Si Kembar Yang Tak Diakui

Rama sigap berdiri melihat Alea sudah membawa keluar si kembar dari restoran itu. Dengan langkah lebar ia menarik lengan Alea secara kasar membuat Alea reflek menyikut dada si Rama yang langsung menghindar karena sudah tahu mantan istrinya ini akan memberi respon dengan serangan balik.

"Tunggu Alea..!" cegah Rama membuat Alea dan si kembar berhenti.

"Mau apa hah ..?!" pekik Alea yang tidak peduli lagi dia berada di mana.

"Apakah mereka anak kembarku?" tanya Rama masih dengan nada sopan namun menyelidik.

"Anak kamu yang mana ya? Hello...! Apakah anda lagi mabuk, tuan?" ucap Alea setengah mengejek.

"Tentu saja anak yang kau kandung waktu itu dan mereka....-"

"Sudah mati," sambar Alea." Bukankah kau yang meminta aku untuk mengugurkan mereka? Dan andaipun mereka hidup, bukankah mereka akan tumbuh cacat dan penyakitan yang akan membuat kamu malu, bukan?" sarkas Alea menohok dengan wajah murka membuat pengunjung mall melewati mereka sedikit menjauh dengan bahu bergidik.

"Tidak mungkin mereka mati. Pasti mereka ini anak-anakku. Hei.. Sayang! Aku ini ayah kalian," ucap Rama sambil memperkenalkan dirinya dengan menunjukkan tangannya ke dadanya untuk meyakinkan si kembar.

"Apakah kamu gila, hah? Bukankah beberapa menit yang lalu kamu menghinaku berjalan sendirian tanpa membawa anak yang cacat karena malu, bukan? Lihatlah mereka! Apakah mereka cacat? Penyakitan?" Sarkas Alea sengit.

"Tidak..! Mereka bahkan terlihat sangat sempurna," timpal Rama memindai tubuh sempurna anak kembarnya.

"Berarti mereka ini bukan anakmu karena anakmu yang cacat itu sudah mati bersama dengan kebencianmu yang sama sekali tidak mau kamu akui mereka sebagai anakmu, sampai sini, paham?!" desis Alea menyeringai sinis.

Si kembar yang pura-pura bego menanyakan tentang pria yang ada di hadapan mereka saat ini.

"Memang om ini siapanya bunda?" tanya Azira.

"Entahlah. Bunda juga tidak tahu siapa dia. Mungkin dia hanya orang nyasar yang salah mengenal orang," sahut Alea.

"Kirain salah alamat bunda?" ledek Azira.

"Alamat palsu dong!" timpal Abrar.

"Mungkin saja begitu, sayang," sahut Alea.

"Berarti orang gila dong, bunda," timpal Abrar makin memanasi keadaan.

"Mungkin....!" Alea mengangkat kedua bahunya lalu melangkah pergi mengandeng si kembar meninggalkan Rama yang masih terpaku ditempatnya.

"Sialll...! apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah dokter jelas-jelas mengatakan saat itu bahwa calon bayi kembar kami akan terlahir cacat? Lalu bagaimana dengan anak kembar yang dibawa oleh Alea, sekarang? Mereka sama sekali tidak memperlihatkan kekurangan dari segi apapun bahkan mereka terlihat cerdas yang menurun dariku.

Benihku tidak bisa menipuku. Aku harus mengambil lagi si kembar dari Alea. Aku berhak memiliki anakku kembali. Aku akan mengambil mereka dengan menempuh jalur hukum," gumam Rama penuh tipu muslihat.

Sementara Alea yang sedang membawa mobilnya sendiri saat ini terlihat sangat ingin menangis membuat Abrar menyentuh pundak ibunya.

"Menangis saja bunda..! Jangan di tahan! Kami tahu bunda saat ini sangat sedih," ucap Abrar menenangkan ibunya.

"Bunda tidak apa sayang..! Bunda hanya sebel aja. Jadi, tidak usah kuatirkan bunda. Yang penting kalian harus waspada sama pria yang tadi. Jangan mau kalau dia mengajak kalian seandainya kalian tanpa sengaja bertemu lagi dengannya!" pinta Alea.

"Baik bunda," ucap si kembar kompak.

Mobil mewah itu melaju dengan kecepatan sedang. Tanpa disadari oleh Alea yang tidak mengetahui kalau semua pergerakannya dengan si kembar dari berangkat hingga pulang diawasi langsung oleh Mark dan anak buahnya dari kejauhan. Jika tadi Rama bertindak kasar pada Alea maupun si kembar, maka Rama akan berurusan dengan si bunglon.

"Bereskan tikus got itu dan beri dia pelajaran..!" titah Mark yang tidak menyukai cara Rama menghina Alea dan calon anak sambungnya.

"Baik bos." Asisten Barack memerintahkan anak buahnya untuk melakukan apa yang dipinta oleh Mark.

Mark kembali ke dalam mobilnya menyusul mobil Alea yang saat ini sedang mampir ke butik untuk melakukan fitting gaun pengantin. Sementara si kembar menikmati setiap momen bersama bunda mereka tanpa ada keluhan.

Si kembar yang hobi baca ini selalu membawa buku-buku tentang ilmiah maupun politik atau hukum.

Bagi mereka setiap buku yang bermuatan ilmu bagaikan makanan lezat yang harus dinikmati untuk menambah kecerdasan mereka tentang wawasan apapun yang bisa mereka jabarkan saat bertemu dengan orang-orang penting.

Apalagi mempunyai ibu seorang duta besar RI yang ada di Amerika menuntut mereka untuk banyak mengetahui apa saja yang berhubungan dengan pergolakan dunia saat ini. Sedang marak isu apa tentang dunia yang saat ini dihadapi oleh negara Adi kuasa ini maupun negara Indonesia itu sendiri.

Alea mengenakan baju pengantinnya yang terbungkus dengan hijab. Saat tirai di buka untuk ia tunjukkan pada anak kembarnya, ternyata Mark sudah berada di tengah si kembar sedang menatap bidadari yang baru saja muncul dari balik tirai.

"Bunda..! Apakah ini bunda kita, Azira?" tanya Abrar yang terpukau dengan kecantikan sang bunda seperti calon pengantin yang baru mau menikah.

"Tentu saja dia adalah ibu terhebat yang tidak pernah aku temui di jaman sekarang saat ini, iyakan Daddy?" tanya Azira pada Mark yang tidak berkedip sedikitpun menatap wanitanya.

"Yah...! Daddy bengong. Begitukah cara orang dewasa berpacaran? Saling tatap menatap? Dan terlihat bodoh satu sama lain? Hmm..! dunia jadi milik mereka berdua saat ini. Kita hanya sebagai nyamuk," gumam Azira.

"Masya Allah. Cantiknya kamu Alea..!" puji Mark lalu menghampiri Alea entah untuk apa.

"Tetap di situ dan jangan mendekat!" cegah Alea yang mengetahui Mark selalu menjahili dirinya.

"Kita akan melakukan foto prewedding indoor dengan si kembar, sayang. Kenapa kamu jadi ketakutan begitu?" protes Mark.

"Cih...! Alasan..," omel Alea.

"Aku janji akan menahan diriku sampai hari pernikahan kita. Setelah itu kau tidak akan bisa menolakku lagi karena ini," bisik Mark makin membuat Alea keki.

Si kembar yang tampak sudah rapi dengan pakaian mereka yang mengenakan gaun dan jas yang sama seperti bunda dan Daddy mereka kini siap di arahkan oleh fotografer yang membidikkan pose mereka dengan berbagai gaya dan latar.

"Bunda. Kami mau rehat dulu ya bunda...!" ijin Abrar yang ingin memberikan kesempatan keduanya untuk melakukan foto yang terlihat menantang karena keinginan Mark yang sedikit gila.

"Iya sayang. Tapi jangan ke mana-mana dan tunggu bunda dan Daddy selesai!" pinta Alea.

"Kakak. Kita mau ke mana?" tanya Azira yang mengikuti kakaknya yang mengajak dirinya menjauh dari staf butik itu dan pengunjung butik.

"Ikuti aku, Azira! Aku ingin kamu melihat jumlah saham yang di miliki oleh tuan Rama jika diakumulasikan di semua perusahaan yang di milikinya. Kita mulai bergerak dari yang terkecil terlebih dahulu dan meminta para pemilik saham yang ada di perusahaannya untuk menarik saham mereka dengan melakukan sabotase," ucap Abrar.

"Bagaimana caranya, kak?" tanya Azira.

"Sangat mudah untuk menjatuhkan sebuah organisasi bisnis mereka, adikku," ucap Abrar menyeringai licik.