( Maaf jika ada ketidak nyamanan dalam membaca untuk bab 2-5, karena sedang saya revisi, sesuai arahan Editor Kesayangan Terimakasih)
Suamiku
Please!
Ketahuilah jika ayahmu sering bermain mata dengan ku.
Aku sudah menolaknya, namun ternyata ...
maaf jika aku mencintainya juga karena uangnya dan perhatiannya.
Selamat membaca 😘
#Cinta tak Direstui #cinta terlarang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naisa strong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Preman Jalan
" Maaf ya, semua karena aku memaksa untuk sore ini kita berangkat. Itu karena aku sudah menundanya kemarin." perasaan bersalah Fox karena sampai di Lembang sudah senja.
" Itu juga karena kamu menyemangati ku bukan?" Lirikan mata Jelly yang sedikit gelisah karena sedang mengatur irama jantung.
" Kalau begitu kita sebaiknya kembali saja!" ujar Fox yang memutar langkahnya yang kemudian membukakan pintu mobil untuk Jelly.
" Okay." Jelly mengangguk kan kepalanya dan mengikuti apa mau bos besarnya.
Setelahnya keduanya berada dalam mobil dan menuju perjalanan pulang.
Namun ditengah perjalanan, Fox merasa perutnya sangat lapar, akhirnya mengajak Jelly untuk makan malam terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke kota Bandung.
Karena Jelly mengajak Fox makan malam di pinggir jalan, alhasil Fox juga memarkir mobilnya di depan warung tenda dimana Jelly memilihnya.
" Kamu tidak papa?" tanya Fox yang mengedarkan seluruh pandangannya ke sekitar warung tenda.
" Memangnya kenapa?" Jelly yang meletakkan tas kecil miliknya ke atas meja.
" Apa tidak sebaiknya kita cari tempat makan lain. Sepertinya di sini terlalu ramai." Fox yang tidak terbiasa makan di pinggir jalan.
" Aku yakin pasti kamu suka dengan nasi gorengnya. Ini warung tenda nasi goreng yang terkenal di internet. Setelah aku searching di google, warung tenda ini memang tidak pernah sepi dan dijamin pasti pelanggannya puas." Jelly yang berusaha meyakinkan bos besarnya yang dia tahu jika bos besarnya seperti risih berada di warung tenda ini. Tapi tidak ada pilihan lain, karena Jelly juga tidak tahu apa kesukaan Fox selain sepertinya nasi goreng. Karena beberapa kali di ajak makan oleh Fox, Fox selalu pesan nasi goreng dengan berbagai varian bergantian.
Cukup lama mereka menunggu pesanan datang, bahkan terlihat sekali jika duduk Fox seolah tidak tenang. Tiga puluh menit bukanlah waktu sebentar untuk sekedar ingin menyantap sepiring nasi goreng spesial seperti yang di tawarkan.
" Ah akhirnya datang juga." seru Fox yang melihat seorang pria tua mengantarkan dua buah nasi goreng spesial seperti pesanannya.
Jelly yang hanya menatap bosnya yang tidak sabar ingin melahap habis nasi goreng yang baru saja di letakkan di meja.
Fox tanpa basa-basi lagi segera memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya dengan lahap seperti orang kelaparan.
Baru satu sendok dia makan, lidahnya merasakan jika nasi goreng yang dia makan memang benar spesial seperti namanya.
" Kenapa? kamu tidak suka." tanya Jelly yang melihat bos besarnya terdiam sesaat setelah menghabiskan satu sendok dalam mulutnya.
Fox tersenyum kecil. " Tidak, hanya saja mengingatkan aku sama Tamarin, istriku. Dia paling pandai masak nasi goreng dan Omelette. Dan aku sangat menyukai masakannya. Entah mengapa? malam ini kita makan nasi goreng, aku jadi mengingatnya. Ternyata hampir tujuh hari aku meninggalkannya."
" Oh, aku pikir kamu kenapa?" ujar Jelly yang meminum teh hangat miliknya.
" Bagaimana kalau kita lebih cepat berangkat ke Jakarta nya?" ucapan Fox yang sedikit mengagetkan.
Jelly yang habis meminum segelas teh hangatnya, kemudian meletakkan kembali teh hangat yang tinggal setengah dari gelasnya itu di atas meja. " Terserah kamu saja."
" Sebaiknya kamu tinggal di apartemen ku saja! kamu tidak usah repot-repot cari tempat tinggal."
" Apa nanti aku tidak merepotkan, tidak usah! biar aku cari tempat tinggal sendiri." sanggah Jelly kepada Fox.
Fox yang kemudian meletakkan sendok dan garpu nya di atas piring makan lebar yang bersih tanpa tersisa sedikitpun termasuk acar maupun cabai hijaunya. " Kamu tahu kan, aku memiliki apartemen cukup banyak. Dan itu semua tidak aku tempati. Biar apartemen ku juga tidak pengap karena jendelanya sering di buka jika ada kamu tinggal di sana." Fox berusaha membujuk Jelly agar dia mau tinggal di apartemen miliknya.
Menurut Jelly ada benarnya, apalagi Fox adalah bos di bidang properti apartemen. Jadi pastilah, jika Fox pasti memiliki satu atau bahkan lebih unit apartemen dari setiap proyek yang dibangunnya.
" Okay. Bagaimana kalau aku sewa saja setiap bulannya?" Jelly yang tahu jika bosnya sebenarnya tidak membutuhkan uang recehan dari nya. Tapi itu dia lakukan supaya dia tetap memilik harga diri bahwa dia tidak menggunakan fasilitas apartemen itu secara gratis.
Fox yang langsung bisa mencerna, Jelly pasti tidak mau menerima bantuannya begitu saja. Karena dia merasa, dia masih cukup mampu menghidupi dirinya sendiri dengan gaji yang akan dia terima nanti. " Begini saja, kamu tahu? jabatan yang akan kamu emban di Jakarta itu tidak main-main. Kamu memiliki tanggung jawab besar langsung di bawah saya. Selain gaji kamu juga besar, kamu juga akan mendapatkan tempat tinggal yakni sebuah apartemen dan mobil sebagai sarana transportasi kamu ke kantor. Itu semua diberikan, selama kamu bekerja di Perusahaan saya. Ingat, bukan hanya kamu. Tapi jika orang lain yang menempati posisi itu. Fasilitas tersebut juga akan sama diberikan." Fox mencoba meyakinkan Jelly untuk tidak menolak tawarannya supaya Jelly tidak memikirkan masalah keuangan lagi, setelah apa yang dia alami. Menurut Fox, Jelly berhak untuk memanjakan hidupnya sendiri dan menata masa depannya supaya lebih baik.
Jelly yang terdiam. Fasilitas apartemen, mobil, gaji besar. Tapi kenapa ya? aku terasa hampa. Dulu saja, aku begitu sulit mendapatkan hal itu. Tapi mengapa? mengapa setelah ibu ku tiada. Aku bahkan mendapatkan semua hal yang tidak ku duga dan aku seperti tidak membutuhkannya. Jelly bertanya dalam hati dengan lamunannya.
" Kamu kenapa? bagaimana?" tanya Fox yang membuyarkan lamunan kembaran Priyanka Chopra yang duduk berjarak karena sebuah meja.
" Baiklah." jawab Jelly dengan singkat namun hatinya terasa mantap. Siapa tahu dengan dirinya bekerja di Jakarta, hidupnya akan jauh lebih baik dan entahlah ... untuk urusan asmara, dia bahkan tidak tahu apa yang akan di rencanakan nya.
Makan malam keduanya selesai. Keduanya lantas berjalan menuju sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan. Namun karena hari sudah cukup malam, membuat satu buah kejahatan terencana dari dua orang anak punk yang saling berboncengan naik sepeda motor.
Kedua orang itu seperti sudah menunggu mereka. Lirikan mata salah satu teman kepada temannya yang lain yang berdiri tidak jauh akhirnya menyepakati untuk melancarkan aksinya.
Mbrung ... Mbrung ...
Suara knalpot berisik dari motor dua orang anak punk yang berboncengan itu menghampiri dan berhenti tepat di dekat Jelly.
Jelly yang terkejut sekaligus takut karena dua orang anak punk itu sangat dekat dengan dirinya dan seperti ingin melecehkan nya. " Mau apa kalian?" bentak Jelly dengan nafas tersengal-sengal.
Senyuman dari sudut bibir salah satu anak punk yang kemudian menarik tali panjang dari tas milik Jelly yang berada di atas bahunya.
" Jangan macam-macam kalian! lepaskan!" teriak Fox dengan menunjuk menggunakan jari telunjuknya mengarah ke preman jalan. Yang kemudian dia berlari menghampiri Jelly yang mempertahankan tas miliknya.
" Tolong ... tolong." teriakan Jelly minta tolong dan mempertahankan tas miliknya pun gagal. Fox yang kalah cepat dari preman yang sudah menarik tas milik Jelly dari dekapan sepuluh jarinya, begitu juga dengan orang-orang yang mendengar teriakan Jelly itu seperti tertinggal dari motor berisik yang bersumber dari knalpotnya.
" Kamu masuk! kita kejar!" perintah Fox pada Jelly dengan sangat cepatnya.
Jelly yang masih ketakutan dan bingung selain menuruti apa perintah bos besarnya. Dia hanya bisa nurut, masuk ke dalam mobil dengan nafas yang berhambur tidak karuan.
Sementara Fox yang serius menambah kecepatannya untuk mengejar dua preman yang harus diberi pelajaran.
Dengan sepasang mata yang tidak pernah lepas mengikuti motor milik sang preman yang pada akhirnya mobilnya bisa menjegal mereka untuk berhenti hingga mereka harus melakukan pengereman yang signifikan.
Ciiiiit
Suara rem motor mereka hingga keduanya ahli untuk atraksi.
Kedua preman itu tampak geram dan marah pada mobil yang menghadang motor mereka.
" Kamu di dalam saja." Fox memberi titah pada Jelly.
Jelly yang nafasnya sudah tidak karuan, bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Ingin ikut keluar namun jujur dia sangat ketakutan. Dia hanya bisa panik membolak- balik posisi penglihatannya dari dalam kaca jendela mobil.
" Heh kalian! jangan sok jagoan! kembalikan tas yang sudah kalian ambil!" lengan dan bahu yang sejajar dengan jari telunjuk yang Fox arahkan kepada dua preman yang berdiri sekitar tiga meter setengah dari posisi berdirinya.
Kedua wajah licik preman yang saling memberi kode dan satu persatu melancarkan serangan kepada Fox.
Hiak ... Des
Hiak ... Des
Tendangan-tendangan kaki yang tidak karuan itu bisa di tepis Fox satu per satu.
Begitu juga dengan Fox dan kedua preman yang saling beradu bogem mentah hingga akhirnya Fox yang dikeroyok oleh dua orang preman itu sedikit kewalahan.
Tenaga malam yang hanya terisi satu piring nasi goreng dan satu gelas teh hangat itu terasa masih kurang kuat untuk melawan kedua preman jalan itu.
" Fox." lirih Jelly yang sepasang matanya membulat, mulutnya menganga dan nafasnya tersengal-sengal melihat Fox dianiaya oleh preman jalan tidak punya aturan itu.
Seluruh pori-pori kulitnya mengeluarkan keringat dingin. Apalagi seluruh kakinya gemetar ketakutan melihat beringasnya kedua preman jalan tanpa ampun itu.
Masih tidak percaya jika Fox yang sudah tidak berdaya di ujung sana, masih saja di beri bogem oleh kedua preman jalan itu pada bagian perutnya.
Membuat Jelly tidak tega, dan sekuat tenaga memberanikan diri keluar dari mobil. Mengambil benda tumpul yakni sebuah kayu yang melintang di atas rerumputan yang terlihat.
Meskipun kedua kakinya bergetar, dia tetap berjalan pelan, mengatur irama nafas supaya tak terdengar dari balik punggung kedua preman, jika dia membawa sebuah kayu panjang besar dan siap memukul mereka.
" Egh." geram Jelly dengan sangat kuat memukul punggung salah satu preman dan akhirnya salah satu preman jatuh tersungkur tanpa daya atau bisa dikatakan pingsan.
Ah ... Bugg.
Sadar, jika temannya di pukul oleh seorang wanita yang memiliki tas yang di jambretnya.
Sang preman lantas membalik tubuhnya dan dengan amarah dendam kepada Jelly. Sang preman kemudian melangkah perlahan menghampiri Jelly yang akan membalas memberi pelajaran kepada wanita itu.
Jelly yang melangkah mundur perlahan dengan ketakutan. Satu langkah ... dua langkah ... tiga langkah ... empat langkah ... " Ah." teriak Jelly. Hells yang hanya tiga senti membungkus telapak kakinya itu terseyok karena saking gemetarnya seluruh kaki dan tubuhnya karena ketakutan melihat preman jalan biadab yang tidak berperikemanusiaan.
" Hahaha." tawa menggelegar di tengahnya malam. Preman jalan itu seolah biasa melakukan tindakan kejahatan seperti ini.
Tubuh Jelly yang tersungkur di atas rerumputan. Kayu panjang besar dalam genggamannya pun melayang. Tidak mungkin dia akan melawan dengan tangan hampa. Yang pasti sudah dapat dipastikan, dan pasti akan kena tamparan atau bahkan pukulan dari tangan kejam preman itu.
" Tolong ... tolong hentikan! Jangan mendekat!" Jelly yang mengulur waktu untuk preman yang mendekat itu tidak menyakiti dirinya. Berpikir cepat mencari cara untuk preman itu mengalihkan tujuannya. Namun sialnya, senyum bengis preman jalan itu semakin dekat dan kakinya malah jongkok tepat dihadapannya.
Membuat rasanya malam ini adalah malam terakhirnya. Karena bisa saja, preman itu akan menusuk, menikam atau bahkan menghabisinya.
Jelly yang sangat ketakutan dan nafas cepat tanpa jeda. Ketika jemari preman itu mencoba mengelus pipi kanannya.
" Cantik juga." seringai sang preman dan kemudian tertawa terbahak-bahak.
Bugg
" Ah." Sang preman meringis dan akhirnya jatuh pingsan tersungkur tubuhnya tepat di depan Jelly.
BERSAMBUNG
mungkin author nya penyuka permen