Citra adalah seorang gadis muda yang cantik namun sangat angkuh dan semena-mena. Dia terbiasa hidup dalam kemewahan dan berpikir bahwa uang bisa menyelesaikan segala masalah. Hidupnya penuh dengan pesta dan pergaulan bebas, dan dia tidak pernah memedulikan orang lain, bahkan ketika dia merugikan mereka. Ketika suatu hari dia secara tidak sengaja menabrak seorang pejalan kaki dengan mobil sport mewahnya, dia mencoba menutupinya dengan uang, tanpa menunjukkan sedikit pun penyesalan. Namun, skandal kecelakaan tabrak lari ini segera menjadi berita besar, dan polisi mulai mengusut kasusnya.
Masalah semakin rumit ketika namanya juga dikaitkan dengan kasus narkoba, membuat publik semakin mencibir. Kedua orang tuanya, yang merupakan pebisnis terkemuka di kota, merasa sangat malu dan memutuskan untuk menjauhkan diri dari Citra. Mereka merasa tidak sanggup lagi menanggung dampak dari skandal yang disebabkan oleh putrinya. Dalam kemarahan dan rasa malu, mereka memutuskan untuk "membuang" Citra jauh dari kota tempat tinggal mereka. Mereka mengirimnya ke kota kecil yang tak dikenal, berharap bisa menyingkirkan masalah mereka sekaligus memberi Citra pelajaran.
Di kota kecil itu Citra mulai menyadari kesepian dan kehampaan dalam hidupnya. Dia mulai merasakan efek dari kesalahannya dan perlahan-lahan mempertimbangkan untuk mengubah sikapnya. Dalam perjalanan ini, dia bertemu dengan Dimas, seorang pemilik kafe lokal yang baik hati, yang melihat ada potensi dalam diri Citra. Dimas menawarkan pekerjaan di kafenya, memberikan Citra kesempatan untuk memulai lagi dari awal.
Di sini, Citra berada di persimpangan jalan. Akankah dia memilih untuk berubah dan membangun hidup yang lebih baik, ataukah dia akan kembali ke sifat aslinya yang angkuh dan menghancurkan kesempatan terakhirnya? Waktu akan menentukan apakah Citra mampu menemukan makna hidup yang lebih dalam dan menjalani transformasi sejati, atau apakah dia akan selamanya terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PutriVijannah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harapan baru melangkah maju
Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, Hakim mengetuk palu dan mengumumkan, "Kami telah mendengar argumen dari kedua belah pihak. Bukti-bukti yang telah ditunjukkan oleh jaksa penuntut, termasuk rekaman CCTV, pesan-pesan ancaman, dan barang bukti dari penggerebekan gudang, memberikan gambaran yang kuat dan konsisten tentang keterlibatan terdakwa dalam aktivitas kriminal ini."
Rio menggertakkan giginya, dan terlihat semakin frustasi. Dia mencoba bangkit dari kursinya lagi, namun Bapak Andi menahannya, berbisik untuk tenang. Namun, Rio tidak bisa menahan diri dan berkata dengan suara lantang, "Yang Mulia, ini semua tidak adil! Saya tidak bersalah!"
Pengacara Rio, Bapak Andi, mencoba mengajukan argumen tambahan. "Yang Mulia, kami percaya ada banyak kejanggalan dalam kasus ini. Tidak ada bukti yang secara langsung mengaitkan klien saya dengan aktivitas pengedaran narkoba,itu tidak lebih dari asumsi yang belum terbukti."
Namun, wajah hakim tetap tak tergoyahkan.
"Terdakwa dan pengacaranya memiliki hak untuk mempertanyakan bukti, tetapi fakta-fakta yang telah diajukan di persidangan ini tidak bisa begitu saja diabaikan. Kami memiliki rekaman yang jelas, saksi mata yang kredibel, serta bukti fisik dari lokasi penggerebekan. Dan juga terdakwa sudah melakukan pembunuhan terhadap salah satu anggota kepolisian, hasil investigasi menunjukkan bahwa senjata yang ditemukan di lokasi kejadian memiliki sidik jari terdakwa, dan peluru yang digunakan cocok dengan senjata tersebut."
Hakim melanjutkan dengan nada tegas. "Pembunuhan terhadap seorang petugas penegak hukum adalah kejahatan yang sangat serius, dan bukti-bukti yang telah disampaikan menunjukkan keterlibatan terdakwa dalam insiden tersebut. Tidak hanya ada jejak sidik jari pada senjata api, tapi juga CCTV Di luar gedung menjadi bukti jika memang terdakwa Rio Setiawan lah yang menembak salah satu polisi sampai meninggal."
Rio tampak semakin marah.
"Itu semua tidak benar! Semua orang di sini mencoba menjatuhkan saya! Saya tidak melakukan pembunuhan itu!" Rio berteriak sambil berdiri dengan frustrasi, tangannya yang terikat bergerak gelisah. Petugas keamanan di ruang sidang segera mendekat, bersiap untuk mengendalikan situasi jika Rio menjadi lebih agresif.
Hakim mengangkat palunya kembali dan mengetuknya dua kali, menandakan bahwa Rio harus diam. "Rio Setiawan, Anda akan memiliki kesempatan untuk berbicara kembali setelah saya memberikan keputusan."
Rio, merasa tidak berdaya, terdiam tetapi terus menatap hakim dengan tatapan benci. Hakim mengambil beberapa lembar kertas di depannya dan melihat ke arah ruang sidang yang sunyi senyap.
"Dengan mempertimbangkan semua bukti yang telah diajukan, kesaksian para saksi, serta penolakan dari terdakwa yang tidak disertai bukti-bukti yang dapat meragukan tuduhan tersebut, saya sebagai hakim ketua memutuskan bahwa Rio Setiawan dinyatakan bersalah atas semua tuduhan, termasuk ancaman, intimidasi, pengedaran narkoba, dan pembunuhan terhadap seorang petugas kepolisian."
Ruang sidang bergemuruh dengan bisik-bisik. Beberapa orang menahan napas, sementara yang lain tampak lega. Rio tampak tercengang. "Tidak! Ini tidak adil!" teriaknya, mencoba melawan petugas yang kini mendekat untuk menahannya.
.
Hakim mengetuk palunya keras-keras, mengembalikan keheningan. "Rio Setiawan, Anda dihukum dengan hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, mengingat beratnya kejahatan yang telah Anda lakukan, ancaman, intimidasi, dan pengedaran narkoba terutama terkait pembunuhan seorang petugas penegak hukum. Mengingat mengingat beratnya kejahatan yang dilakukan dan dampaknya terhadap korban serta masyarakat, Keputusan ini bersifat final dan tidak bisa diganggu gugat."
Rio terus berteriak, memaki semua orang di ruang sidang, mencoba melepaskan diri dari petugas yang kini mengawalnya keluar. Matanya memancarkan kemarahan dan kekecewaan, tetapi tidak ada yang dapat dia lakukan lagi. Dia tahu bahwa hidupnya akan berubah selamanya, dan tak ada lagi jalan untuk keluar.
Pak Agus menarik napas panjang, sementara Citra merasakan beban berat yang seolah terangkat dari pundaknya, dia merasa lega dan terharu. Dimas, Vina, dan Bu Melati menatap Citra dengan wajah penuh kelegaan dan dukungan. Mereka memberikan pelukan dan ucapan selamat.
"Kamu telah melalui banyak hal, Citra Akhirnya, keadilan telah ditegakkan," kata Dimas dengan penuh empati.
“Semua sedah berakhir Citra” ujar Vina dengan senyuman lembut nya
Citra tersenyum, meski air mata menggenang di matanya.
"Terima kasih, semua. Tanpa dukungan kalian, aku tidak bisa melalui ini."
Dengan kepercayaan diri yang kembali tumbuh, Citra mulai merencanakan lagi masa depannya. Dia akan kembali bekerja di kafe Dimas sambil mempertimbangkan untuk melanjutkan kuliahnya yang sempat terhenti beberapa saat. Dengan ketenangan yang baru ditemukan, Citra bertekad untuk membangun hidup yang lebih baik dan lebih aman, jauh dari bayang-bayang masa lalunya. Dia tahu bahwa perjalanannya belum berakhir, tetapi kali ini dia memiliki kekuatan dan dukungan untuk melangkah maju dengan lebih yakin.
.
.
Citra melangkah masuk ke kampus, Suasana kampus terasa sedikit asing setelah waktu yang panjang, tetapi dia tahu dia harus memulai kembali perjalanan nya. Saat memasuki ruang kelas, beberapa mahasiswa menoleh dan berbisik, tetapi Citra mencoba untuk tetap fokus. Dia merasa canggung dan khawatir, terutama karena banyak pelajaran yang harus dikejarnya.
Saat Di kantin, Citra duduk di meja dekat jendela sambil menyantap makan siangnya. Saat itulah Jaya dan Anya datang dengan ceria dan penuh semangat.
“Citra!” Jaya melambai dengan tangan, segera mengajak Citra bergabung. “Kami sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”
“Hei, Jaya, Anya,” balas Citra dengan senyum tipis. “Aku baik, hanya sedikit cemas tentang banyaknya pelajaran ku tinggal saat aku tidak masuk kuliah kemarin.”
Anya duduk di sebelah Citra, memandangnya dengan empati. “Kami mendengar tentang semua yang kamu alami. Jangan khawatir Citra, kami Bisa membantumu. Mulai dari mana kita?”
Citra menghela napas panjang,“Aku merasa sudah ketinggalan banyak pelajaran dan tugas. Aku tidak tahu harus mulai dari mana.”
Jaya mengangguk penuh perhatian. “Baiklah, Citra. Kita bisa menyusun rencana. Ayo, bawa catatan kuliahmu dan kita mulai membahas materi yang sudah diajarkan selama kamu tidak ada.”
Setelah makan siang di kantin, Jaya dan Anya mengajak Citra ke ruang belajar mereka. Ruangan itu terletak di sudut kampus, jauh dari hiruk-pikuk aktivitas mahasiswa lainnya. Saat mereka memasuki ruang belajar, suasana tenang dengan meja-meja yang tertata rapi dan kursi-kursi yang nyaman menyambut mereka.
Jaya segera mulai menyiapkan buku dan catatan di meja. “Oke, Citra. Kita akan mulai dengan materi kuliah yang sudah kamu lewatkan. Aku sudah menyiapkan ringkasan topik yang penting untuk ujian mendatang.”
Anya mengeluarkan catatan kuliah dari tasnya dan Menaruhnya di meja. “Ini adalah catatan yang aku buat .Aku juga sudah menandai bagian-bagian penting yang menurutku perlu untuk di fokuskan.”
Citra duduk di kursi yang telah disiapkan, merasa terharu oleh perhatian mereka. “Terima kasih banyak. Aku benar-benar tidak tahu harus mulai dari mana. Semua terasa begitu menumpuk.”
Jaya menatap Citra dengan empati. “Jangan khawatir. Kita akan menyelesaikannya satu per satu. Pertama-tama, mari kita lihat topik yang paling penting.”
.
Jaya membuka buku teks dan menunjukkan beberapa halaman. “Ini adalah topik yang baru saja dibahas dalam kuliah. Mari kita mulai dengan dasar-dasarnya.”
Dia mulai menjelaskan konsep-konsep dasar dengan penuh kesabaran. “Coba bayangkan ini seperti...,” katanya sambil memberikan analogi yang mudah dipahami. “Misalnya, jika kita berbicara tentang sistem ekonomi, bayangkan sistem ini seperti mesin yang memiliki berbagai komponen yang harus berfungsi dengan baik agar semuanya berjalan lancar.”
Citra mencatat dengan cermat, sesekali bertanya jika ada yang kurang jelas. “Jadi, jika saya mengerti dengan benar, ini berarti...”
Jaya menjelaskan dengan lebih detail. “Tepat sekali. Dan untuk memperjelas lebih lanjut, mari kita lihat contoh konkret dari situasi tersebut.”
Sementara Jaya menjelaskan, Anya membantu dengan memberikan catatan tambahan dan memberikan latihan soal. “Aku telah menyiapkan beberapa latihan soal yang relevan dengan materi ini. Latihan ini akan membantumu memahami bagaimana menerapkan konsep-konsep tersebut.”
Citra mulai mengerjakan latihan soal dengan bimbingan Jaya dan Anya. Ketika dia menemui kesulitan, Jaya segera memberikan penjelasan tambahan. “Bagaimana kalau kita mencoba metode yang berbeda untuk menyelesaikan soal ini?”
Anya melihat ke arah Citra dan memberikan dorongan. “Citra Cobalah berpikir tentang soal ini dari sudut pandang yang berbeda.”
Citra terus berlatih dan bertanya ketika dia tidak memahami sesuatu. “Aku masih bingung tentang bagian ini. Bisa kamu menjelaskan lebih detail?”
Anya membantu dengan memberikan penjelasan tambahan. “Coba pikirkan ini sebagai puzzle yang harus kamu pecahkan. Langkah pertama adalah memahami setiap potongan puzzle dan bagaimana potongan-potongan itu saling berhubungan.”
Selama sesi belajar, Jaya dan Anya juga memperhatikan bahwa Citra mulai merasa lelah. “Citra, sudah beberapa jam kita belajar. Bagaimana kalau kita istirahat sebentar?” kata Jaya.
Anya setuju. “Iya, istirahat sejenak bisa membantu otakmu segar kembali. Kita bisa pergi ke taman untuk mendapatkan udara segar.”
Citra merasa enggan untuk berhenti sejenak, tetapi akhirnya setuju. “Baiklah, aku rasa kamu benar. Aku memang merasa agak lelah.”
Mereka pergi ke taman kampus, dan Citra duduk di bangku sambil menikmati suasana yang tenang. Jaya dan Anya duduk di sampingnya, terlibat dalam percakapan santai.
“Jadi, bagaimana perasaanmu tentang pembelajaran nya sejauh ini?” tanya Jaya sambil tersenyum.
Citra menghela napas panjang. “Aku merasa lebih sedikit mengerti sekarang. Terima kasih untuk semua bantuan kalian. Aku merasa seperti ada harapan untuk mengejar ketertinggalanku.”
Anya menambahkan, “Kami senang mendengarnya. Jangan ragu untuk bertanya jika kamu membutuhkan bantuan lebih lanjut. Kita akan terus bekerja sama sampai kamu merasa siap.”
gabung cbm yu
untuk belajar dan main brg
caranya follow dl ya
nnti ak mskn gc thx