Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat di Amplop Putih
Semua orang sudah berada di peraduan masing-masing tapi tidak bagi dua orang yang berada di ruang berbeda. Dara yang berada di kamarnya, dan Abi yang berada di ruang kerjanya di Jakarta.
Tadi usai pembacaan surat wasiat, Abi, Antasena, Jun dan pengacara Joko langsung pulang ke Jakarta. Jun melaporkan bahwa semua urusan pemakaman dan tahlilan sopir Abi yang ikut menjadi korban sudah dilaksanakan. Bahkan atas nama Abi, Jun memberikan santunan untuk keluarga pak Harto selain dari asuransi dan jasa Raharja.
Kini di waktu yang bersamaan kedua orang yang memiliki pemikiran masing-masing, menatap nanar amplop putih yang bertuliskan nama mereka.
***
Kamar Dara
Dara duduk di tempat tidur bersenderkan bantal di punggungnya. Lalu pelan dia mulai membuka amplop itu.
"Bismillahirrahmanirrahim" bisik Dara. Setelah amplop itu terbuka, Dara mengambil sebuah kertas yang dilipat rapi. Pelan dia membukanya dan mengenali tulisan sahabatnya. Ada rasa sesak di dadanya melihat tulisan rapi berderet yang mengingatkan buku pelajaran Yanti.
"Yan, aku baca ya tapi kalau isinya aneh-aneh, aku omeli kamu lewat doa" kekeh Dara seperti merasa Yanti ada di sebelahnya.
Dear, Adara ku
Assalamualaikum sayangku cintaku... hahahahaha
Lebay deh aku. Kamu tahu Ra, aku senang sekali kamu mau menjadi sahabatku baik dalam suka, duka termasuk sikap durjana kita satu sama lain. Kamu itu gadis yang apa adanya, tidak pernah melihat siapa orang tua teman tapi siapa temanmu. Nggak heran kamu jadi incaran banyak cowok waktu SMA tapi kamunya lempeng. Payah!
Dara terkiki geli membaca surat Yanti, merasa dirinya kena omel live.
*Itu yang aku suka darimu, semua orang kamu anggap teman jadi meskipun para cowok itu gigit jari, mereka bisa apa.
Kita bermellow dulu ya. Ra, jika kamu membaca surat ini berarti aku sudah tidak ada bersamamu di dunia ini. Aku sudah pergi jauh! Kamu boleh nyusul aku kalau kamu udah usia 100 tahun!
Aku minta kamu mengabulkan permintaan ku yang terakhir. Aku titip mas Abimanyu Giandra Hardiyanta. Titip dalam arti, aku minta kamu menikah dengannya. Aku tidak mau kamu menikah dengan orang lain termasuk dik Antasena. Aku maunya kamu dengan mas Abi! Titik nggak pakai koma!
Aku mohon kamu kabulkan permohonan ku yang terakhir. Alasan ku adalah mas Abi adalah pria terbaik yang pernah aku miliki dan sekarang jadi milikmu karena kamu sahabat terbaikku. Aku yakin mas Abi tanpa sadar dia memiliki rasa padamu. Kau tahu kenapa? Ingat saat kamu minta ijin memainkan grand pianonya? Kamu satu-satunya orang luar yang boleh memainkannya!
Ra, ini wasiatku untuk memberikan warisanku yang paling berharga *yaitu Mas Abi. Jaga dia, sayangi dia, cintai dia karena dia butuh itu sedangkan aku tidak bisa memberikannya.
Aku pergi dulu ya Ra.
Love you sahabatku.
Wassalam
Damayanti Darmanto*.
Dara menitikkan air matanya. Bahkan hingga saat terakhir Yanti memberikan warisan yang sangat-sangat berharga.
Nyebelin kamu Yan! Membuat aku tidak bisa berkutik seperti ini!
Dara menatap langit-langit kamarnya.
Bagaimana bisa harus menikah karena wasiat?
Dara memejamkan matanya. Setelah berulang menghela nafas panjang, Dara akhirnya melipat surat Yanti dan menyimpannya di kotak perhiasannya yang berada di laci meja riasnya.
Gadis itu keluar kamar menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat isya.
***
Kamar kerja Abi.
Abi pelan-pelan membuka amplop itu dan mengambil selembar kertas di dalamnya. Terpampang tulisan tangan Yanti yang rapi serta di bawahnya terdapat tanda tangannya di atas meterai.
Abi mengusap wajahnya kasar.
Yanti, apa permintaanmu yang terakhir?
Abi mulai membaca surat itu dengan hati galau.
*Assalamualaikum Mas Abimanyu tersayang
Mas Abi, jika mas Abi sudah membaca surat ini, berarti aku sudah tidak ada di sisi mas Abi. Aku sudah pergi jauh mas, jauuuuhhh banget. Mas Abi ga boleh nyusul sebelum usia mas Abi 99 tahun*!
Abi tersenyum namun air matanya mengalir.
*Mas Abi, aku membuat surat ini karena ini wasiatku. Aku ingin mas Abi move on. Aku minta mas Abi menikahi Adara Utari Haryono.
Aku mohon kabulkan permohonan terakhir ku. Adara adalah gadis yang baik, mas. Dia pasti bisa mencintaimu mas dengan sepenuh hati, dan aku percaya mas Abi pun demikian.
Aku tahu mas Abi masih belum bisa mencintaiku namun aku tahu mas Abi sayang padaku dan aku merasakannya beberapa bulan terakhir ini. Aku sangat berterimakasih mas atas semuanya.
Maafkan aku belum bisa menjadi istri yang baik bagimu mas karena aku harus meninggalkanmu lebih dulu.
Kumohon padamu, jaga Adara, sayangi dan cintai dia. Adara gadis yang baik, ceria dan dialah yang mampu membuat mas Abi mengijinkan grand piano mu dimainkan.
Jangan terlalu kaku mas karena aku tahu mas Abi masih belum bisa mengekspresikan bagaimana cara mencintai seseorang. Tapi aku tahu mas Abi pria terbaik untuk Adara.
Aku pamit ya mas.
Damayanti Darmanto yang selalu mencintaimu.
wa'alaikum salam*
Abi termenung menatap lembar surat Yanti. Hatinya kacau, Satu sisi dia merasa Yanti benar bahwa dirinya memang ada rasa tertarik dengan Dara namun disisi lain dia merasa ini terlalu cepat.
Abi teringat ucapan ayah Dara
Bapak tidak tahu jalan hidup Dara akan seperti ini tapi setidaknya sebelumnya bapak ingin kamu meyakinkan bapak dan ibu bahwa jika misal nanti meminang Dara, itu benar-benar dari lubuk hatimu bukan karena wasiat.
Rasanya dia ingin berteriak ke Yanti kenapa dia memutuskan akan hal itu!
Yanti, wasiatmu berat sayang!
Abi kemudian keluar dari ruang kerjanya menuju lemari tempat koleksi minuman kerasnya. Dia mengambil sebotol Jack Daniels dan sebuah gelas sloki. Rasanya dia ingin mabuk dan besok kalau bangun, wasiat itu hanya mimpi.
***
Dara terbangun dari tidurnya. Dalam mimpinya dia bertemu dengan Yanti.
POV mimpi Dara
Yanti tampak cantik dengan gaun hijau.
"Sayangku, kenapa?"
Dara menatap Yanti dengan cemberut.
"Wasiatmu menyulitkan diriku".
Yanti tertawa riang. "Bagus kan wasiatku".
"Bagus dari Monas!" umpat Dara.
Yanti hanya tersenyum.
"Daraku, aku benar-benar menitipkan mas Abi padamu. Aku mohon padamu. Mas Abi pria baik walaupun kaku. Dia punya masalah masa lalu yang aku sendiri tidak bisa menembusnya. Aku tidak tahu bagaimana kedua mertuaku mendidiknya karena aku belum pernah bertemu mereka."
Dara menatap Yanti yang memberikan tatapan memohon.
"Aku mohon padamu ya sayangku".
Yanti kemudian memeluk Dara.
"Aku pergi dulu ya Ra. Berjanjilah padaku, kamu akan menjaga mas Abi. Kalau nggak, aku akan datang padamu dan menjewer kupingmu!" kekeh Yanti.
Dara menatap Yanti yang pergi.
POV end.
"Astaghfirullah aladzim Yanti" lirih Dara.
***
Yuhuuu akhirnya crazy up.
Don't forget to like n vote n gift yaaaa
Tararengkyu ❤️🙂❤️