Blurb
Arjuna Syailendra dan Anggita Jelita, menerima perjodohan demi kepentingan masing-masing. Bersama bukan karena cinta, tetapi hanya sebatas azas manfaat.
Akankah rasa berdebar tak terencana tumbuh di hati mereka? Sementara Arjuna hanya menganggap Anggita sebagai pelampiasan dari cinta tak berbalas di masa lalu.
Ikuti kisah mereka yang akan menguras emosi. Selamat membaca🤗.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjahari_ID24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4b
BAB 4b
Di dini hari yang sunyi senyap Anggi tersentak dari tidurnya. Terlonjak duduk bersama jantungnya yang bertalu kencang hingga terasa nyeri memukul rongga rusuk. Napasnya tersengal, disertai keringat dingin berembun di dahi.
Saat melirik ke sebelahnya, bahunya turun melemas. Merasa lega ternyata hal menakutkan yang dialaminya tadi hanya mimpi.
Mimpi buruk menyambangi. Di alam tidurnya ia melihat Ningrum dikafani. Anggi tak mampu menanggung jika ibunda tercintanya menutup mata meninggalkannya, tak siap kehilangan sumber kekuatan hidup juga pelukan hangat ternyaman di dunia.
Mungkin efek rasa sedih yang menerjang sebelum jatuh tertidur, alam lelapnya ikut menjadi kelam. Tepat setelah Juna terlelap, Anggi menumpahkan tangis membasahi bantal. Merasa tercabik meskipun sudah tahu bahwa Juna pasti akan menyebut nama orang lain setiap kali mencapai puncak kenikmatan di dalam tubuhnya.
Anggi mengusap wajah. Bersyukur bahwa yang baru saja dialaminya hanya sebatas bunga tidur. Ia menilik Juna yang tertidur pulas di sebelahnya, terbungkus di satu selimut yang sama dengannya, dalam kondisi tak ada sehelai benang pun yang melekat.
Mereka baru beristirahat dua jam lalu sekitar pukul satu dini hari. Anggi beringsut bermaksud memungut pakaian yang terongok menyedihkan di lantai untuk dipakai. Namun, tarikan lengan kekar di pinggang membuatnya kembali menoleh.
"Mmhhh, mau ke mana hmm?" tanya Juna serak dengan mata didera kantuk berat yang dipaksa terbuka. Pergerakan di ranjang mengusik tidurnya. Merasa ada yang kurang ketika Anggi beringsut menjauh dan itu mengganggu.
"Mau pakai baju. Nanti kalau aku masuk angin Mas Juna juga yang repot kan? Bukankah Mas pernah bilang kalau aku tidak boleh sakit?" jawab Anggi ketus menekankan setiap kata-katanya.
Rasa jengkel merambat jika teringat kembali ultimatum Juna padanya. Melarangnya sakit ataupun terluka secara fisik tanpa seizinnya. Benar-benar membuat Anggi darah tinggi.
"Aku masih membutuhkanmu. Jangan pakai baju dan jangan kemana-mana."
Juna menarik Anggi hingga terjatuh di sisi tubuhnya. Merengkuh dan memerangkap raga Anggi dalam pelukan hinga kulit telanjang mereka kembali saling bergesekan.
Mata sayu Anggi membulat mendengar perkataan Juna yang menyatakan masih membutuhkannya. Pusat di antara kedua tungkainya masih sedikit ngilu imbas gempuran tak henti beberapa jam tadi. Jika Juna menginginkannya lagi, entah bagaimana gaya berjalannya esok hari.
Anggi mencoba menarik diri ingin terlepas dari dekapan Juna. Akan tetapi semua itu sia-sia, Juna malah semakin kencang memeluknya bahkan kini kakinya pun ikut melingkari tubuh Anggi.
"Diamlah. Aku butuh kamu sebagai guling agar tidurku lelap. Aku tahu, kamu bukan orang tak tahu diri yang tidak tahu berterimakasih setelah memakai fasilitas yang kuberi. Benar begitu bukan, Istriku?"
Juna benci mengakui kalau sebenarnya dia memang butuh Anggi dan mulai ketergantungan. Selalu memakai dalih yang sama untuk berkilah. Hangatnya tubuh Anggi juga aroma feromonnya selalu membuat kewarasannya mengabur, terlena dalam pesona yang didustakannya.
Menarik napas dalam-dalam, Anggi akhirnya berhenti meronta. Membiarkan Juna memeluk, bahkan hanya bisa pasrah saat tangan Juna merambat turun meraba bokongnya.
"Patuh begini kan lebih baik. Kalau kamu bergerak terus, nanti dia tergoda untuk membuka gerbangmu lagi," desisnya penuh arti. Anggi menelan ludah membasahi tenggorokan kelatnya saat merasakan bukti gairah Juna yang menggesek di bawah sana.
"I-iya, Mas. Aku masih ngantuk, mau tidur lagi."
Anggi memejamkan mata rapat-rapat, memilih berpura-pura tidur daripada kembali digempur. Bisa-bisa sampai terang tanah dia akan terus dibuat terjaga oleh Juna.
"Tidurlah," ujar Juna yang menarik selimut guna membungkus tubuh mereka lebih tertutup, melindungi diri dari embusan hawa dingin. Lalu entah apa sebabnya tiba-tiba saja Juna mengecup ubun-ubun Anggi di luar kebiasaan, membuat Anggi yang memejam kembali membuka mata.
Anggi menengadah, dilihatnya kelopak netra Juna sudah kembali tertutup. Mengabaikan kecamuk di hati ia memilih memberikan hak beristirahat pada daksa lelahnya dengan pipi menempel di dada bidang Juna. Untuk menghadapi kenyataan hidup, ia butuh tubuh yang sehat dan kuat.
Para cicak di dinding menonton dua sejoli yang kini kembali terlelap dalam posisi intim. Dilihat dari sisi manapun mereka terlihat layaknya pasangan akur, walaupun pada faktanya tidak demikian.
TBC
JUNA NYEBELIN TINGKAT TINGGI 😡