Bagaimana jadinya jika pernikahan yang telah dibina selama 10 tahun tak menghadirkan buah hati? Bagi sebagian orang itu sangat hampa. Tapi Bagi sebagian orang itu bukan masalah.
Seperti yang dialami pasangan suami istri, Agam dan Nisha. Mereka berdua seorang Dokter. Nisha terpaksa kehilangan rahimnya akibat kecelakaan 5 Tahun silam. Sampai sekarang Agam menerima itu. Cinta Agam pada Nisha tetaplah utuh. Namun Nisha malah mengambil keputusan, untuk mencari wanita yang mau melahirkan anak mereka lewat proses bayi tabung.
Bertemulah ia dengan Yasmine, seorang gadis muda berusia 25 tahun. Ia bersedia dengan tawaran Nisha. Namun saat harus mengandung anaknya Agam, ia malah memiliki perasaan pada adik kandung Agam yang mengalami redartasi mental,Lukka.
Mampukah Agam menepati janji setianya? Dan apakah Yasmine bisa menjaga perasaan Nisha?
Yuk, baca kisah mereka. Jangan lupa dukungan, kritik dan sarannya ya..😘😘❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wulan_zai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 : Pria Idaman
"Kau hamil di luar nikah..? Dan kenapa kau datang sendiri kesini? Apa pria yang menghamilimu tidak bertanggung jawab?" cecar Rika dengan tatapan berbinar. Entah kenapa, membayangkan hidup Yasmine hancur berantakan membuat hatinya sangat bahagia.
Dari dulu Yasmine sangat pandai mengambil hati para atasan, berkat kepintaran dan ketangkasannya. Membuat gelar sarjana yang dimiliki Rika terasa sia-sia. Ia sangat membenci Yasmine yang menurutnya pandai cari muka. Dan menyudutkan Yasmine dengan tuduhan barusan, membuat batinnya amat puas.
"Apa kau datang sendiri karena hamil diluar nikah?" ketus Agam, lagi-lagi bibir Yasmine tak sempat menjawab karena di serobot. Pria itu berdiri gagah, membuat Rika ternganga.
"Ayo, sudah giliran kita." ajak Agam, dan Yasmine bukannya langsung berdiri, melainkan mencuri pandang sebentar ke arah TV, yang memang menunjukkan nomor antriannya. Gara-gara Rika ia jadi tidak fokus pada nomor antrian.
"Saya duluan, Bu." Yasmine menyematkan tali tas ke bahu, kemudian beranjak mengikuti langkah Agam.
"Pria itu... suaminya..?" Rika terkagum akan postur tubuh Agam yang memang idamannya. Belum lagi wajah tampan Agam, yang membuat pikirannya semakin berimajenasi.
"Dimana Yasmine mendapatkan pria seperti itu?" Rasa iri kembali menggeluti hatinya. Kehidupan Yasmine selalu saja di atasnya.
"Apa mereka sudah menikah..? Dia benar-benar tipe ku..." lirihnya sambil tersenyum tipis. "Tapi dia bilang apa? Aku hamil diluar nikah..?" ia tak terima dengan ucapan Agam barusan.
Padahal ia datang ke Dokter itu untuk memeriksakan diri, karena di curigai ia memiliki kelainan pada rahim, seperti kista atau miom.
. .
Di dalam ruang pemeriksaan, Agam dibuat terpaku pada penampakan janin yang masih sebesar buah anggur. Denyut jantung terlihat berdegup, di balut dengan kulitnya yang transparan. Agam hampir tak percaya bahwa itu adalah buah hatinya.
Namun tetap saja ia tak bisa berbahagia, karena janin itu bukan berada didalam rahim Nisha.
"Perkembangan janinnya sangat bagus. Denyut jantungnya juga sudah stabil, walaupun belum terlalu terdengar." ucap sang Dokter yang tengah menekan alat USG di perut Yasmine.
"Bu Nisha pasti senang melihat ini..." lirih Yasmine diiringi titik air mata.
"Ibu harus cukup waktu istirahatnya, ya. Karena usia segini masih sangat rentan. Perlu asupan nutrisi, gizi, dan tidur yang seimbang agar janinnya bisa berkembang dengan baik." Dokter itu melepaskan alat USG, kemudian memberikan suntikan nutrisi.
"Apa dia boleh makan makanan pedas?" tanya Agam, mengingat beberapa hari ini Yasmine salalu terobsesi dengan makanan pedas.
"Kalau bisa jangan, karena itu bisa menyebabkan diare. Kalau diare, kondisi ibunya akan lemas, dan bukan hanya ibunya, janin juga bisa kekurangan cairan, dan itu sangat bahaya." sahut Dokter dengan sangat jelas.
Agam langsung membidik Yasmine dengan tatapan tajam. Seolah mengatakan 'dengar tuh!'
Yasmine pun menerima sinyal ketus itu, dengan tegukan ludah yang seolah mengiyakan.
"Tapi kalau pengen banget, sampai tidak bisa tidur dan tak berselera makan, boleh. Dengan catatan jangan berlebihan." imbuh sang Dokter, sembari menuliskan resep vitamin.
Mendengar itu, Yasmine pula mengangkat pelan alisnya. Seolah mengatakan pada Agam 'boleh tuh..'
Agam malah membalas dengan tatapan tajam yang agak disipitkan. Ia tak mengharapkan anak itu dari Yasmine, tapi karena sudah mendengar detak jantungnya, naluri Agam sebagai ayah tergugah. Dan ia merasa punya tanggung jawab untuk melindungi janin itu.
...~~...
Sepulang dari rumah sakit, Agam menyempatkan diri untuk menjemput adik kesayangannya.
"Kakak....!" seru Lukka riang gembira, sembari memeluk Yasmine dan Agam bersamaan.
"Lukka.., pelan-pelan." Agam tampak panik karena Lukka mencengkram pinggang Yasmine dengan erat. Padahal tidak, Yasmine saja tidak merasa itu sakit.
"Lukka, ibu rujak nya jualan?" tanya Yasmine mengecap ludah.
"Jualan, kakak mau Lukka belikan? Lukka masih ada sisa uang loh.." anak itu memamerkan lembaran 20 ribuan kepada Yasmine.
"Tidak..! Mulai sekarang jangan makan makanan pedas. Kau tidak dengar tadi Dokter bilang apa? Kemarin kau sudah banyak makan rujak kan?" Agam menyalak cepat, bak anak anjing yang ingin melindungi tuannya.
Membuat Yasmine ternganga, sejauh ini itu kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Agam untuknya.
"Kenapa tidak boleh, kak? Kasihan dede bayinya.." ujar Lukka memelas, ia paham kalau orang hamil akan cenderung menginginkan makanan pedas, atau asam. Dulu ia juga memperhatikan Nisha.
"Tidak boleh, bisa bahaya untuk ibu dan bayinya." jawab Agam cepat.
"Kalau begitu kakak dalam bahaya..! Kakak tidak apa-apa?" Lukka memegangi wajah Yasmine dengan kedua tangannya. Raut wajah anak itu tampak sangat khawatir. Sedangkan Yasmine tak bisa berkutik. Lagi-lagi ia berdebar karena bocah polos itu.
"Lukka, jangan seperti itu. Memangnya bahaya kenapa?" Agam meraih tangan sang adik dari wajag Yasmine.
"Tadi malam kami banyak makan bakso gore...mmm..!"
Yasmine membungkam bibir Lukka, bisa habis ia di tusuk oleh tatapan Agam.
"Pulang yuk, aku lelah... Dokter bilang aku harus banyak istirahat kan? Yuk, pulang yuk.." Yasmine menyeret kepala Lukka untuk masuk ke dalam mobil.
Anak itu berusaha melepaskan diri, wajahnya tetap memaksa ingin memeriksa apakah Yasmine baik-baik saja. Mengingat bakso goreng semalam sangat pedas.
"mmm...! mmm...! koko tado apopo..? ko..?" (kakak tidak apa-apa? kak?)
Lukka berusaha bicara, dari balik telapak tangan Yasmine.
"sstt...! diamlah.. aku justru dalam bahaya jika kau buka mulut." Gerutu Yasmine semakin mengeratkan bekapannya.
Di belakang, Agam mengikuti langkah dua bocah itu sambil geleng-geleng kepala. Ia khawatir tubuh kecil Yasmine remuk bila terus-terusan dekat dengan Lukka yang lasak.
...*********...
cerai aja
no teras po hlman blkang smbil dlok sawah maak... mo pilih yg mna... hyuu... kumpulin sklian reiders yg lain biar rame... 😁😁😁
biar emak semngat... 💃💃💃😘😘😘