NovelToon NovelToon
PANGERAN UWENTIRA

PANGERAN UWENTIRA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / cintamanis / Cinta Beda Dunia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: ALNA SELVIATA

"Jika di duniamu banyak melukaimu, maka aku akan datang dari dunia lain menyembuhkan lukamu"
kisah nyata ini berawal dari kisah Hanum yang berlibur dirumah neneknya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan anak laki-laki tampan yang seumuran dengan dirinya. Anak laki-laki itu memperkenalkan dirinya sebagai Dominic. Sejak pertemuan itu di kebun kopi, Hanum dan Dominic seringkali bertemu, mereka bermain bersama seperti layaknya anak seusia mereka.
Tiba waktunya, liburan sekolah Hanum telah usai. Kedua orang tua Hanum menjemput putrinya untuk kembali ke kota. Hanum pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan kepada Dominic, hingga di hati Dominic menghadirkan rindu yang meluap hingga dewasa. perbedaan Dunia tidak menghalangi Dominic mencari Hanum, dia bahkan menyusuri kota-kota yang ada di Indonesia, namun langkahnya terhenti ketika mendapati seorang wanita yang menggendong anak kecil, wanita itu dipenuhi duka lara dan beban hidup. Wanita yang dapat membuat Pangeran Uwentira jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 TANGISAN CINTA

Mereka tiba kembali di rumah Revan, Hanum menyambut Don di teras rumah, dia menanti Don dengan harapan Don membawa kabar baik tentang Ganiyah. Dari jauh Don melemparkan senyum, dia berjalan cepat menaiki tangga, menghampiri wanita yang ia cintai itu.

"Kau menungguku?" Tanyanya.

"Aku tidak mau bohong, aku dari tadi menunggumu," jawab Hanum harap-harap cemas.

Don tidak tega melihat mimik Hanum yang terlihat berharap kepadanya, berharap akan mendengar kabar baik tentang putrinya yang menghilang.

"Kami sedang proses mencarinya, percayalah kepadaku, Ganiyah pasti baik-baik di suatu tempat," ujar Don.

Hanum tertegun, "Bagaimana kamu yakin? Sedangkan aku Ibunya yang masih cemas," dia bingung dengan makna dibalik ucapan Don.

Don memandangi Hanum dengan tatapan sendu, kilas balik masa lalu terlintas dibenaknya, dalam hatinya berandai-andai, jika dia lebih dulu menemui Hanum, tentu wanita pujaannya itu tidak jatuh ditangan laki-laki yang salah.

"Kamu hanya perlu memberikan kepercayaan lagi pada seseorang, percaya padaku, jika Ganiyah berada di tempat yang aman, dan dia baik-baik saja," pinta Don.

Entah mengapa, Hanum yang tidak pernah percaya seseorang selain Cici luluh begitu saja dengan ucapan Don. Pria yang batu saja ia kenali, tetapi Don seperti telah mengenalnya dari bertahun-tahun yang lalu, setiap ucapan Don, sulit untuk disanggah oleh Hanum.

"Kamu mau memberikan kepercayaan itu?" Tanya Don sekali lagi.

Hanum menyunggingkan senyum, "Akan aku berikan," jawabnya.

Di tengah mereka yang tampak malu-malu, perut Hanum bergemuruh, sejak semalam dia memang belum makan. Hanum langsung memegang perutnya, pipinya bersemu merah karena malu. Don menahan tawanya, dia melirik ke Qenza yang sedang menunggu didepan mobil, lirikan itu menandakan bahwa mereka akan keluar sebentar lagi bersama Hanum.

"Mari kita makan bersama, kamu pasti lapar," ajak Don.

Hanum segan keluar jalan bersama Don, dia takut jika anak buah Revan mendapatinya.

"Aku makan dirumah saja, aku takut nanti Revan salah paham."

Don menarik nafas panjang, dia lupa bahwa Hanum masih terikat sebagai istri Revan, dia tidak mungkin membawa istri orang sembarangan, walaupun hanya sekedar makan siang.

"Kalau begitu, kita makan di sini saja, bersama Qenza dan Bibi yang didalam, aman 'kan?"

Don mencari jalan keluar agar dia tetap makan bersama Hanum, walaupun Qenza dan Bi Rini ikut serta. Ini melindungi Hanum dari amarah Revan yang akan salah paham lagi. Hanum yang setuju langsung menemui Bi Rini yang sedang membersihkan kamarnya.

"Bi Rini sudah masak?"

Bi Rini belum sempat masak, dia hanya menunggu perintah dari Hanum jika istri dari majikannya itu meminta.

"Kalau begitu kita masak sekarang, tamu Pak Revan mau makan disini lagi, Bi.."

Setelah keluar dari kamar, Don sudah terlihat berdiri di ruang tengah bersama dua orang pria dan wanita, mereka pelayan dari resto terdekat dari rumah Revan, membawa berbagai makanan yang sejak tadi di pesan oleh Qenza.

"Secepat itu?" Tanya Hanum.

"Sebelum kamu mengucapkan, aku akan tahu bagaimana keadaanmu saat ini, aku mengerti semua tentangmu," jawab Don.

Dia sudah berencana akan makan bersama Hanum di restoran itu, tetapi karena Hanum tidak ingin pergi bersamanya, maka para pelayan resto itulah yang datang ke rumah Hanum untuk menyajikannya secara langsung.

"Silahkan tata makanan itu di atas meja," ucap Qenza kepada para pelayan restoran.

Satu persatu makanan lezat itu di tata di atas meja makan, meja makan yang selalu saja sunyi, Hanum dan Revan jarang makan di meja makan itu, Revan yang selaku saja makan di luar bersama Rachel tidak memiliki waktu untuk menikmati makan bersama istrinya di rumah, sedangkan Hanum selalu memilih makan di kamar, didepan laptopnya bersama Ganiyah. Mereka melakoni itu setiap hari, hingga dua tahun lamanya, meja makan itu selalu sepi dari penghuninya, tak ada kehangatan yang terjalin layaknya sebuah keluarga.

"Ayo, mari kita makan, perutmu akan memberontak nanti," ajak Don.

Qenza meminta Bi Rini turut makan bersama mereka, namun wanita paruh baya itu sungkan, dia lebih memilih makan di dapur seorang diri.

"Biarkan saja, Bi Rini memang tidak suka bergabung dengan siapapun, dia tidak nyaman, maaf.." Kata Hanum yang sudah lama mengetahui sifat asisten rumah tangganya.

Qenza yang lebih tidak enakan juga mencari-cari alasan, dia memilih makan di ruang tamu sambil berpura-pura menelpon dengan kawannya, Don yang tahu maksud Qenza hanya tersenyum tipis, dia akan memanfaatkan momen berduanya dengan Hanum untuk merebut wanita pujaannya dari Revan.

"Aku belum pernah makan di restoran ini, terima kasih," ucap Hanum.

Dulu dia selalu berharap jika Revan mengajaknya bersama Ganiyah jalan-jalan, walaupun hanya sekedar makan di restoran. Mendengar ucapan Hanum, ada pilu di hati Don, sebegitu tidak dihargainya Hanum dari suaminya hingga makan di restoran terdekat menjadi hal impiannya.

"Mengapa rumah tangga kalian seperti ini? Mengapa kau terlihat santai ketika suamimu bersama wanita lain?"

Pertanyaan itu dilontarkan lagi Don kepadanya, tentu Hanum tidak bisa terus-menerus menghindar, Don sudah ia anggap teman, dia harus lebih terbuka pada pria yang sudah baik itu.

"Dari awal pernikahan kami hanya perjodohan, aku tidak tertarik sedikitpun dengan suamiku, karena hutang piutang Ayahku, aku harus menjadi istri Revan. Aku sempat menolaknya, hingga akhirnya aku terpaksa menerima perjodohan itu demi membantu Ayahku. Kami menikah hanya karena hutang, tetapi saya berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk suamiku. Tetapi, entah mengapa Revan selalu menganggap aku ini hanya sebuah perempuan pajangan, mengisi rumahnya. Dulu, aku memohon agar kami saling baik-baik saja demi Ganiyah, tapi sampai saat ini malah semakin parah," jelas Hanum.

Sebelumnya Don sudah tahu karena menelusuri kisah rumah tangga Hanum, akan tetapi dia ingin mendengarnya secara langsung dari cerita versi Hanum sendiri, ternyata benar yang dikatakan orang-orang yang mengenali mereka, Hanum hidup bersama Revan bak burung yang sedang di sangkar, hanya menjadi pajangan untuk melengkapi hidup Revan.

"Aku tahu pasti kamu sudah mati rasa," ucap Don menilai setiap makna kalimat Hanum yang tak bergairah tentang pasangan.

"Siapa bilang? Siapa bilang aku mati rasa?" Tanya Hanum yang sedikit protes.

Don yang terheran memandang serius Hanum,

"Kau sudah mencintai suamimu?"

"Bukan dia, bukan dia, aku bukan wanita bodoh yang mencintai orang telah menyakitiku, mengkhianati ku, aku mencintai seseorang, dan itu sudah lama," jawab Hanum.

Don mulai gelisah, timbul dibenaknya bahwa bisa saja Hanum mencintai pria lain, bukankah Hanum gadis yang aktif dan cantik, tentu ada banyak pria yang pasti mendekatinya. Don mulai terbakar api cemburu.

"Lalu kenapa kau tidak bersama pria itu? Suruh dia menyelamatkanmu dari pria psikopat," tanya Don yang agak sensi.

Hanum tersenyum masam, sebenarnya harapannya seperti itu, tapi pria yang ia cintai berbeda darinya, dia bingung harus menemuinya dengan cara apa? Cinta pertamanya masih seperti legenda yang menjadi halusinasinya.

"Dia tidak dapat kutemui, mungkin saja dia sudah memiliki pasangan," jawabnya lesu.

Don menelisik dibalik kata-kata Hanum,

"Kau tidak pernah lagi mendengar kabar tentangnya? Memangnya dia sedang dimana?"

Hanum menghela nafas, dia mengeluarkan sesak di dadanya bila mengingat cinta pertamanya itu.

"Aku bahkan tidak tahu ditinggal dimana, apakah dia nyata atau tidak, atau halusinasiku sejak kecil, aku hanya tahu namanya Dominic.."

Don tertegun, saking terkejutnya, dia menjatuhkan sendoknya ke lantai. Don memandang Hanum tanpa berkedip, matanya sedikit demi sembab.

"Nama pria yang kau cintai itu Do-dominic?" Tanyanya untuk lebih meyakinkan dirinya.

1
Ir Ma
suka cerita nya
Minn
sejauh ini semuanya bagus tor👍👍
Minn
pasangan yang serasi klop👍👍
Sandy Adalangi
lanjut doong
zin
Hadir kak,
boleh mampir di karya ku kak,
Cinta Setelah Kata Cerai
zin
/Whimper/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!