🏆 Juaranya 2 Lomba Tema Chiklit - Wanita Kuat S3
Aku Lucia. Seorang agent peringkat SSS di sebuah organisasi yang mengembangkan Sistem Reinkarnasi dunia modern di masa depan.
Masalah muncul pada dunia kecil yang terus bermunculan akibat manusia terus membuat novel dan komik.
Aku sebagai salah satu agent menjalankan reinkarnasi dan memainkan peran untuk mengubah isi novel atau komik karena permintaan dan ketidakpuasan pemeran pendukung pada bagian akhir cerita.
Aku bersama Momo si pendamping sistem menjelajahi berbagai dunia kecil dan dengan cepat meraih peringkat tinggi di organisasi.
"Nona, ada misi lagi. Wah, hadiahnya besar sekali kalau bisa menyelesaikan dengan peringkat sss."
Aku mendorong Momo ke pinggir hingga dia terjatuh karena kucing gemuk itu menutupi layar.
"Menjelajahi dunia kecil dan membersihkan sampah-sampah ini. Misi yang begitu mudah dengan hadiah yang besar."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indirani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Woahhhh." Semua orang bertepuk tangan dan berteriak senang atas kemenangan Lucia.
"Yang Mulia, bagaimana keputusan anda?" Lucia harus mendengar secara lisan kata-kata pembatalan pernikahan dari Raja Salvavor sendiri di hadapan semua bangsawan penting di sana.
"Lucia menang atas Pangeran Damian dengan adil. Maka dari itu, titah ku yang akan menikahkan mereka dengan ini resmi dibatalkan."
Anggota keluarga Lamboerge menghembuskan napas ringan tanda menunjukkan kelegaan.
Evan segera turun dari kursi penonton dan memeriksa Lucia. "Apa kau baik-baik saja? Tidak ada luka kan? Apa aku perlu mengobatimu?" Lucia tersenyum lembut akan tingkah polos Evan.
"Aduh betapa lucunya Pangeran kita ini. Berhenti khawatir, aku tidak apa-apa." Lucia tanpa sadar mengucek pipi lembut Pangeran Evan dihadapan semua orang membuat Evan merasa malu dan wajahnya memerah.
Saat itu Lucia sadar akan kehadiran semua orang dan tersenyum canggung. Pemandangan itu dilihat oleh Raja Salvavor. Dia menyeringai dingin dan memulai rencana lain di dalam hati.
"Bawa Pangeran Damian dan rawat dengan baik lalu panggilkan Selviana menghadapku di aula kerajaan." Ketika nama Selviana disebutkan dengan sedikit penekanan, jantung Selviana semakin berdegup kencang. Wajahnya berubah pucat dan semakin ketakutan.
Satu orang yang masih terpaku dari keluarga kerajaan adalah Pangeran Clair. Dia semakin kagum dan semakin kagum dengan semua kemampuan Lucia tapi saat penghalang kecil yaitu Evan berdekatan dengan Lucia dia merasa sangat kesal. Alhasil dia pun segera pergi meninggalkan aula pertarungan.
"Ternyata di keluarga Lamboerge menyembunyikan permata yang berharga. Wanita yang sangat cantik sekaligus sangat kuat."
Seorang pria tampan dengan rambut seputih salju menghampiri Lucia. "Wah, selama hidup ini aku baru melihat dengan dekat wajah anda. Ternyata di dunia ini masih ada pria setampan anda," puji Lucia pada pria yang tidak lain adalah pemimpin organisasi dewa, Grandmaster Benedict III.
"Saya tidak menyangka, seorang gadis kecil begitu terus terang." Dia mengambil tangan Lucia dan menciumnya. "Bagaimana jika menjadi istriku saja? Aku akan membuatmu bahagia."
Semua orang yang hadir membelalakkan mata mereka. Ada denyutan rasa sakit di hati beberapa orang seperti semua anggota keluarga Lamboerge dan seorang pemuda di dekat Lucia yang tadi dicubit pipinya yaitu Evan.
Lucia mengeluarkan sapu tangan yang entah didapatnya darimana dan mengelap bagian tangan yang dicium oleh Grandmaster.
"Tidak, terima kasih. Anda sepertinya tidak tulus." Mendengar itu gelak tawa dari Grandmaster pun terdengar lagi.
"Kalau begitu, aku akan menunggumu di Restoran Bintang. Saat itu kau akan menemaniku seperti biasanya."
Bang!
Sesuatu mengejutkan menghantam pikiran Lucia. Pria berambut putih itu sudah pergi semakin jauh. Selama tiga tahun ini memang pria berambut putih itu selalu datang ke restoran bintang.
Kadang mereka main catur atau dia sekedar mencari Lucia untuk makan bersama. Memang benar mereka berteman. Tapi saat itu Lucia sudah mengubah warna rambut dan bentuk tubuhnya juga berubah. Bahkan Momo tampil dengan berbeda sehingga bahkan Frans yang jauh lebih dekat dengannya dari pada pria itu tidak menyadari sama sekali.
"Kakak"
"Nona"
Suara serempak antara gabungan suara pria dan seorang gadis kecil membuat pemilik suara saling berpandangan.
"Eh apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Lucia pada 3 orang pria dan sedikit mengabaikan Bella yang sedang mengembangkan pipinya karena kesal.
Lucia tidak lupa membelai kepala Bella agar dia tidak kesal. Senyum mengembang di wajahnya yang kini beranjak remaja.
"Eh, Nona! Kami menyelinap kemari demi bertemu dengan anda...." Dia kemudian menceritakan usaha mereka untuk bisa berada di aula kerajaan.
Mendengar itu Lion segera datang memarahi mereka dan langsung menghukum mereka dengan pushup 100 kali di tempat.
Emillia, Micella dan Bella memeluk Lucia bergantian. Ikut senang atas kemenangan Lucia.
Setelah puas menonton pertunjukkan, Semua penonton yang terdiri dari bangsawan penting pun berterima kasih pada Lucia dan bergegas pulang. Berita kekalahan Damian dari Lucia pun terdengar hingga beberapa minggu ke depan di seluruh kerajaaan.
Duke menyarankan untuk teman-teman Lucia datang ke Istana Jasmine untuk menemani Lucia yang baru saja selesai bertarung. Teman-teman Lucia tentu saja sangat senang atas perkataan Duke tersebut dan mengucapkan banyak terima kasih.
Memang selama 3 tahun ini agak sulit bertemu Lucia karena dia sibuk dengan urusannya sendiri. Mungkin sekali dalam 3 bulan mereka bisa bertemu.
Plak!
Tamparan keras dari Ratu Elliah pada Selviana membuat wanita yang kurus itu tersungkur ke tanah.
"Bagaimana bisa analisamu tidak tepat?" Ratu sangat marah mengingat putranya pingsan dan babak belur. Akibatnya seluruh bangsawan pasti akan mengejek putra kedua dari Kerajaan Salvavor karena kalah dari seorang wanita. Keagungan Kerajaan Salvavor pun bisa saja jatuh karena ini.
"Maafkan saya Yang Mulia Ratu. Saya siap menerima hukuman yang akan Yang Mulia jatuhkan pada saya."
Raja Salvavor memandang Selviana yang terjatuh ke tanah seolah melihat kotoran yang hina. "Dasar perempuan rendahan. Ini semua karena ulahmu. Penjaga hukum wanita ini dengan 35 kali cambukan."
Selviana memucat. 35 cambukan cukup membuat dia akan pingsan. 20 kali saja sudah menyakitkan apa lagi lebih dari itu tapi Selviana hanya bisa menerimanya. Dia bersujud pada Yang Mulia Raja dan mengucapkan, "terima kasih Yang Mulia atas hukuman yang diberikan."
Penjaga segera menarik Selviana dan membawanya ke ruang hukuman. Jeritan tiap jeritan terdengar penuh kesakitan saat Selviana di cambuk.
"Aku bersumpah. Aku bersumpah akan menghancurkan kalian semua. Lucia, Raja, Ratu kalian semua akan mati," batin Selviana dengan matanya yang memerah.
Di istana Jasmine kediaman Lamboerge tentu berbeda dari Kerajaan Salvavor yang begitu penuh duka karena Pangeran mereka babak belur.
Lucia duduk melingkar bersama teman-temannya Frans, Evan, Micella, Bella, dan Emillia.
"Frans maaf ya aku memaksamu untuk mengundang banyak orang."
"Tapi Lucia, bagaimana kau tahu kalau aku berada di tempat itu?"
Lucia berpura-pura tidak mengerti ucapan Frans. "Apa maksudmu? Aku mengirimkan suratnya ke kediaman Elliot. Jika tidak di sana memangnya mau aku kirim kemana?"
Frans baru ingat bahwa biasanya ada burung elang yang akan membawa semua surat di kediaman untuknya ke Guild Informasi. Frans kemudian menjawab dengan basa-basi untuk menghilangkan keheranan Lucia.
"Ah iya ada kabar gembira. Kalian tahu tidak kalau Pangeran Clair akan menikahi Kak Emillia sebagai istrinya." Wajah Emillia memerah saat Micella menyampaikan itu pada semua orang. Lucia menangkap semburat merah malu itu sebagai rasa suka.
Ya, walaupun Clair terlihat kejam tapi jika Emillia sudah jatuh cinta padanya, Lucia bisa apa? Mereka kemudian memberi selamat pada Emillia atas kabar gembira tersebut.
Pangeran Damian sedikit demi sedikit membuka mata. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Di sampingnya seorang wanita muda menunggunya hingga tertidur.
"Selviana?" Panggil Pangeran Damian pelan.
Selviana segera menegakkan kepalanya dan berusaha untuk memanggil orang tapi sebelum itu lengannya di hentikan oleh Damian.
"Jadi apakah aku kalah?" Tanya Pangeran Damian yang kemudian di jawab Selviana dengan anggukan kepala. "Aku telah mengecewakan ayahanda dan ibunda." Damian berkata demikian dengan wajah yang semakin sedih.
"Yang Mulia kali ini kita kalah pada Lucia karena analisaku yang salah. Aku benar-benar minta maaf." Damian melihat paras wajah cantik itu memucat dan juga ada beberapa luka yang melekat di punggung dan tangannya. Pipi wanita itu juga membengkak.
"Ini adalah kesalahan saya yang Mulia sehingga memang saya pantas dihukum." Entah kenapa Damian merasa sedih atas penderitaan yang dilalui oleh Selviana disebabkan oleh kekalahan dia.
"Yang Mulia, karena rencana menikahi Lucia tidak berhasil bagaimana jika kita melanjutkan rencana yang lain?"
"Iya aku setuju. Apa rencanamu untuk menjatuhkan Pangeran Clair?" Tanya Pangeran Damian disertai senyuman licik dari Selviana.