NovelToon NovelToon
Jodoh Si Gadis Pipi Merah

Jodoh Si Gadis Pipi Merah

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amaryllis zee

Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.

Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.

Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.

Titkok : Amaryllis zee
IG & FB : Amaryllis zee

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Canggung

Pemandangan kota Seoul yang gemerlap, dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip, dan tetes demi tetes air salju yang turun, mencuri perhatian Kamala. Ia duduk di kereta gantung, pandangannya tertuju ke luar jendela, seolah tak peduli dengan Ganesha yang duduk di tempat duduk di depannya. Ia pura-pura tidak menyadari kehadiran Ganesha, mencoba untuk menghindar dari tatapannya.

Rasa malu dan tidak terima dengan kejadian di Namsan Tower masih menggerogoti hatinya. Dalam pikirannya terus terbayang-bayang ciuman pertama yang ternyata rasanya diluar dugaan. "Sadar Kamala...!" ia memukul kepalanya sendiri, berusaha melupakan kejadian memalukan itu.

"Jangan sakiti dirimu sendiri!" tegur Ganesha, mengamati Kamala yang pura-pura tidak menyadari kehadirannya. Ia tahu bahwa Kamala sedang berusaha untuk melupakan kejadian itu, tapi ia tak ingin Kamala terus terpuruk dalam rasa malu.

"Saya tahu kamu masih malu," lanjut Ganesha, suaranya lembut, "Tapi saya harap kamu bisa memaafkan saya. Saya tak bermaksud untuk membuatmu tidak nyaman."

Kamala menoleh, menatap Ganesha dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia masih merasa malu, tapi ia juga merasakan sebuah ketertarikan yang tak terbantahkan pada Ganesha. Ia tak bisa menyembunyikan perasaannya, walau ia berusaha untuk menghindar.

"Maaf katamu, hah? Itu pertama kalinya dan kamu, Tuan, sudah kurang ajar mengambil kesucian bibir saya!" pekik Kamala, menatap tajam Ganesha seolah ia ingin mencongkel kedua bola mata Ganesha. Rasa marahnya memuncak, ia merasa harga dirinya terusik.

"Bukannya, tempo lalu kamu yang mulai dulu?" Ganesha tidak mau kalah dan tidak mau disalahkan juga. Ia ingat saat Kamala mencium pipinya dan saat ciuman itu terjadi, Kamala tidak menghindar dan malah menikmatinya.

"Kamu ... kamu ...!" Kamala terbata-bata, tak bisa berkata-kata. Ia teringat kejadian itu, saat ia menggigit bibir Ganesha dan menarik diri dari pelukannya. Ia merasa malu dan bodoh, terhanyut dalam permainan yang Ganesha mainkan.

"Tenang, Kamala," ujar Ganesha, suaranya lembut. "Saya tahu kamu masih marah, tapi saya harap kamu bisa memaafkan saya. Saya tak bermaksud untuk membuatmu tidak nyaman."

Kamala menunduk, mencoba untuk meredakan amarahnya. Ia tahu bahwa Ganesha tak bermaksud jahat, tapi ia masih merasa kesal. Ia tak bisa menyembunyikan perasaannya, walau ia berusaha untuk menghindar.

"Saya memang masih marah," ujar Kamala, suaranya pelan. "Tapi saya akan berusaha untuk melupakannya."

Ganesha tersenyum tipis. Ia tahu bahwa Kamala masih marah, tapi ia yakin bahwa seiring waktu, Kamala akan memaafkannya dan semuanya akan kembali seperti biasa. Ia akan terus berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Kamala, menunjukkan bahwa ia benar-benar mencintainya.

Namun, ada satu hal yang membuat Ganesha merasa aneh. Ciumannya dengan Kamala terasa beda. Rasa manis yang ia rasakan sulit diartikan. Baginya, ciuman bukanlah hal pertama. Sudah banyak perempuan yang ia cicipi bibirnya, tapi bibir Kamala terasa beda. Seolah ada magnet yang menariknya untuk mendekat, untuk merasakan lagi kehangatan bibir Kamala.

"Apa yang terjadi dengan diri gue?" gumam Ganesha dalam hati, menatap Kamala yang masih terdiam. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, seolah ada perasaan baru yang ia rasakan untuk pertama kalinya.

Ganesha mencoba untuk menepis perasaan aneh itu. Ia tak boleh terlena. Ia harus fokus pada tujuan awal, menikahi Kamala karena sebuah taruhan dan karena kasihan.

Kereta gantung berhenti, dan Kamala bergegas keluar. Namun, karena ia terlalu gegabah, ia terbentur pintu kereta gantung. "Aw!" ringis Kamala, badannya hampir terjungkal jika Ganesha tidak sigap menangkapnya.

Lagi dan lagi mata mereka saling bertemu dengan jarak yang dekat. "Hati-hati!" ucap Ganesha sambil membantu Kamala keluar.

"Terima kasih," ujar Kamala, suaranya sedikit gugup. Ia masih merasa canggung dengan kejadian di Namsan Tower, tapi ia juga tak bisa menyembunyikan rasa terima kasihnya kepada Ganesha.

Ganesha tersenyum tipis. "Sama-sama," jawabnya. Ia memperhatikan Kamala yang masih sedikit terhuyung. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya, suaranya lembut.

"Saya baik-baik saja," jawab Kamala, mencoba untuk tersenyum.

Kamala berjalan lebih dulu, mencoba untuk menenangkan dirinya. Beberapa menit berlalu, mereka tiba di pinggir jalan raya, menunggu taksi yang lewat. Mereka berdiri di pinggir jalan, sambil menunggu taksi lewat, Kamala bermain salju, menadahkannya di tangan, mencoba untuk mengalihkan pikirannya.

"Tuan, sebaiknya kita pulang masing-masing," kata Kamala tiba-tiba, suaranya terdengar dingin.

"Kenapa mesti masing-masing? Bukannya kita satu tujuan?" tanya Ganesha, bingung.

"Saya mau pergi makan dulu, dan saya harap, Tuan tidak melarang saya!" jawab Kamala ketus. Ia tak ingin menghabiskan waktu bersama Ganesha, terutama setelah kejadian di Namsan Tower.

"Baik, saya akan menemanimu," ujar Ganesha, mencoba untuk memahami keinginan Kamala. Ia tahu bahwa Kamala masih marah, tapi ia tak ingin meninggalkan Kamala sendirian.

Akhirnya, ada taksi yang lewat. Kamala memberhentikan taksi tersebut, lalu masuk ke dalam. Ganesha mengikutinya, masuk ke dalam taksi.

"Ke mana?" tanya sopir taksi.

"Ke restoran di dekat sini," jawab Kamala, menunjuk arah.

Sepanjang perjalanan di dalam taksi, suasana hening menyelimuti mereka. Kamala menatap ke luar jendela.

Begitu juga dengan Ganesha mengamati suasana jalan dari jendela.

Setelah beberapa menit berlalu, taksi yang membawa mereka berhenti di salah satu restoran terkenal di Korea. Setelah membayar tarif taksi, mereka keluar dari taksi.

Kamala berdiri sejenak, menatap restoran yang ada di depannya. Ia mengamati restoran tersebut, dan tiba-tiba matanya berbinar. Restoran tersebut pernah ia lihat di sosial media, restoran yang terkenal dengan makanannya yang lezat.

"Wah, restoran ini!" ujar Kamala, suaranya bersemangat. “Saya pernah lihat di Instagram. Makanannya katanya enak banget!"

Ganesha tersenyum. "Mau makan di sini?" tanyanya.

"Iya, dong!" jawab Kamala, matanya berbinar-binar.

Ganesha mengangguk. "Ayo, masuk!" ajaknya.

Mereka masuk ke dalam restoran. Suasana di dalam restoran sangat meriah, aroma makanan yang lezat menyeruak ke indra penciuman mereka. Kamala mengamati sekitar, mencari kursi yang kosong. Matanya berbinar ketika melihat ke arah balkon yang ada kursi kosong.

"Tuan, lihat!" ujar Kamala, menunjuk ke arah balkon. "Di sana ada tempat duduk kosong.”

Ganesha menoleh ke arah balkon. Ia mengamati tempat duduk yang terletak di balkon yang tertutup atap. "Iya ," serunya.

Kamala terus berjalan menuju balkon, mencoba untuk menghindari kerumunan orang di dalam restoran. Ia ingin menikmati makan malam dengan tenang, sambil melihat salju yang masih turun.

"Wah, keren juga ya," ujar Kamala, menatap pemandangan kota Seoul yang terlihat indah dari balkon.

Ganesha mengangguk. "Ya, pemandangannya indah," jawabnya.

Kamala menatap buku menu dengan teliti. Ia akan memesan makanan yang paling enak dan terlaris di restoran ini. Ia ingin menikmati makan malam yang sempurna, setelah perjalanan yang melelahkan.

Waiter menghampiri mereka, menanyakan pesanan mereka. Kamala menunjuk satu satunya menu yang ia inginkan.

"Saya mau pesanan ini," ujar Kamala, menunjuk menu dengan jari telunjuknya.

Waiter mencatat pesanan Kamala dengan cepat. "Baik, Nona. Silakan tunggu sebentar."

Setelah pesanan selesai dicatat, waiter pergi untuk segera menyiapkan hidangan.

Beberapa menit berlalu, pesanan Kamala sudah dihidangkan. Matanya berbinar, ia siap menghabiskan makanan dan ia memaksa Ganesha untuk makan juga.

"Tuan harus makan juga," ucap Kamala, menyerahkan sumpit kepada Ganesha. "Jangan hanya melihat saja."

Ganesha tersenyum. Ia menerima sumpit dari Kamala dan mulai menikmati makanan. Ia mencoba untuk menikmati suasana makan malam bersama Kamala, walau ia masih merasa canggung dengan kejadian di Namsan Tower.

"Bagaimana? Enak?" tanya Kamala, mengamati Ganesha yang sedang menikmati makanannya.

"Enak," jawab Ganesha, mengangguk setuju. "Rasanya unik."

"Iya, kan? Saya sudah bilang enak," ujar Kamala, tersenyum puas.

Mereka terus menikmati makan malam mereka. Suasana di balkon restoran sangat menyenangkan. Mereka berbincang tentang banyak hal, mencoba untuk menghilangkan rasa canggung yang masih menyelimuti mereka.

Ganesha menyeka bibirnya dengan tisu, raut wajahnya tampak serius. Ia menatap Kamala dengan tatapan tajam, "Besok kita pulang ke Indonesia."

Kamala mengerutkan kening, merasa ada yang tidak beres. "Kok besok, Tuan? Bukannya 2 hari lagi?" tanyanya dengan nada heran.

"Ada pekerjaan yang harus segera saya tangani," jawab Ganesha singkat.

"Padahal saya masih ingin menjelajahi Korea," keluh Kamala, matanya berbinar-binar.

"Tujuan kita ke Korea untuk operasi plastik, bukan untuk menjelajahi Korea!" cetus Ganesha, suaranya meninggi.

Kamala menghela napas, menyadari percuma untuk membantah. "Baiklah, saya ikut saja!" katanya pasrah.

1
Femi Contesa
lanjutkan thor
🌟~Emp🌾
operasi aja bang, klu gak suka. kan punya duit banyak 🤣
Amaryllis zee: Benar sekali
total 1 replies
🌟~Emp🌾
tuh kaan,, walau cuma kuli aja tampang nya udah bikin klepek2 apalagi kuli bohongan 🤣
🌟~Emp🌾
Smoga aja, tukang bangunan jadi kontraktor 🤲😁
Amaryllis zee
He's ready. spirit too
Femi Contesa
the story is really exciting, sis, good luck to the writer, keep updating, okay?
Amaryllis zee
Iya siap. Nanti aku usahakan ....

Terimakasih sudah suka dengan cerita ini
Femi Contesa
ceritanya bagus banget
Femi Contesa
Bagus banget ceritanya tapi tolong dong updatenya jangan cuman 1 bab aja.
kalo bisa 2 atau 3🙏
Amaryllis zee
Gimana, dengan wajah baru Kamala? Apa memuaskan?
Maza
Double up terus thor
Amaryllis zee
Ikut semangat
Amaryllis zee
Aku aja yang buatnya sedih
Amaryllis zee
Namanya, Gamita. Masa Gamati 🙂
Ita Xiaomi
Maaf kk nama neneknya Gamita apa Gamati?
Ita Xiaomi
Sedih😢
Ita Xiaomi
Ayo Ganesha cintai Kamala dgn setulus hati jgn disakiti apalg dikhianati. Bahagiakan Kamala. Semangat.
Maza
Bagus
Baby sakinem
semangat thorr,aku suka sama karyamu.
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭
Amaryllis zee: Ya siap . Jika di semangatin, akunya jadi makin cemangat
total 1 replies
Baby sakinem
seru thor ceritanya sampe bikin penasaran sama asal usul ganesha😭
Amaryllis zee: Kalau penasaran, baca terus ya ...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!