawabnya.
"Syukurlah kalau kamu suka," kata Rifa'i lega.
Setelah selesai makan es krim, Rifa'i mengajak Linda berjalan-jalan di sekitar kedai es krim. Mereka bergandengan tangan sambil menikmati suasana sore yang sejuk.
"yang, aku tahu aku nggak sempurna. Aku sering bikin kamu kesel dan cemburu. Tapi aku janji, aku akan berusaha jadi yang terbaik buat kamu. Aku nggak mau kehilangan kamu," kata Rifa'i dengan tulus.
Linda berhenti berjalan dan menatap Rifa'i. "Aku juga sering bikin kamu susah. Aku terlalu cemburuan dan nggak percaya sama kamu. Maafin aku ya," kata Linda dengan nada menyesal.
Rifa'i memeluk Linda dengan erat. "Nggak apa-apa, Yang. Aku ngerti. Yang penting, kita saling jujur dan saling percaya. Kita hadapi semua masalah sama-sama," kata Rifa'i.
Linda membalas pelukan Rifa'i dengan erat. Ia merasa lega dan bahagia bisa berbaikan dengan Rifa'i.
Setelah berpelukan cukup lama, mereka melepaskan pelukan dan saling tersenyum. Rifa'i menggandeng tangan Linda dan mengajaknya melanjutkan perjalanan.
"Mau ke mana lagi?" tanya Rifa'i.
"Terserah kamu," jawab Linda sambil tersenyum manis.
Rifa'i berpikir sejenak. "Gimana kalau kita nonton film? Ada film baru yang kayaknya seru," kata Rifa'i.
"Boleh deh," jawab Linda setuju.
Mereka pun pergi ke bioskop dan menonton film bersama. Sepanjang film, mereka saling berpegangan tangan dan tertawa bersama.
Setelah selesai menonton film, Rifa'i mengantar Linda pulang. Sesampainya di depan rumah Linda, Rifa'i memeluk Linda dengan erat.
"Makasih buat hari ini. Aku seneng banget," kata Linda.
"Aku juga seneng banget bisa jalan-jalan sama kamu. Aku sayang banget sama kamu," kata Rifa'i.
"Aku juga sayang sama kamu," balas Linda.
Rifa'i mengecup kening Linda dengan lembut. "Selamat malam, sayang. Mimpi indah ya," kata Rifa'i.
"Selamat malam juga. Hati-hati di jalan," kata Linda.
Rifa'i melambaikan tangan kepada Linda dan pergi. Linda tersenyum bahagia saat melihat Rifa'i pergi. Ia merasa bahwa hubungannya dengan Rifa'i semakin kuat dan erat.
Setelah mengantar Linda pulang dan mendapatkan kecupan lembut di kening, Rifa'i merasa sedikit lebih tenang. Namun, bayangan wajah Linda yang sedikit murung masih menghantuinya. Ia tahu, Linda masih belum sepenuhnya percaya padanya, dan ia harus membuktikan kesetiaannya.
Di perjalanan pulang, Rifa'i memikirkan cara untuk menenangkan hati Linda. Ia ingin melakukan sesuatu yang spesial, sesuatu yang bisa menunjukkan betapa berartinya Linda baginya. Ia memutar musik kesukaannya, mencoba menghilangkan penat setelah seharian beraktivitas.
Sesampainya di rumah, suasana tampak sepi. Lampu ruang tamu sudah dimatikan, pertanda kedua orang tuanya sudah tidur. Rifa'i membuka pintu perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara. Namun, belum sempat ia melangkah masuk, lampu ruang tamu menyala.
"Rifa'i, sudah pulang?" suara ibunya terdengar lembut.
Rifa'i tersenyum dan menghampiri kedua orang tuanya yang sudah duduk di sofa. "Iya, Bu. Maaf, Rifa'i pulang telat," ucapnya sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Nggak apa-apa, Nak. Ibu sama Bapak cuma khawatir kamu kenapa-kenapa," jawab ayahnya dengan nada bijaksana.
Ibunya menatap Rifa'i dengan tatapan penuh perhatian. "Gimana keadaan Ayu, Rif? Sudah baikan?"
Rifa'i menghela napas. "Lumayan, Bu. Tapi masih butuh banyak istirahat. Ibunya juga masih khawatir banget," jawab Rifa'i.
"Kasihan ya, Nak. Semoga cepat sembuh," timpal ibunya. "Kamu juga jangan terlalu capek, Rif. Jaga kesehatan. Linda juga pasti khawatir kalau kamu sakit."
Rifa'i tersenyum mendengar nama Linda disebut. "Iya, Bu. Rifa'i juga jaga diri. Linda selalu ngingetin kok," jawabnya.
Ayahnya berdeham. "Rif, Bapak mau ngomong sesuatu," ucapnya dengan nada serius.
Rifa'i menatap ayahnya dengan rasa ingin tahu. "Ngomong apa, Pak?"
"Bapak tahu kamu niatnya baik, nolongin teman yang lagi susah. Tapi kamu juga harus ingat, kamu punya pacar. Jangan sampai Linda merasa kamu lebih mentingin orang lain daripada dia," jelas ayahnya dengan bijak.
Rifa'i terdiam sejenak. Ia tahu ayahnya benar. Ia terlalu fokus pada masalah Ayu, hingga melupakan perasaannya Linda.
"Iya, Pak. Rifa'i ngerti. Rifa'i akan lebih perhatiin Linda lagi," jawab Rifa'i dengan nada menyesal.
Ibunya mengelus pundak Rifa'i. "Ibu tahu kamu sayang sama Linda. Dia gadis yang baik. Jangan sampai kamu sia-siain dia," ucap ibunya dengan lembut.
"Nggak akan, Bu. Rifa'i sayang banget sama Linda," jawab Rifa'i dengan sungguh-sungguh.
Ayahnya tersenyum. "Ya sudah, kalau gitu kamu istirahat sana. Sudah malam. Besok kamu harus kerja," ucap ayahnya.
Rifa'i mengangguk. "Iya, Pak, Bu. Makasih ya sudah ngingetin Rifa'i," ucapnya sambil mencium tangan kedua orang tuanya sekali lagi.
Setelah itu, Rifa'i pergi ke kamarnya. Ia merebahkan diri di tempat tidur, memikirkan perkataan kedua orang tuanya. Ia sadar, ia harus segera memperbaiki hubungannya dengan Linda. Ia harus membuktikan bahwa Linda adalah utama dalam hidupnya.
Rifa'i meraih ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Linda. " sayang aku udah sampek rumah , ini baru aja masuk kamar, Maaf ya kalau hari ini aku bikin kamu khawatir. Aku janji, besok aku akan nebus semuanya. Mimpi indah ya."
Setelah mengirim pesan itu, Rifa'i memejamkan mata, berharap Linda bisa merasakan ketulusan hatinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan melakukan segala cara untuk membuat Linda bahagia dan percaya padanya.