NovelToon NovelToon
ARGRAVEN

ARGRAVEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Eva

WARNING ⚠️

Mengandung beberapa adegan kekerasan yang mungkin dapat memicu atau menimbulkan rasa tidak nyaman bagi sebagian pembaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. »Flummox

Flummox [Membingungkan]

***

29 Agustus

Bunyi heels seseorang yang berjalan mendekat, membuat seorang gadis yang sedang membaca mading bernama Azalea menoleh ke belakang.

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada sosok yang selama ini ia kagumi sedang berjalan dengan langkah anggun dan jangan lupakan senyuman ramah yang tidak pernah luntur dari bibirnya.

"Definisi bidadari tak bersayap itu kak Ludira," gumam Aza. Matanya tak luput dari memperhatikan penampilan Ludira dari atas sampai bawah.

Mata Aza melotot dengan tangan menutup mulutnya karena kaget. Ludira memberikan senyuman manis untuknya saat berjalan melewatinya.

"Aaaa, Aza disenyumin oleh ratu kampus!" teriak Aza tertahan.

"Baaaaaa!!"

"Eh, kodok jalannya lompat!" latah Aza sambil menepuk-nepuk dadanya karena kaget.

"Ngapain lo disini? Nggak pulang?"

"Vanna, ih! Hobi kamu ngagetin Aza, ya?" Aza mencebik kesal karena lagi-lagi Vanna mengagetkannya.

Gadis bernama Vanna memutar bola matanya seperti sedang berpikir. "Kayaknya iya, Za. Lo kalo kaget bikin mood gue naik tau nggak!" Vanna menjawab diselingi oleh tawanya.

Aza hanya merespon dengan senyuman paksa. Gadis tersebut menepuk lengan Vanna pelan. "Na!"

"Hah?"

Aza menatap Vanna tidak enak. "Kamu pulang duluan aja. Aku ada urusan sebentar," ujar Aza memberi alasan.

"Urusan? Lo ada urusan apa? Sejak kapan lo kalau ada urusan nggak kasih tau gue?" tanya Vanna curiga.

"Bukan apa-apa, Na. Urusan kerjaan baru Aza. Kamu nggak perlu tau, nggak penting juga, kok," alibi Aza. Ia sungguh tidak mahir dalam berbohong. Buktinya sekarang Vanna menatapnya penuh selidik.

"Kalau mau bohong pinteran dikit, Yupiiii! Lo nggak menguasai bidang itu, apalagi bohongnya sama gue," balas Vanna tidak mempercayai Aza.

"Na, untuk kali ini Vanna nggak usah tau, ya. Nggak penting juga, kok. Vanna pulang duluan aja, Aza ...."

"Oke-oke nggak papa. Gue paham, kok. Setiap orang mempunyai privasi. Begitu juga dengan lo, Yupi," ungkap Vanna memaklumi. Tangannya memegang pundak Aza. "Tapi perasaan gue nggak enak, Za. Lo hati-hati, ya," sambung Vanna.

Aza tersenyum melihat sahabatnya tersebut. Dengan cepat ia memeluk Vanna. "Makasih, ya, Vanna. Kamu selalu mengerti Aza."

"Udah, ah, gue mau balik. Perut gue udah laper," ujar Vanna sambil meraba-raba perut datarnya. Aza terkekeh karenanya.

"Vanna hati-hati!" Setelah mengiyakan pesan Aza, Vanna berjalan meninggalkan Aza yang masih berdiri menatap punggung Vanna yang semakin menjauh.

Belum hilang dari pandangan Aza, Vanna kembali membalikkan badannya menghadap ke Aza. "levis's Trucker Jacket udah lo balikin, Za?" teriak Vanna.

Aza mengacungkan kedua jempolnya untuk menjawab pertanyaan Vanna. Terlihat di sana Vanna sedang menggerutu.

"Maaf, ya, Na. Aza nggak kasih tau Vanna soal kakak misterius yang mau bertemu Aza di halte," monolog Aza.

Aza tidak tau maksud dan tujuan si misterius a.k.a Agraven yang mengajaknya bertemu di halte depan kampusnya. Karena penasaran dan tidak enak jika tidak menepati ucapannya, Aza akhirnya memutuskan untuk menuju ke halte tersebut.

Dari kejauhan Aza melihat sudah ada pria yang bermasker hitam dan akhir-akhir ini sering ia lihat. Dia Agraven Kasalvori sedang bersandar di kap mobilnya. Tidak lupa kaca mata hitam yang bertengger di depan hidungnya yang mancung.

"Kakak! Udah lama nunggunya?" tanya Aza tidak enak setelah berdiri di samping Agraven.

Agraven yang semulanya sudah memperhatikan Aza dari jauh hanya bergumam memberi jawaban. "Hm."

"Kenapa kamu ajak Aza ketemu disini, Kak?"

Agraven membuka pintu mobil. "Masuk!" Agraven tidak menjawab pertanyaan Aza. Pria itu justru memintanya untuk masuk ke dalam mobil.

"T-tapi ... kita mau kemana, Kak?" tanya Aza bingung.

"Saya bilang masuk. Nggak usah ngebantah," tekan Agraven, kakinya maju beberapa langkah untuk mendekati Aza.

Aza yang gugup langsung mundur, tetapi sayang tubuhnya mentok di pintu mobil Agraven.

Agraven terus saja menipis jarak antaranya dan Aza. Mata Aza menutup karena takut. Jantung Aza seakan-akan ingin copot di dalam sana karena tindakan Agraven.

Merasa ada yang memegang pergelangan tangannya, Aza kembali membuka matanya. Belum sempat ia mengutarakan isi pikirannya, Agraven lebih dulu menariknya untuk memasuki mobil. Dengan pasrah Aza menuruti.

Senyuman mirik terbit dibalik masker hitam Agraven.

Sudah beberapa menit di perjalanan, Aza masih diam dengan berbagai pikiran yang bersarang di otaknya.

"Aza mau dibawa kemana? Apa Aza mau diculik?" batin Aza. Gadis itu tidak berani memulai pembicaraan. Alhasil ia hanya diam sambil sesekali menggigiti kuku jarinya sendiri.

"Hmm... kita mau kemana, Kak?" tanya Aza mulai memberanikan diri.

"Pulang," jawab Agraven singkat.

Dahi Aza mengkerut karena bingung. "Tapi rumah Aza bukan ini arahnya," balas Aza.

Tidak mendapat respon dari Agraven membuat Aza mencebikkan bibirnya sebal.

Agraven melirik sekilas ke sampingnya. "Tenang, Agraven." Agraven mendesis dalam hati saat melihat raut wajah Aza yang cukup menggemaskan di matanya.

"Kakak mau culik Aza, ya?" tuduh Aza setelah beberapa saat terdiam. Ia mulai gelisah, karena Agraven membawanya cukup jauh dari kampus. Dan Aza tidak tau sekarang ia berada di daerah mana.

"Hm," jawab Agraven singkat dengan gumaman.

Mata Aza melotot kaget. Sontak ia menoleh untuk melihat Agraven yang sedang fokus memperhatikan jalan.

"Jangan becanda, Kak. Nggak lucu tau! Kalau mau culik Aza, kakak nggak bakal dapat apa-apa. Nggak ada orang yang bisa kamu minta tebusannya!" ungkap Aza.

"Ada."

Lagi-lagi Aza terperanjat kaget karena jawaban Agraven. "Aza itu orang miskin, nggak punya orang tua juga, jadi nggak ada gunanya kakak culik Aza. Kamu cuma buang-buang waktu kalau culik Aza. Enggak ada yang bisa kamu dapatkan dari Aza," balas Aza mulai gelisah.

"Saya tau."

"Nah, terus ngapain masih mau culik Aza? Nggak dapat apa-apa, 'kan?"

"Tentu ada," jawab Agraven.

"Apa?!"

"Rahim kamu."

Damn

Sepertinya Agraven ingin membuat jantung Aza keluar dari tempatnya.

"Maksud kamu ...." Aza menjeda ucapannya sambil berpikir. "KAMU MAU PERKOSA AZA, KAK?" lanjutnya berteriak.

"hm," jawab Agraven. "Tepat sasaran," sambungnya dengan santai.

"Hahaha, kakak bisa juga bercandanya," tawa Aza dengan masam.

Akhirnya mereka berhenti di depan sebuah rumah yang membuat Aza melongo melihat bangunan itu.

"Saya nggak bercanda," ujar Agraven tiba-tiba setelah terjadi keheningan sebelumnya. Hal itu berhasil membuat jantung Aza berhenti berdetak selama beberapa detik.

"K-kak ...."

"Kamu masuk perangkap yang kamu buat sendiri, Azalea Kananta."

"Kamu tau nama lengkap Aza, Kak? K-kamu--"

"Kamu sendiri yang mancing saya, bahkan kamu sendiri yang memberi umpan yang membuat saya berniat memiliki kamu seutuhnya," potong Agraven.

Aza belum memahami apa yang terjadi kepadanya sekarang.

"M-maksud kamu apa, Kak? Aza-"

"Terima kehidupan baru kamu mulai dari sekarang. Karena kamu tidak akan terlepas dari saya mulai dari sekarang, Azalea Kananta ...."

"Segera lupakan semua tentang kehidupan kamu sebelumnya. Termasuk pacar kesayangan kamu," sambung Agraven tersenyum puas dibalik maskernya.

Aza masih terdiam untuk mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Agraven.

"Ah, iya! Berhubung kamu udah melihat wajah saya. Berarti mulai saat ini, wajah ini boleh kamu liat setiap hari." Agraven membuka masker hitamnya. Hal itu berhasil membuat Aza kaget karena melihat parasnya yang nyaris sempurna.

Agraven terkekeh melihat keterkejutan Aza. Agraven menipis jaraknya dengan Aza. Hal itu mampu membuat napas Aza berhenti. Jarak wajahnya dan Agraven hanya tersisa beberapa senti saja. "Kamu milik Agraven Kasalvori sekarang."

Deg

Kenapa sekarang Aza menjadi sangat bodoh. Bisa-bisanya ia terpesona dengan wajah tampan Agraven. Karena terlena, Aza hanya diam saat Agraven mengangkatnya ke dalam gendongannya untuk masuk ke dalam rumah besar di hadapannya.

Aza masih terdiam dengan tangan yang masih mengalung di leher Agraven. Kenapa otaknya mendadak beku?

"Udah puas liatin saya?" Suara bas Agraven berhasil membuyarkan Aza dari lamunannya.

Aza mulai memberontak untuk minta diturunkan dari gendongan Agraven. "Kak, Aza mau pulang. Tolong antar--"

"Ini rumah kamu sekarang, Azalea. Tidak ada tempat kamu berpulang selain tempat ini," potong Agraven meletakkan tubuh Aza di sofa yang terdapat di dalam sebuah ruangan. Hanya ada satu sofa panjang dan berbagai buku-buku yang tersusun rapi di sebuah lemari.

"Bukan! Rumah Aza ada di gang Violet! Ini bukan rumah Aza!" sanggah Aza hendak berdiri. Namun, bahunya ditahan oleh Agraven yang berdiri di depannya.

"Kamu nggak akan bisa keluar dari sini, jadi tunggu saat saya kembali," peringat Agraven. Setelah itu ia keluar dan tidak lupa menutup pintu, bahkan menguncinya.

Aza mulai gelisah. "Ini apa? Tuhan ...."

"Aza nggak ngerti dengan semua ini. Kak misterius orang jahat?"

"Iya. Aza udah salah menilainya sebagai malaikat. Dia berniat culik Aza, lalu sekarang Aza harus apa?" Aza terus bermonolog.

"Telepon Afka!" serunya, saat ingin mencari tasnya, Aza teringat sesuatu.

"Aza bodoh. Tasnya ketinggalan di mobil tadi," gerutu Aza. Ia berjalan mondar-mandir di ruangan yang cukup luas tersebut. Aza tidak tahu berapa lama akan berada di ruangan itu.

Setelah beberapa lama menunggu dan lelah mencari akal, Aza terduduk lemas di sofa. Ia

sudah mulai merasakan lapar.

"Kapan dia mau buka pintunya? Aza lapar," lirih Aza. Ia berbaring di sofa panjang tersebut.

"Hiks, Tuhan ... kenapa malah terjebak di sini? Aza nggak tau apa yang diinginkan Kakak misterius itu atas diri Aza hiks ...."

"Aza takut. Aza mau pulang...." isak kecil Aza terdengar lirih. Sudah cukup selama ini ia tanggung kesusahan dalam hidupnya yang hanya tinggal sendirian. Dan sekarang ia terlibat masalah yang ia sendiri pun tidak tau.

karena sudah tidak tahan menahan ketakutannya. Aza hanya bisa terisak dalam tangisnya.

Cklek

Akhirnya bunyi pintu terbuka terdengar oleh indera pendengaran Aza. Dengan cepat gadis tersebut duduk.

Di sana ada Agraven yang membawa piring dan gelas di tangannya.

"Kak! Hiks tolong Aza. Tolong antar Aza pulang. Aza nggak mau disini hiks," mohon Aza. Ia segera mendekati Agraven.

Pria itu hanya diam melihat Aza yang terisak. Tidak ada rasa iba dari dalam hatinya.

"Makan!"

Agraven menarik tangan Aza untuk kembali duduk di sofa. Karena sudah hampir kehabisan energi, ia hanya pasrah saat Agraven mendudukkannya di sofa.

"Makan."

Dengan menurut Aza melakukannya. Sudut bibir Agraven terangkat.

***

"KAK!"

"APA YANG KAKAK LAKUKAN KEPADA BAPAK ITU?!"

"KAK AGRAVEN!"

To be continue....

1
Los Dol TV
Keren dan Inspiratif.... semoga sudi singgah ke Karyaku , Rindu Gugat
Neneng Dwi Nurhayati
ini cerita nya Agra sama Ara itu beda agama gmna Kak,
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
opiko
Sudah menunggu dengan tidak sabar lanjutan cerita selanjutnya! Teruslah berkarya, author!
Rosalie: udah up yah🤗
total 1 replies
Rakka
Jangan bikin saya penasaran thor, update secepat mungkin ya! 🙏😊
Rosalie: Silahkan follow akun ini buat dapetin update an terbaru dari cerita ARGRAVEN 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!