Pernikahan yang terjadi atas dasar terpaksa, harus dijalani seorang wanita cacat yang harus merelakan kakinya lumpuh setelah ditabrak oleh seorang CEO kejam dan arogan.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, ayah sang CEO memaksa putranya untuk bertanggungjawab menanggung hidup wanita itu dengan cara menikahinya.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu akan bertahan dengan banyaknya badai kehidupan? Ataukah hancur karena terpaksa dan tidak didasari cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil
Zafer akhirnya pergi dari ruangan ayahnya dan segera berjalan cepat untuk keluar dari sana, terdengar suara pintu yang dibanting sangat kuat hingga membuat Erina yang sejak tadi menunggu dengan was-was di luar ruangan jadi terlonjak kaget karena pintu tersebut.
“Sayang. Kamu mau ke mana?” Erina berteriak memanggil, tapi Zafer acuh dan tidak menoleh sama sekali untuk menjawab ibunya.
Pria dengan wajah memerah tersebut tetap berjalan lurus tanpa memperdulikan apapun lagi karena emosi Zafer sudah sampai di luar batas dan ia tidak bisa menahannya.
Hanya satu hal yang Kenzo inginkan saat ini, ia ingin cepat keluar dari rumah ini.
Zafer membawa pergi mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah Ibu Kota Jakarta. Akal sehatnya sudah hilang entah ke mana, sampai tak acuh akan banyaknya suara klakson dari mobil lain.
Kemudian disusul dengan teriakan para pengendaranya akibat gaya berkendara Zafer yang sangat ugal-ugalan malam itu.
Sebetulnya cara berkendara Zafer malam itu bisa dengan mudah menimbulkan sebuah kecelakaan. Apalagi melihat dari bagaimana kondisi jalanan pada malam itu yang masih diisi oleh beberapa kendaraan lain.
Semua pengendara yang dilewati oleh mobil Zafer pun memaki dengan penuh kekesalan dan menyumpahi pria yang menurut mereka tak tahu adab itu dengan tidak tanggung-tanggung.
Zafer membuat semua orang jadi kesal dan ketakutan di saat bersamaan.
Akan tetapi, Zafer sama sekali tidak peduli lagi. Ia hanya melakukan ini karena berpikir cuma ini satu-satunya cara yang bisa membuat Zafer melepaskan semua beban yang ada di dalam hatinya saat ini.
Beginilah cara pria yang duduk di balik kemudi itu untuk melampiaskan semua kekesalan yang baru saja ia dapatkan dari rumah kedua orang tuanya.
Zafer tidak mungkin mengajak sang ayah bertengkar. Ia tidak bisa menonjok wajahnya karena tahu hal itu tidak akan mudah untuk dilakukan.
Jika Zafer sampai berani, yang ada, namanya pasti akan langsung dihapus dari kartu keluarga milik Dirgantara dan tidak akan pernah lagi dianggap sebagai anak oleh mereka.
Tidak. Bukan seperti itu yang Zafer inginkan.
"Kenapa semua rencanaku gagal? Sial!" Zafer berteriak penuh amarah dari dalam mobilnya, memukul kemudi mobil kuat-kuat.
Bahkan di saat mobil itu masih melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Sepertinya Zafer memang tidak takut lagi jika ia harus menantang maut di hari ini. Ia bahkan sudah terbiasa berkendara dengan kebut-kebutan seperti itu.
Jadi, memang tidak takut lagi akan apa yang akan terjadi.
“Aku benar-benar tidak habis pikir. Kenapa bisa papa biasa saja dengan semua masa lalu wanita cacat itu? Padahal sudah terbukti bahwa dia adalah wanita yang tidak baik."
"Dia hanya akan mempermalukan keluarga saja. Apalagi jika orang-orang sampai tahu tentang masa lalunya, tapi, mengapa papa masih mau mempertahankannya?
"Kenapa tidak langsung saja memberikan perintah kepadaku untuk mengusirnya?” Zafer mengomel tiada henti selama perjalanan tersebut.
Keyakinan yang sudah ia tanamkan di dalam dirinya sebelum berangkat tadi benar-benar langsung menghilang akibat jawaban yang diberikan oleh Adam Dirgantara.
Bahkan hal yang membuat Zafer lebih marah adalah karena ayahnya membandingkan Tsamara dan juga Rayya. Padahal dalam sudut pandang Zafer, tentu Rayya-lah yang lebih baik dari pada wanita cacat dan miskin itu.
Mungkin cara berpakaian Rayya memang jauh dari kata baik, sebab wanita itu lebih suka memperlihatkan bagian tubuhnya dalam berbusana, tapi bukankah wajar saja karena dia memang memiliki tubuh yang indah?
Bahkan Zafer juga mengakui hal itu. Namun, mengapa ayahnya selalu saja menolak dan tidak pernah menyukai Rayya?
Kenapa semua hal yang Zafer inginkan tidak pernah bisa ia dapatkan?
Zafer menghentikan mobilnya pada sisi jalan yang sangat sepi. Kemudian ia mengempaskan tangan pada kemudi mobilnya beberapa kali dengan sangat kuat untuk melampiaskan semua rasa kesal dan amarahnya yang tengah bertumpuk menjadi satu sekarang.
Bahkan sampai berteriak untuk menuangkan semua perasaannya malam itu.
Membiarkan semesta tahu seberapa frustrasinya ia saat ini akan semua permainan hidupnya yang tidak pernah habis.
“Lihat saja Tsamara! Aku akan benar-benar menghancurkanmu!” ujar Zafer dengan sangat serius, wajah wanita itu yang sedang Zafer pikirkan saat ini.
Rasanya ingin Zafer hancurkan sekarang juga.
Di saat ia berpikir akan segera bercerai dengan Tsamara, juga berpikir bahwa wanita itu mungkin saja akan pergi dari rumahnya mulai esok hari.
Semua pemikiran itu langsung ditepis begitu saja oleh jawaban yang diberikan oleh ayahnya. Zafer sampai tidak bisa berkata apapun lagi untuk melampiaskan amarahnya kepada pria yang lebih tua tersebut.
Sang ayah justru memberikan banyak nasihat kepadanya, mengatakan bahwa Tsamara sekarang sudah berubah dan bisa juga mengubahnya menjadi lebih baik.
Itu semua omong kosong. Alih-alih percaya dengan semua perkataannya, yang ada Zafer malah jadi semakin benci dengan Tsamara dan semakin ingin menyingkirkannya dari rumah itu.
Zafer pusing bukan main. Apalagi ia sudah mengatakan kepada Rayya bahwa semuanya sudah berakhir.
Zafer sudah bilang kepada wanita itu bahwa semuanya akan kembali normal sebentar lagi, tapi lihatlah sekarang yang didapatkan?
Sang ayah justru menolak keinginannya untuk menceraikan Tsamara
Sekarang apa yang harus Zafer katakan kepada Rayya? Kekasihnya itu pasti akan sangat marah kepadanya dan bisa-bisa jadi tidak mau lagi bicara dengannya akibat masalah ini.
Zafer benar-benar frustrasi dan pusing bukan main.
“Aku harus memikirkan cara lain untuk bisa melenyapkannya dari rumah. Aku harus segera membuat jebakan lain agar semua ini bisa cepat selesai. Papa memang harus diberikan bukti yang lebih kuat agar bisa percaya kepadaku dan aku harus menyusun rencana dengan cepat untuk menjebaknya kali ini."
"Aku harus memastikan bahwa kali ini Tsamara akan benar-benar habis di tanganku!”
Zafer tiba-tiba saja berpikir ingin menjebak Tsamara bersama dengan seorang pria lain. Bukankah Tsamara pernah berselingkuh? Berarti Zafer bisa menciptakan perselingkuhan lain agar ayahnya bisa percaya dengan apa yang diucapkan.
Zafer benar-benar bertekad untuk hal ini. Ia akan menjebak Tsamara bagaimanapun caranya.
“Aku butuh sesuatu untuk mendinginkan kepalaku saat ini. Aku benar-benar pusing sekarang, tapi tidak ingin pulang karena hanya akan membuatku bertemu dengan wanita sialan itu."
"Namun, aku juga tidak bisa mendatangi Rayya karena masih dalam tahap untuk menjauh sementara darinya. Apa aku harus datang saja ke Club malam dan mencari kesenangan di sana?"
"Aku sudah lama tidak pergi ke tempat semacam itu. Kupikir aku benar-benar butuh hiburan agar kepalaku bisa terasa sedikit ringan.”
Zafer akhirnya memutuskan untuk membawa pergi mobilnya menuju salah satu club malam yang selalu menjadi langganannya sejak dulu, tapi akhir-akhir ini tidak pernah pergi lagi ke sana karena pekerjaannya yang menumpuk dan semua masalahnya yang tidak pernah habis, membuatnya terpaksa harus menghabiskan waktunya lebih banyak di rumah.
Namun, khusus di malam ini, akan meluapkan semuanya. Ia akan menghilangkan semua beban di dalam hati dengan cara minum-minum sampai puas.
Tidak peduli jika memang ada orang suruhan ayahnya untuk mengikutinya. Ia tidak peduli juga akan semua hal yang memberatkan semua bebannya sekarang.
Zafer hanya ingin bebas malam ini. Ia ingin merasakan kebebasan yang selalu dirasakan di waktu dulu tanpa ada seorang pun yang akan melarang dan memarahinya lagi.
Zafer akhirnya benar-benar membawa mobilnya pergi dari pinggir jalan raya tersebut, berbelok menuju salah satu tempat penuh maksiat yang sangat ia sukai.
***
Sementara itu di apartemen, hari ini Rayya merasakan ada yang aneh pada dirinya.
Sejak pagi, wanita itu merasa bahwa tubuhnya terasa begitu lemas dan hari ini pun ia terlalu banyak memilih untuk setiap hal yang ingin dimakan.
Rayya juga merasa bahwa hari ini mood-nya lebih sering berubah-ubah. Tergantung keadaan dan ia bisa lebih cepat marah pada suatu masalah yang bahkan bisa terbilang sepele.
Rayya merasa ada yang salah karena ia sendiri tahu bahwa dirinya hari ini sangat berbeda dengan yang biasanya di hari-hari sebelumnya.
Sebagai seseorang yang sangat mengenal dirinya sendiri, tentulah bisa langsung mengetahui bahwa memang ada sesuatu yang berbeda darinya saat ini dan tidak bisa mengelak akan fakta itu.
Sejak tadi, Rayya berusaha untuk mengingat-ingat kilasan semua kejadian yang telah terjadi di hari ini tanpa ada melewatkannya satu pun.
Ia seolah-olah tengah menyatukan sebuah benang kusut di dalam kepalanya untuk menemukan sebuah jawaban yang tepat akan apa yang terjadi kepada dirinya saat ini.
Semakin lama berpikir, semakin kuat juga dugaan yang timbul di dalam kepala dan tidak bisa semudah itu ia tangkis.
Rayya ingin mengelak apa yang dipikirkannya. Ia ingin pemikirannya ini hanyalah sebatas sebuah dugaan yang tak akan terbukti kebenarannya karena jika boleh jujur, sebenarnya takut jika praduganya saat ini benar-benar menjadi kenyataan.
“Tidak mungkin kan jika aku ... hamil?” tanya Rayya kepada diri sendiri.
Saat ini, wanita itu sedang memegang sebuah testpack di tangannya yang baru saja ia beli beberapa menit lalu karena rasa penasarannya tidak bisa lagi diabaikan begitu saja.
Rayya harus membuktikan secara langsung apakah dugaannya ini memang benar-benar terjadi atau mungkin memang hanya sedang sakit saja, sehingga mood-nya berubah-ubah khusus di hari ini.
Bisa juga semua itu terjadi karena sebentar lagi akan masuk dalam jadwal datang bulannya.
Dengan perasaan yang begitu berat, akhirnya Rayya masuk ke dalam kamar mandi seraya membawa testpack tersebut di tangannya.
Walaupun hatinya diliputi oleh keraguan, tapi tidak bisa mundur begitu saja. Di dalam hati, wanita itu terus berpikir bahwa semua ini hanya percobaan saja untuk menunjukkan apakah ia benar-benar hamil atau tidak.
“Ah, aku benar-benar takut akan pemikiranku saat ini. Semoga saja hasilnya negatif, sehingga tidak perlu lagi menambahkan masalah dalam daftar hidupku.”
Di dalam kamar mandi itu, Rayya mencoba testpack tersebut dengan perasaan harap-harap cemas. Sebenarnya ia akan senang-senang saja jika memang hamil anak dari Zafer karena dengan begitu, hubungannya dengan pria itu akan semakin menjadi dekat.
Bahkan ia berpikir nantinya anak itu bisa menjadi alasan bagi Rayya untuk mendapatkan sang kekasih seutuhnya.
Namun, yang menjadi masalah adalah sampai saat ini hubungannya dengan Zafer masih belum juga mendapatkan restu dari kedua orang tua sang kekasih.
Seseorang yang paling menentang adalah Adam Dirgantara. Rayya jadi takut jika seandainya pria paruh baya itu malah semakin meminta Zafer untuk menjauh.
Bahkan yang lebih parah adalah Adam Dirgantara bisa saja menyuruh Zafer untuk tidak menganggap anak di dalam kandungannya itu sebagai anak sendiri.
Beberapa menit berlalu dan Rayya baru saja selesai melakukan tesnya. Wanita itu secara perlahan melihat hasil dalam testpack dan begitu terkejut ketika menemukan dua garis merah di sana yang berarti dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar hamil saat ini.
“Aku hamil,” ungkap wanita itu dengan wajah pucat.
To be continued...
zafer " iya
😀
padahal ratusan episode,tapi gk krasa bacanya😁
semangat berkarya Thor...💪