CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Hadiah ulang tahun untuk Agatha
"Akhh!!!!" Berlin berteriak keras sambil melemparkan tas branded miliknya ke sofa ruang tamu keluarga Baraya.
"Tahan emosi mu, bukankah tas itu senilai 1 miliar lebih? Sulit mendapatkannya." Agatha duduk sambil menghela nafas melihat putrinya yang frustasi menatapnya.
"Bagaimana aku bisa menahan emosi?! Anggun si jallang itu entah bagaimana bisa merayu Alvin dan memiliki hubungan khusus dengan pria itu! Regina yang seorang selebriti terkenal saja langsung dipermalukan di depan umum, bahkan sekarang keluarganya menghadapi kebangkrutan gara-gara Anggun! Sial! Aku tidak bisa terima ini Bu! Bagaimana bisa jallang sialan itu berani memiliki hubungan dengan Alvin?!" Berlin berbicara dengan penuh rasa frustasi, dia tak menyangka bahwa setelah ditinggalkan oleh Bryan, ternyata Anggun masih bisa mendapat seorang pria yang jauh lebih kaya, jauh lebih hebat daripada Bryan.
Padahal seharusnya, dialah yang mendapatkan segala sesuatu yang terbaik daripada yang pernah didapatkan oleh Anggun, tapi kenapa sekarang dia merasa hanya mendapat sampah dari Anggun?
"Hah...." Agatha menghela nafas, "Ibu juga bingung kenapa gimana cara dia merayu Alvin, bahkan ternyata dia menguasai 7 bahasa? Apa itu masuk akal?" Agatha menggelengkan kepalanya, dia jelas-jelas ingat kalau Anggun tidak menguasai bahasa internasional apapun, perempuan itu bodoh, dia malas belajar dan hanya tahu menempel pada ayahnya untuk mendapatkan apapun yang diinginkannya.
Tetapi sekarang, bagaimana bisa situasi berbalik 180 derajat?!
"Sepertinya dia telah menipu kita, dan menunggu saat ini untuk membalas dendam! Ibu, kau harus memikirkan cara untuk menghentikannya! Lihat bagaimana Regina dan keluarganya langsung bangkrut begitu saja hanya karena menyinggung Anggun, Aku cemas sebentar lagi giliran kita ketika si jallang itu mengatakan sesuatu pada Alvin!" Tegas Berlin yang tidak ingin mereka bernasib sama dengan Regina.
"Ibu juga tahu, tapi apa yang bisa kita lakukan untuk melawan Alvin? Salah salah langkah bisa-bisa kita malah mendapat musibah," ucap Agatha.
"Bukankah kita memiliki ayah Anggun? Cukup gunakan ayah si jallang itu untuk mengancam Anggun, suruh dia menjauh dari Alvin dan menjauh dari keluarga Baraya kalau dia masih mau ayahnya tetap hidup!" Tegas Berlin.
"Benar juga," Agatha menganggukkan kepalanya, ia mendapatkan ponsel dari tas miliknya dan segera menelpon sang asisten.
"Cari tahu nomor telepon Anggun!" Perintah Agatha pada orang di seberang telepon.
Barulah setelah mendengar ucapan ibunya, Berlin bisa duduk dengan tenang, dia mengatur nafas yang tersengal dan kemudian berkata, "ibu, coba pikirkan sesuatu untuk membuat suami Ibu mewariskan seluruh kekayaannya pada kita. Kalau tidak bisa memintanya secara baik-baik, lakukan saja secara paksa supaya kita bisa langsung mendapatkan seluruh harta keluarga Baraya dan tidak perlu lagi harus bergantung pada pria yang terbaring diranjang rumah sakit. Aku cemas mungkin 1 menit lagi atau besok pagi dia sudah mati, dan saat beritanya terungkap, maka Anggun akan menjadi pewaris tunggal kekayaan keluarga Baraya," ucap Berlin.
Agatha menggigit kukunya, "Itu tidak bisa, kuasa hukumnya harus bekerja sama, tetapi firma hukum--"
"Tidak ada yang akan menolak jika kita menggunakan uang. Kalau perlu, cari tahu rahasia busuk orang-orang di firma hukum," kata Berlin yang sudah tidak mau lagi memiliki saingan di kediaman keluarga Baraya.
Dia ingin segera menyingkirkan Anggun untuk selama-lamanya dan harta keluarga Baraya menjadi milik mereka sepenuhnya.
"Ibu akan memikirkannya," kata Agatha bersamaan dengan ponselnya yang bergetar menunjukkan sebuah pesan yang dikirim oleh sang asisten.
Setelah mendapatkan nomor telepon Anggun, Agatha dengan cepat menekan tombol panggil.
Drrtt.... Drrtt.... Drrtt....
Nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan telepon, silahkan tinggalkan pesan suara setelah bunyi...
Agatha mematikan panggilan telepon itu, lalu mengulanginya lagi, tetapi sampai tiga kali mengulanginya, tidak ada yang menjawab dari seberang telepon.
"Anak ini berani mengabaikan ku!" Agatha benar-benar kesal.
Sementara di titik lain di ibukota, saat ini Anggun baru saja tiba di apartemen dan mendapati sang suami telah menunggunya.
"Kau sudah di sini?" Anggun terkejut, Dia pikir Alvin masih tinggal di tempat acara karena Anggun memang meninggalkan tempat acara lebih awal.
"Kemarilah," ucap Alvin membuka kedua tangannya membuat Anggun kemudian tersenyum dan menghampiri sang suami.
Setelah berada dalam pelukan sang suami, Anggun menutup matanya, Entah kenapa perasaannya menjadi tenang setiap kali berada dipelukan Alvin.
Cup!
Sebuah ciuman mendarat di puncak kepala Anggun ketika Alvin mengusap punggung Anggun sambil berkata, "lain kali jika ada yang merundungmu, langsung katakan saja padaku."
Anggun terkejut, dia mengangkat kepala menatap Alvin, "Apa maksudmu?" Tanya Anggun.
Tangan kanan Alvin memencet pelan hidung Anggun membuat Anggun menutup kedua matanya.
Cup!
Saat itu sebuah ciuman mendarat di bibir Anggun membuat Anggun kembali membuka mata dan mendapati sang suami telah memberinya ciuman yang dalam.
"Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku," kata Alvin segera membawa Anggun ke gendongannya dan melangkah menuju kamar.
Anggun melingkarkan kedua tangannya di leher sang suami sambil menatap wajah Alvin dengan penuh tanya, "Apa jangan-jangan kau membuat bangkrut keluarga Boston karena--"
"Tidak ada yang boleh menyentuh istriku," ucap Alvin kembali mencium Regina, segera, sepasang sejoli itu larut dalam malam penuh erotis.
Entah berapa ronde yang mereka lalui, tetapi Anggun hanya mengingat dia pingsan sekali dan terbangun di bath up kamar mandi sebelum akhirnya bisa tidur dengan nyenyak dalam pelukan sang suami.
Tetapi pada pagi hari ketika Anggun bangun, di kamar yang luas itu hanya tersisa dirinya saja.
Sambil meringis menahan perih, Anggun turun dari tempat tidur, mendapati sarapan telah disiapkan di meja, hidangan yang ringan untuk mengisi perut yang kosong di pagi hari.
Anggun tersenyum, segera duduk menikmati sarapan tersebut bersamaan dengan ponselnya yang terus berdering.
Awalnya Anggun mengabaikannya, karena masih ingin menikmati sarapan yang dibuatkan sang suami, tetapi pada akhirnya dering ponsel yang terus mengganggu membuat Anggun berdiri meraih ponsel dan segera melihat sebuah nomor tak dikenal telah mengusiknya.
Dengan malas, Anggun mengangkat panggilan telepon itu, "halo," ucap Anggun pada orang di seberang telepon.
"Ternyata kau masih hidup juga ya," suara Agatha dari seberang telepon membuat kening Anggun mengerut, "aku pikir keluarga Boston sudah menyewa seseorang untuk membunuhmu saat meninggalkan acara kemarin malam, tapi rupanya kau beruntung bisa menghindari mereka. Apa jangan-jangan sekarang kau bersama Alvin?" Tanya Agatha dengan nada suara yang meremehkan.
"Kalau kau menelpon hanya untuk mengatakan omong kosong, maka aku akan menutup teleponnya!" Tegas Anggun dengan suara yang dingin mengejutkan Agatha bahwa ternyata Anggun benar-benar sudah melawannya.
Padahal sebelum-sebelumnya, Anggun tidak berani menatap matanya sejak kematian ayahnya, namun sekarang rupanya Anggun sudah berubah banyak.
Dasar Jallang kecil licik!
"Heh,, kau pikir kau bisa bertahan lama memenangkan hati Alvin? Kau itu hanya dijadikan pion olehnya, dan setelah kegunaanmu habis, dia akan menghilangkanmu dari dunia ini! Ah,,, aku lupa, aku menelponmu untuk memberitahumu kondisi ayahmu, jika kau masih ingin selang-selang medis terpasang di tubuhnya, maka sebaiknya sekarang juga datang ke bandara dan menghilanglah ke luar negeri! Aku sudah menyiapkan perjalanan yang menyenangkan untuk mu di afrika. Menjadi relawan di sana adalah pilihan yang tepat untukmu," ucap Agatha dari seberang telepon dengan nada mengancam.
Anggun tersenyum mengejek, tak menyangka sampai sekarang Agatha masih belum mengetahui kalau ayahnya telah dipindahkan ke tempat yang tak akan pernah ditemukan oleh Agatha dan putrinya.
"Sepertinya kau sudah salah paham, Aku tidak yakin ayahku masih ada padamu, jadi sebelum ada bukti, Aku tidak akan pernah menuruti keinginanmu! Ah,,, hari ini ulang tahunmu bukan? Aku sudah menyiapkan hadiah kecil untukmu, tempat yang nyaman untuk merayakan ulang tahunmu, selamat menikmati," ucap Anggun lalu mematikan panggilan telepon dan segera memblokir nomor telepon Agatha.
Agatha yang di seberang telepon mengerutkan keningnya, "dasar jallang licik ini!" Agatha dengan cepat menekan tombol panggil pada sebuah nomor telepon di ponselnya.
Tetapi pada saat itu, nomor telepon yang hendak ia hubungi ternyata sudah tidak aktif lagi.
Jadi Agata hanya bisa menghubungi nomor telepon yang lain dan menyuruh seseorang untuk mengecek ke rumah sakit untuk mengetahui kondisi suaminya.
Tetapi satu jam kemudian, Agatha menerima kabar yang mengejutkan.
"Apa?! Pria itu telah menghilang 1 minggu yang lalu?!" Teriak Agatha yang saat itu berada di ruang kerjanya.
Berlin yang bersama dengan ibunya pun mengerutkan keningnya, penasaran tentang pria yang dimaksud oleh ibunya.
"Sial!!" Agatha memutuskan panggilan teleponnya setelah mendapat kabar dari orang suruhannya dan meramas rambutnya dengan kesal.
"Apa yang terjadi Bu?" Tanya Berlin.
"Pria sialan itu sudah tidak ada di rumah sakit, seseorang mengambilnya satu minggu yang lalu," ucap Agatha sambil menggertakkan giginya.
Hanya ayah Anggun yang mereka punya untuk mengancam Anggun, namun sekarang pria itu telah menghilang, tetapi siapa yang akan menculik seorang pria koma?
"Ayahnya Anggun menghilang? Apa jangan-jangan Alvin yang membantu Anggun untuk menyelamatkan ayahnya?" Ucap Berlin yang kini sangat cemas bahwa mereka mungkin benar-benar meremehkan Anggun.
Agatha menghentikan remasan pada rambutnya, ia menatap putrinya dengan sorot mata yang dalam, "itu bisa jadi, tapi tidak mungkin Alvin terlibat begitu jauh dalam--"
Tok tok tok....
Clek!
Asisten Agatha berlari memasuki ruangan, membuat Agatha menjadi kesal dan segera mengambil pajangan di mejanya lalu melemparkannya ke sang asisten.
Sang asisten dengan cepat menghindar hingga pajangan tersebut mengenai dinding dan jatuh ke lantai.
"Siapa yang mengizinkanmu masuk sembarangan?!" Bentak Agatha penuh amarah.
"Maaf Nyonya, tapi Komisi pemberantasan korupsi dan kepolisian baru saja tiba, mereka menggeledah seluruh ruang kerja para staf dan--" belum saja sang asisten menyelesaikan ucapannya, pintu di belakangnya sudah terbuka dan orang-orang dari kejaksaan berjalan memasuki ruangan sambil membawa box-box berwarna biru.
"Apa yang kalian lakukan?!" Teriak Agatha melototi orang-orang yang langsung masuk membongkar ruang kerja Agatha dan mengambil berkas-berkas milik Agatha ke dalam box yang mereka bawa.
Seorang pria yang merupakan kepala kejaksaan tersenyum melangkah mendekati Agatha, membawa sebuah amplop putih dan menyerahkannya pada Agatha.
"Kami menerima laporan penggelapan dana di hotel ini, juga,,, kemungkinan kalian harus ikut dengan kepolisian atas tuduhan pembunuhan berencana," kata sang pria bersamaan dengan seorang polisi yang juga ikut menyerahkan sebuah surat perintah penangkapan Agatha dan putrinya.
"Kalian pasti sudah salah alamat," ucap Agatha menerima 2 amplop putih itu dan segera membukanya.
Ini mustahil!
Wajah Agatha membeku saat ia melihat Surat perintah yang ada di tangannya, kini dia dan putrinya langsung ditetapkan sebagai tersangka?
Sungguh tidak masuk akal!
"Kalian bisa memilih untuk tetap diam atau menghubungi seorang pengacara," ucap salah seorang polisi sambil memberi kode pada bawahannya untuk memborgol 2 perempuan di sana.
Agatha dan anggun terdengung saat borgol dipasang di tangan masing-masing.
"Siapa yang melaporkan kami?" Berlin bertanya dengan linglung.
"Kalian akan mengetahuinya nanti," ucap sang polisi segera membawa dua perempuan itu.
Agatha membeku, hadiah ulang tahun,,, apakah ini yang dimaksud Anggun?