Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Hari Pernikahan
Setelah melewati drama hilangnya Khalisa, kini saatnya mereka kembali disibukkan dengan rencana pernikahan Khalisa dan Narendra.
Narendra bisa bernapas lega, setelah mengetahui Khalisa bukan hilang, apalagi diculik. Calon istrinya itu justru berada di tempat rahasia yang ada di kediaman kakeknya, yang sekarang menjadi kediaman paman Kamal.
Dan sore itu juga, Khalisa dan keluarganya menuju pulau pribadi milik keluarga Wiranata. Pulau yang dipilih oleh mami Aulia untuk melangsungkan pernikahan Narendra dan Khalisa.
Pulau pribadi ini awalnya akan menjadi salah satu mahar yang diberikan Narendra untuk Khalisa. Tapi gadis itu menolaknya. Dengan tidak menghilangkan rasa hormatnya pada Narendra dan mami Aulia, Khalisa meminta mahar yang bisa dia gunakan sehari-hari.
Akhirnya mami Aulia memberikan pulau pribadi itu sebagai hadiah pernikahan, sebagai salah satu seserahan untuk calon menantunya itu.
Sekarang, wanita mana yang tidak cemburu dengan nasib baik Khalisa?
Sonia contohnya. Dia tidak sengaja melihat postingan di story Shinta. Di sana jelas tertulis keterangan bahwa, pulau tempat Shinta berada saat ini merupakan salah satu dari seserahan yang diberikan keluarga Wiranata untuk calon istri putra mereka.
Sonia kecewa dan juga sakit hati. Rasa benci karena Narendra mencintai mantan adik sepupunya, kini kembali tersulut akibat rasa kecewanya. Sonia juga benci, sejak dulu selalu saja Khalisa yang dilimpahi kasih sayang oleh mami Aulia. Bukan padanya yang dulu adalah tunangan Narendra.
Bahkan saat dia masih menjadi calon istri Narendra, tidak ada disebutkan akan diberikan seserahan sebuah pulau.
Jika saja Sonia tahu, dia tidak akan tergoda untuk selingkuh. Menyesal? Sudah bukan waktunya lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Bukankah dia sendiri yang meminta Khalisa agar mau menikah dengan Narendra?
Kita tinggalkan Sonia yang sedang terpuruk, dan biarkan dia merenungi nasibnya. Karena Dion, pria yang Sonia harapkan bisa menerima dan melindunginya, ternyata tidak mau mengakui Sonia sebagai putrinya. Ingin kembali pada paman Kamal, Sonia sudah terlanjur berjanji tidak akan kembali pada keluarga pria yang merawat dan membesarkannya sejak bayi itu.
Kembali pada Khalisa, gadis itu tengah menghirup udara segar bersama bibi Amanda dan Darel. Mereka sedang menikmati senja, melihat matahari terbenam sambil duduk di pinggir pantai.
Dari jarak sekian meter, tampak para pengawal berjaga-jaga. Kali ini yang Narendra takutkan bukan Sonia atau Abian yang akan mengganggu jalannya acara pernikahannya dengan Khalisa. Melainkan Diana. Apa lagi calon ibu mertuanya itu terang-terangan meminta Khalisa tidak melanjutkan pernikahan mereka. Entah apa maksudnya? Hanya Diana yang tahu.
Selain Diana, Narendra juga berjaga-jaga menghalau gangguan dari para tamu dan rekan bisnis Wiranata yang akan hadir di pulau pribadi keluarganya. Meski sudah di pilih yang benar-benar pantas di undang, tapi Narendra tetap meminta Kevin menyiapkan penjagaan yang ketat. Terutama untuk Khalisa dan juga keluarganya.
"Kepala bisa sama hitam. Tapi kita tidak pernah tahu isi kepala mereka." ucap Narendra memberi alasan saat dia meminta Kevin untuk menempatkan orang-orang terbaik dan setia untuk berjaga-jaga.
***
Setelah satu hari menikmati keindahan pulau kecil tempat akad dan resepsi berlangsung. Hari ini adalah hari yang akan menjadi sejarah perjalanan baru hidup Khalisa dan Narendra.
Di meja akad, paman Kamal sudah siap untuk menjabat tangan Narendra. Pria paruh baya itu sudah menegaskan, Viola dan Khalisa adalah putri kandung dari ayah Arsyad dan Diana. Karena itulah, maka saat ini paman Kamal menjadi wali nikah Khalisa. Untuk menyerahkan tanggung jawabnya atas putri saudara kembarnya itu, pada Narendra.
"Bagaimana pengantin pria, sudah siap?" tanya pak penghulu.
"Siap." jawab Narendra dengan yakin.
"Bapak wali, siap?" tanya pak penghulu pada paman Kamal.
"Siap Pak." jawab paman Kamal.
"Baik kita mulai." ucap pak penghulu yang diangguki oleh Narendra dan paman Kamal.
***
Khalisa di temani Viola, menunggu di salah satu cottage yang ada di pulau tersebut. Dengan gaun hasil rancangannya sendiri, Khalisa terlihat sangat cantik dan mempesona. Viola sampai iri pada kecantikan adiknya itu. Terutama pada bagian mata. Bola mata Khalisa berwarna kebiru-biruan sama seperti bola mata ayah Arsyad dan paman Kamal. Terlihat semakin indah setelah diberi sentuhan make up oleh MUA.
Viola sangat menginginkan mata seperti Khalisa. Sayang dia merupakan foto copy dari Diana. Hanya hidung mancung yang di wariskan ayah Arsyad padanya. Sementara Khalisa merupakan duplikat ayah Arsyad versi perempuan.
"Kamu cantik Dek." ucap Viola. Khalisa tersenyum.
"Kakak lebih cantik. Terima kasih, Kakak sudah mau menemani Ica hari ini." balas Khalisa.
"Kita saudara, kan?" tanya Viola. Khalisa mengangguk.
"Sudah kewajiban Kakak menemani kamu." ucap Viola lagi.
"Saat Kakak nikah, harus kabari Ica juga." ucap Khalisa meminta, sebelum Diana melarangnya.
"Tentu saja, Kakak juga butuh paman Kamal untuk menjadi wali." balas Viola sambil mengerlingkan matanya.
"Melihat kamu secantik ini, Rendra pasti semakin jatuh cinta. Lihat saja nanti, matanya tidak bisa berkedip melihat istrinya secantik ini. Mana kalian sudah satu minggu ini tidak bertemu, pasti dia langsung terpana dan terpukau lihat kamu." ucap Viola lagi, mengembalikan pembahasan mereka tentang kecantikan Khalisa. Viola tidak ingin Khalisa sedih jika mengingat keluarga mereka yang berantakan.
Khalisa tidak menjawab karena diluar sana, pak penghulu sudah memulai acara yang sebentar lagi akan merubah statusnya. Status yang butuh banyak belajar untuk menjalaninya.
Jantung Khalisa berpacu dengan cepat kala mendengar paman Kamal memulai kalimat ijab. Cepat dan lancar, yang langsung disambut Narendra dengan kalimat kabul.
"Saya terima nikahnya Khalisa Aulia Arsyad binti Kemal Arsyad dengan mas kawin tersebut, tunai." ucap Narendra dengan satu tarikan napas.
Kata "SAH." diucapkan para saksi. Terdengar jelas di telinga Khalisa dan Viola.
Viola memeluk sang adik. Ada rasa haru, bahagia, puas dan bangga. Dia telah berhasil menyerahkan Khalisa pada pria yang tepat. Bukan seperti Devan yang katanya cinta tapi masih suka tebar benih di banyak tempat. Tidak sia-sia drama yang dia buat agar Khalisa melihat sendiri bagaimana kelakuan pria yang sempat menjadi tunangan adiknya itu.
Walau Viola akui, dia juga bukan gadis yang baik. Akibat pergaulan dan juga misi yang beberapa tahun ini dia jalankan. Untungnya dia bertemu Julian, pria yang mencintainya dengan tulus dan mau menerima dirinya apa adanya.
Ditemani Viola dan bibi Amanda, Khalisa keluar dari cottage menuju meja akad nikah. Sudah ada Narendra yang menunggunya disana dengan senyum yang terus terlukis diwajah tampannya.
Seperti yang Viola katakan, Narendra jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya pada Khalisa. Pria itu tidak mampu mengedipkan matanya, melihat kecantikan gadis yang sekarang berstatus sah, baik secara hukum dan agama, sebagai istri seorang Narendra Baskara Wiranata.
"Hai istri." bisik Narendra saat Khalisa mencium punggung tangannya.
Khalisa tersenyum meski Narendra tidak bisa melihatnya. Ada perasaan yang lain saat dia menyentuh tangan Narendra dengan bibirnya. Tangan seorang suami yang akan melindungi dan memeluknya. Seorang imam yang akan bertanggung jawab atas dirinya di dunia dan akhirat. Menjadi tempat bagi Khalisa untuk mendapatkan pintu surga, hanya dengan patuh dan berbakti, serta memenuhi hak dan kewajibannya pada pria yang kini berstatus suaminya.
Tidak jauh berbeda dengan Khalisa, Narendra pun merasakan rasa yang sama. Ada yang berbeda saat dia mengecup kening istrinya. Ada rasa sayang dan tangung jawab yang besar. Tanggung jawab sebagai seorang suami. Dalam hati Narendra berjanji, akan selalu menyayangi dan mencintai istrinya. Memenuhi semua hak dan kewajibannya, sebagai pemimpin rumah tangga. Meski dia tahu, akan banyak cobaan didepan sana untuk menguji biduk rumah tangganya. Namun bersama Khalisa, Narendra yakin, dia bisa melalui itu semua dengan baik-baik saja.
"Mas jangan lama-lama cium keningnya kak Nia." ucap Darel mengganggu suasana yang sedang khidmat dan haru itu.
Bukan marah, Narendra justru terkekeh. Untung saja diingatkan. Jika tidak tidak, bisa-bisa Narendra membawa Khalisa pergi dari tempat itu dan mengurungnya di kamar.
Di tempat yang tidak jauh dari meja akad, mami Aulia dan bibi Amanda sama-sama meneteskan air mata. Air mata bahagia tentunya.
"Mereka sangat serasi." gumam mami Aulia, "Maaf Jeng Amanda, bukan saya tidak menyukai Sonia." ucap mami Aulia lagi pada bibi Amanda. Ibu kandung Narendra itu belum mengetahui jika Sonia bukan anak kandung paman Kamal dan bibi Amanda. Yang dia tahu, Sonia pergi dari rumah, dan tidak ada kabarnya.
"Tidak apa-apa Jeng Aulia. Saya juga senang Narendra memilih Khalisa, karena dia yang memang punya ikatan darah dengan kami." balas bibi Amanda.
"Maksud Jeng Amanda apa?" Apa Sonia...."
"Dia bukan anak kandung kami. Kami menemukannya di jalan dan sampai saat ini tidak tahu siapa orang tua kandungnya. Maaf bukan bermaksud menyembunyikan kebenaran ini dari Jeng Aulia. Kami menunggu waktu yang tepat untuk membicarakannya, tapi ternyata Sonia pergi. Tapi kami sudah memberitahu Rendra, masalah ini." jawab bibi Amanda memotong ucapan mami Aulia.
Kedua wanita paruh baya itu tidak melanjutkan perbincangan mereka. Khalisa dan Narendra kini berada dihadapan keduanya untuk sungkeman dan meminta restu.
"Mami pasti merestui dan selalu mendoakan kalian. Bahagialah selalu dan teruslah bersama, selamanya di dunia dan akhirat. Teruslah saling mencinta dan saling menyayangi. Saling menjaga dan bergandengan tangan setiap ada masalah. Dan yang paling penting, berikan mami cucu yang banyak."
...◇◇◇...