Lusiana Atmaja adalah seorang wanita keturunan konglomerat. Hanya saja karena satu kesalahan dia menikah dengan keluarga biasa dan menjadi pelayan keluarga suaminya.
Pernikahannya dengan orang biasa itu membuat keluarganya marah besar dan mengusirnya. Dia hidup dengan keluarga suaminya yang datang sebagai penolong.
"Lusiana, kau tak perlu cemas. Aku akan membahagiakanmu dan anak kita." Sayangnya ucapan Haris itu hanya pemanis di awal kisah rumah tangga mereka.
Lusiana harus hidup menderita dengan ibu mertua, adik ipar dan suaminya yang mulai tidak setia. Satu-satunya penyemangat hidupnya adalah Raymond Bobby Atmaja, putra kesayangannya.
Tapi sayang putranya itu mengidap penyakit mematikan yang dapat merenggut nyawanya kapan saja.
"Mama, saat aku dewasa kelak, aku pasti akan membuat mama bahagia. Aku juga akan melindungi mama," ucap pria manis kecil itu dengan wajah pucat diiringi oleh tangisan Lusiana disisinya.
Penasaran kisah selanjutnya?
Baca aja! Komen,vote,dan like juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indirani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Jadi Raymond sudah pindah rumah?" tanya Sesil pada calon suami masa depannya yang duduk di sebelah. Raymond mengangguk mengiyakan.
"Iya dan hari ini Raymond akan pergi ke rumah kakek dan nenek." Rasa gembira di wajah Raymond tak bisa dia sembunyikan membuat gadis itu juga ikut antusias.
"Bagaimana jika Sesil juga ikut kesana?" tanya Sesil. Raymond menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Jangan dulu! Ini adalah pertama kalinya Raymond ke tempat kakek dan nenek. Mereka juga belum tentu menerima Raymond." Ucapan tersebut membuat Sesil melihat wajah Raymond yang berubah sedih.
Gadis kecil itu memegang tangan Raymond sambil berkata. "Tenang saja, kalau kakek dan nenek tidak mau menerimamu. Masih ada Sesil dan mama mertua yang akan selalu menemani Raymond." Mereka berdua pun melakukan sumpah janji kelingking.
Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Sesil dan Raymond bersalaman dengan Bu Guru Heni sebelum keluar dari kelas.
Sesil kali ini dijemput oleh Dallen lagi. Dia sempat memberikan salam pada calon mama mertuanya dan juga Erick. Untuk sementara Dallen tidak bekerja karena Lusiana akan pergi ke rumah orang tuanya.
"Semoga berhasil." Itu kata-kata dari Dallen sebelum dia akhirnya pulang bersama Sesil.
Sepanjang perjalanan ke rumah orang tuanya, Lusiana sering menghembuskan napas untuk membuat hatinya rileks. Dia tidak tahu bagaimana sikap orang tuanya nanti padanya.
Mobil mereka memasuki Area Mansion Atmaja. Sebuah gerbang terbuka secara otomatis. Seorang penjaga menyapa Erick. "Selamat datang Tuan Erick dan Nona Lusiana."
Panggilan Nona tersebut mereka sematkan karena mereka tak tahu kalau Lusiana sudah menikah.
Setelah melalui gerbang mereka memasuki area yang kiri dan kanannya di penuhi pepohonan rindang. "Apa rumah kakek masih jauh?"
"15 menit lagi sampai kok," jawab Erick melalui kaca spion untuk melihat wajah keponakannya tersayang.
Dari kejauhan terlihat sebuah Mansion yang cukup besar. Semakin mendekat Raymond semakin kaget karena ukuran Mansion malah seperti istana.
Mereka memasuki sebuah gerbang lagi yang di dalamnya ada sebuah rumah. Tidak bukan rumah melainkan mansion.
"Paman, Apa Kakek adalah seorang Raja?" Pertanyaan tersebut membuatnya tertawa.
"Bukan. Kakek bukan Raja tapi mungkin kekayaan kakekmu setara dengan seorang raja." Raymond tak berhenti berdecak kagum atas bangunan megah yang berdiri di depan mata.
Puluhan pelayan berbaris di depan pintu masuk menyambut Erick, Lusiana dan Raymond. "Ibu, bukankah penyambutan ini seperti film Korea yang pernah ibu lihat?"
Lusiana mengabaikan pertanyaan Raymond dan dengan cepat meraih tangannya untuk masuk ke dalam Mansion.
Erick memimpin jalan ke ruang keluarga. Terlihat ibunya sedang duduk di kursi dan melihat mereka datang. Ibunya langsung memeluk Lusiana.
"Dasar kau anak tidak berbakti! Disuruh pergi malah pergi! Apa kau tidak sayang pada ibumu lagi?" Suara tangisan Ibu Delinah Atmaja membuat Lusiana tak sanggup menahan haru. Dia juga ikut menangis.
Erick yang berada di sana juga mengusap air matanya. Tapi suara yang agak berat dari ayah yang sedang berdiri membelakanginya membuat Lusiana menghentikan tangisannya.
"Kau masih ingat pulang?" Lusiana melepaskan pelukan Ibu Delinah dan menghampiri ayahnya. Sementara itu Ibu Delinah melihat Raymond dan langsung memeluk bocah kecil itu.
Raymond tersenyum bahagia karena senang dia dapat diterima oleh neneknya.
Lusiana langsung memeluk ayahnya dari belakang. "Ayah, maafkan Lusiana ya sudah membantah perkataan Ayah." Mario Atmaja berbalik dan air mata mengalir deras di pipinya.
Dia merengkuh kuat anak satu-satunya yang paling dia sayangi. "Dasar bodoh! Ayah hanya marah sebentar dan kau tidak mau kembali ke sini. Kenapa kau begitu keras kepala?"
"Ayah sangat menyayangimu. Bagaimana mungkin ayah akan marah padamu dengan lama."
Lusiana melepaskan pelukan ayahnya. Mereka menghapus air mata satu sama lain.
"Tapi saat Raymond sakit kenapa ayah tidak datang menjenguk?" Pertanyaan Lusiana itu langsung mengingatkannya pada Erick.
"Maafkan ayah karena ayah tidak tahu kondisi anakmu yang sebenarnya," jawab Mario. Dia memicingkan matanya dan langsung berlari ke arah Erick dengan bambu kecil di tangannya.
"Erick kau kurang ajar! Beraninya kau menyembunyikan penyakit cucuku. Aku akan menghajarmu!" Tiba-tiba seorang bocah kecil merentangkan tangannya untuk melindungi Erick.
"Kakek tidak boleh menyakiti Paman Erick." Tingkah berani dari Raymond membuat Mario menghentikan pengejarannya. Dia juga menyembunyikan bambu itu di punggung agar bocah itu tidak melihat.
"Sudah terlambat! Raymond sudah lihat kakek membawa bambu untuk memukul paman Erik dan sekarang di sembunyikan dibalik punggung."
"Ehem. Baiklah kakek tidak akan memukul Erick kalau kau bisa menjawab pertanyaan kakek." Raymond mengangguk dengan antusias.
"3 x 2?"
"6," jawab Raymond dengan cepat.
"10 x 3?"
"30," ucap Raymond tak kalah cepat dari sebelumnya.
"10 x 4 x 25?"
"Astaga pertanyaan apa itu? Raymond kan masih tk tidak mungkin menjawab pertanyaan sulit itu," jawab nenek Raymond yang merupakan Istri dari Mario Atmaja.
"1000, kakek." Jawaban yang cukup cepat dari seorang anak tk tentang perkalian yang seharusnya ada di pelajaran anak sekolah dasar.
Mario kaget dengan kepintaran cucunya itu. Dia membuang bambu sembarangan dan menggendong cucunya. Erick dan ibunya juga tak kalah kaget dengan jawaban Raymond.
"Cucu kakek sangat pintar. Siapa yang mengajari Raymond berhitung?"
"Tidak ada,"
"Raymond belajar sendiri melalui buku-buku yang sering dia baca, Ayah," terang Lusiana pada ayahnya untuk menjelaskan darimana asal kepintarannya itu.
"Kakek punya perpustakaan yang sangat besar. Apa Raymond tertarik untuk membaca buku-buku di sana?" tanya Mario pada Raymond yang matanya langsung bersinar saat mendengar perpustakaan.
"Mau kakek mau!" ucap cucunya yang menggemaskan itu dengan anggukan kepala.
"Tapi sebelum itu, kita harus makan siang dulu." Mario langsung berjalan ke arah meja makan dan menempatkan Raymond di tempat duduk yang sudah dibuat lebih tinggi agar Raymond bisa makan dengan nyaman.
Di meja makan mereka dipenuhi dengan hidangan restoran bintang 5 dan banyak makanan manis sebagai cemilan untuk anak-anak di sana.
Mata Raymond kembali bersinar saat melihat tumpukan makanan di atas meja. "Raymond, jangan makan terlalu banyak ya?" Lusiana mengingatkan Raymond yang terlihat lapar mata.
Dia mengambil berbagai cemilan dan setiap ekspresi bahagianya membuat orang-orang di ruang makan itu tertawa senang.
Nenek Raymond mengambilkan potongan ayam ke piring Raymond. "Terima kasih, Nenek," ucap Raymond yang membuat hati Bu Delinah tersentuh.
Tidak hanya pintar dan pemberani, cucunya ini juga sangat sopan. Betapa beruntungnya dia memiliki cucu yang luar biasa.
Semuanya makan dengan bahagia. Raymond kekenyangan hingga dia sulit bergerak. Makanan di rumah kakeknya ternyata yang paling enak. Seandainya dia dan ibunya tinggal di sini.
giliran upload cuma 1 😌 kan penasaran lanjutan nya
🥰