Karena beda kasta maka Danudirja menitipkan bayi itu ke panti asuhan, pada Yunita putrinya dia berbohong mengatakan bayinya meninggal. Takdir membawa bayi itu pada ayah kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Dan Rasa Bersalah
Erwin tertunduk. Seperti berat untuk bercerita tentang cinta pertamanya yang kandas dulu.
Rupanya Yunita mengerti, menurutnya itu urusan pribadi Erwin.
"Maaf jika aku terkesan ingin tahu urusan pribadimu. Baiklah jika kau keberatan, jika itu sudah berupa masa lalumu, ya sudah tak mengapa. Yang penting saat ini dirimu sudah tak terikat dengan perempuan mana pun, karena aku tak mau nanti rumah tangga yang kita bangun akan diganggu dengan munculnya perempuan lain,"
Erwin tersenyum dan menyentuh tangan Yunita. Lalu digenggamnya saat tak ada penolakan dari perempuan yang akan dinikahinya dalam waktu dekat ini.
"Terima kasih, Yuni," menatap mesra pada Yunita.
Dan Yunita yang sudah lama tak menerima tatapan mesra dari lawan jenisnya merasa sedikit jengah, dan langsung menunduk.
"Yuni ..."
"Ya," tapi hati kecil Yuni merasakan hal yang berbeda. Saat dulu Risman menggenggam jemarinya, ada desir yang mengalir ke seluruh ruang hatinya. Rasa bahagia begitu menyelusup ke bilik dadanya. Tapi kini tangannya dalam genggam Erwin sama sekali tak menerbitkan rasa apa pun. Pada dirinya. Biasa saja. Apa cintanya telah dibawa pergi Risman secara keseluruhan?
"Setiap manusia punya kisah masa lalu, aku pun demikian, tapi percayalah itu masa lalu yang tak akan mengganggu kebersamaan kita. Aku akan membahagiakanmu, maaf jika caraku meminangmu terkesan kaku, ya, karena aku merasa kesulitan untuk mendekatimu selama ini," ujar Erwin berusaha untuk meyakinkan Yunita.
Yunita mengangguk. Dia juga merasa pendekatan Erwin dan dirinya terkesan dikejar waktu. Tak ada pendekatan yang sebagaimana dulu bersama Risman. Tapi dia sadar bahwa dirinya memiliki masalah dengan kisah cintanya dulu. Apalagi kini usianya tak muda lagi. Jadi bukan tentang pertemuan dan kebersamaan sebagai kekasih yang dibutuhkannya lagi. Tapi pencarian seorang yang siap menjadi suami, itulah istilah kasarnya yang dibutuhkan saat ini.
Kisah cinta seseorang untuk menuju pernikahan memang tak sama. Semoga dalam pernikahannya nanti dirinya dan Erwin bisa merajut cinta sesuai usia mereka.
"Kita akan mengisi hari hari dalam pernikahan kita dengan usaha untuk mendekatkan diri dan hati, kita akan pacaran pada masa pernikahan," janji Erwin menatap mesra Yunita dan mengecup jemari perempuan yang tiba tiba saja menatapnya lekat.
"Benarkah?" Desis Yunita tanpa sadar. Ucapan dan janji Erwin bagai setitik air di padang gersang. Hatinya yang kering oleh cinta, serta tak ada pikiran lagi untuk merajut kasih dengan siapa pun, tiba tiba sedikit sejuk oleh siraman ucapan Erwin yang begitu menggugah hatinya.
Erwin mengangguk, "Biarlah aku terlambat dalam meraih hati dan dirimu. Tapi aku akan berjuang untuk membahagiakanmu, membuat kita bisa meraih cinta pada usia yang tak muda lagi. Aku merasa mendapat kesempatan emas, merasa jiwaku ini tertantang untuk membuat rumah tangga kita penuh dengan kemesraan," lagi dikecupnya jari Yunita. Sesungguhnya selain ambisi ingin duduk sebagai pimpinan, serta ultimatum Yadi orang tua angkat yang begitu berjasa pada kehidupannya, di hati kecilnya lelaki ini memang menginginkan Yunita sejak masih menjadi kekasih Risman.
Maka itulah saat ada kesempatan menyingkirkan Risman dari Yunita, hati penuh cemburu dan dendam pada lelaki yang berhasil merebut Yunita dari perhatiannya itu, tak sanggup menolak ambisi serta pikiran keji yang melintas di otaknya untuk menyingkirkan Risman.
Rupanya cinta dan ingin menjadi menantu Danudirja serta titipan dendam ayah angkatnya telah mengantarkannya menjadi lelaki berdarah dingin. Bukannya dia tak diliputi rasa cemas jika perbuatannya terbongkar, tapi doktrin dari Yadi dari waktu ke waktu telah merasuk dalam dirinya, sehingga dia bisa melewati rasa takut darii akibat perbuatannya.
"Jika tidak diserang ya menyerang, jika tidak membunuh kita akan terbunuh, itu istilah dalam perang. Dan kita jangan mati sebagai yang dikalahkan. Hidup ini adalah berjuang untuk bahagia!" Kata kata itu yang selalu ditanamkan Yadi pada Erwin.
Pulang ke rumah Yunita merasa dirinya sudah calon istri orang. Walau tak seluruh hati dan jiwanya pasrah. Tapi seperti pembicaraan dengan Erwin, bahwa cinta mereka memang tak perlu mengekor cinta orang lain. Bukan lagi main perasaan sebagai awalnya, tapi keinginan orang dewasa yang telah pantas melupakan cinta cengeng, namun sebuah usaha untuk merajut rumah tangga yang diawali oleh keinginan. Bukan oleh kesyahduan cinta remaja sebagaimana kebanyakan pasangan yang melaju dalam kebersamaan dalam rumah tangga mereka.
Yunita perempuan dewasa yang sadar bahwa orang berumah tangga dimulai dari berbagai cara. Lain orang lain pula mendapatkan jalan untuk betumah tangga.
"Tak perlu mencari kesamaan dengan orang lain," begitu tadi pesan Erwin saat mereka akan meninggalkan Cafe.
"Ya biarlah ini menjadi bagian kita," angguk Yunita merasa inilah bagian dalam kehidupannya untuk meraih cinta kedua dan dia akan berusaha menerima Erwin dalam kehidupannya.
*
Erwin tak sabar untuk segera memiliki Yunita secara keseluruhan. Menikahi Yunita sekaligus mengangkat dirinya menjadi menantu pemilik perusahaan, sekaligus membahagiakan ayah angkatnya.
"Erwin selamat, ya, Nak atas usahamu menaklukkan hati Danu dan juga membuat putrinya tak berdaya menolakmu," malam itu mereka merayakan keberhasilan meluluhkan hati Yunita untuk menjadi istri Erwin.
"Ya Ayah, ini semua berkat nasehat dari Ayah supaya aku bersabar menunggu hati Yunita terbuka," angguk Erwin yang menemani Yadi meneguk minuman sedikit beralkohol di bar mini rumah yang berhasil dibelunya dari keringatnya bekerja pada Danudirja.
"Ya Nak, setelah kamu menikah, maka kamu akan menjadi suami pewaris perusahaan, dan jika Yuni sudah kamu taklukkan, maka ambillah kuasa kepemilikan perusahaan itu, aku ingin Danudirja terbeliak melihat perusahaannya berada dalam genggamanku, dan dia akan terusir dari rupiah demi rupiah yang puluhan tahun dikumpulkannya!" Yadi tertawa dan meneguk lagi minumannya.
Erwin terkejut
Yadi terus minum karena ambisinya untuk memiliki seluruh saham perusahaan milik Danudirja hanya menunggu waktu saja. Tak sia sia dia menampung Erwin dan membiayai anak angkatnya itu. Kini Erwin akan menjadi orang nomor satu di perusahaan milik lelaki yang dia benci sampai ke tulang sumsumnya.
Erwin seperti terperangkap dalam arus permainan yang selama ini dijalankannya.
Cinta dan ambisi yang terus liar di kepalanya itu telah menjebak perasaannya dalam dilemah. Benarkah dirinya sampai hati mengkhianati pernikahannya dengan Yunita untuk merebut perusahaan Danudirja?
Benarkah cintanya pada Juni dikalahkan oleh janji untuk membahagiakan ayah angkatnya mengusir Danudirja dari kekayaannya?
Erwin terperangah oleh semua yang telah dirangkai bersama ayah angkatnya, sampai dia melupakan perasaannya yang sesungguhnya terhadap Yunita. Perasaan cinta yang sesungguhnya.
Perihal dirinya menyingkirkan Risman karena cemburu pada lelaki itu, sehingga dia gelap mata, apalagi Yadi selalu mendorongnya untuk merebut apa yang diinginkannya dengan cara apa pun.
"Istilah orang berperang, jika tidak membunuh maka akan terbunuh!"
Maka terjadilah penyingkiran terhadap diri Risman. Dan semua itu kini memenuhi pikiran Erwin justru di jelang rencananya menikahi Yunita.
Bersambung
Akankah Erwin akan mundur dari rencana menikahi Yunita?