Ariana seorang artis papan atas dan multitalenta, terpaksa harus mengakhiri karirnya karena skandal. Ia menghabiskan waktunya di rumah dengan membaca novel, salah satu novel kesukaannya berjudul "Love for Stella" dimana pemeran utamanya adalah Stella yang akan menikah dengan putra mahkota dan berakhir bahagia. Tapi tidak untuk Roselia si pemeran figuran yang mencuri perhatian Ariana, Roselia mendapatkan kebencian dari semua orang karena dia adalah putri seorang penjahat, dia memiliki akhir kematian mengenaskan ditangan putra mahkota.
"Oh tuhan, tolong Roselia! Jika aku jadi Roselia, aku akan menjadi kuat dan bertahan hidup! Aku tidak akan baik pada orang-orang yang menindasku!"
Malam itu Ariana mendapatkan kunjungan dari kekasihnya, mereka berdebat dan tak sengaja dia terjatuh dari balkon dan saat terbangun menjadi sosok Roselia, di dalam novel itu dan di perebutkan oleh empat orang pria tampan didalam novel itu.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Proses perbaikan PUEBI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Menolong Viona
...🍁🍁🍁...
Stella terperangah melihat senyuman di wajah dingin Michael, bahkan Pierre juga ikut tersenyum melihat putra mahkota kerajaan Gamarcus tersenyum.
Yang mulia tersenyum bahkan menahan tawa...ini adalah hal yang sangat langka. Yang mulia selalu fokus dan berwajah tegang, dia bahkan tidak pernah tersenyum kecuali tersenyum seperti iblis. Dan kini yang mulia putra mahkota tersenyum tulus.
Pierre tidak pernah melihat Michael tersenyum apalagi tertawa ketika melihat seorang wanita. Dan Roselia telah berhasil membuat pria berdarah dingin itu memiliki ekspresi.
Astaga! Apa dia tidak marah melihat tunangannya seperti ini? Kenapa dia malah tersenyum begitu?
Pierre mungkin senang dengan senyuman di wajah Michael, tapi lain halnya dengan Stella Dia tidak terlihat senang melihat Michael tersenyum karena Roselia, Stella heran kenapa wanita bar-bar seperti Roselia malah menarik perhatian Michael. Bukan wanita cantik dan lemah lembut seperti dirinya.
Gadis itu, dia tidak mudah ditindas...baguslah, sepertinya aku memilih wanita yang tepat untuk menjadi alibiku menghindari perjodohan. Aku yakin dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tanganku.
Timbul rasa kekaguman di dalam hati Michael untuk Roselia. Pandangannya tentang Roselia sebelumnya adalah wanita menyebalkan, Bar-bar dan tidak tahu aturan. Tapi sekarang semua hal itu menjadi menarik untuknya, atau mungkin akan menghibur dirinya di dalam istana untuk satu bulan ini. Netra Michael masih tertuju pada Roselia yang dengan bar-barnya menyerang dayang itu demi membela Viona.
"Yang mulia, haruskah kita--"
Michael mengangkat tangannya, mengisyaratkan Pierre untuk diam. "Sudah, biarkan saja! Kita lihat saja dulu." ucap Michael tanpa menoleh ke arah lain selain Roselia.
Dia memang tidak tahu aturan tapi--entah kenapa aku sangat menikmatinya.
Tidak cukup dengan menyiramkan air pada ketiga dayang itu, Roselia juga mengambil gundukan tanah di pot tanaman dengan kedua tangannya sendiri.
"Yang mulia...anda mau berbuat apa dengan tanah itu? Tangan anda nanti kotor--" kata seorang dayang berambut keriting dengan ikat satu, kepada Roselia.
"Aku tidak takut kotor!" seru Roselia sambil mendengus kesal.
Saat dulu menjadi Ariana yang terkenal, ia pernah merasakan hidup susah dan memulai semuanya dari bawah. Bekerja paruh waktu dan lain sebagainya. Jadi mengambil tanah kotor saja bukan apa-apa untuknya.
"Kalian melemparinya juga dengan tanah kan? Sialan kalian!"
Tanpa rasa takut, Roselia melempar tanah kotor itu ditangannya kepada ketiga dayang yang menindas Viona. Sementara Viona terdiam dengan sepasang mata yang tak lepas netranya dari Roselia. Gadis yang ia anggap sebagai ibu peri penyelamatnya.
"Ampun...kami minta maaf yang mulia,"
Ketiga dayang itu jatuh terduduk, memohon ampun dan kini berlutut di depan Roselia. Gadis berambut pirang itu tersenyum menyeringai, entah kenapa saat Roselia tersenyum begitu, Pierre merasa dia mirip dengan Michael.
"Kenapa kalian minta maaf padaku? Apa kalian ada salah padaku?"
Senang!
Itulah satu kata yang bisa menggambarkan perasaan Roselia saat ia berhasil membuat ketiga dayang sombong itu berlutut didepannya. Tapi senang saja masih belum cukup membuatnya puas, dia belum puas melihat Viona belum membalas perbuatan mereka.
"Yang mulia...kami mohon maaf..." ketiga dayang itu mengatupkan kedua tangannya, seraya meringis dan memohon maaf pada Roselia.
"Camkan ini baik-baik! Kalian tidak boleh berdiri sebelum aku memberikan perintah dan sebelum Putri Viona puas." kata Roselia tegas, dia melirik pada Viona yang sedari tadi terlihat gugup dan ketakutan. "Kemarilah putri Viona,"
"Yang mulia..." lirih Viona dengan suara lembut khas dirinya.
Astaga! Siapa yang akan mengira bahwa gadis berpakaian seperti pelayan ini dan memiliki suara lembut ini akan menjadi seorang penyihir hebat dan akan memporak-porandakan kerajaan ini.
Lagi-lagi Roselia terkagum saat teringat dengan cerita novel tentang Viona yang dijelaskan dalam satu bab. Bahwa nantinya dia akan menjadi penyihir dan menjalin kisah cinta dengan Derrick.
"Hey, kenapa kau memanggilku yang mulia? Bukankah kita adalah ipar? Kemarilah...aku ingin kau melakukan sesuatu!" Bujuk Roselia sambil tersenyum ramah, bukan senyum menyeringai seperti tadi.
Michael terkekeh melihat perkataan dan raut wajah Roselia saat ini. Dan Stella semakin tidak suka saja dengan Roselia, ya karena gadis itu berhasil merebut perhatian semua pria tampan di sekitarnya.
Apa satu pria saja tidak cukup untukmu Roselia? Tuan As, tuan Derrick, lalu putra mahkota Michael?
Dengan langkah kaki pelan dan kepala menunduk, Viona mendekati Roselia. Tapi dia tak berani samai merapat, dia merasa kotor karena bajunya yang lusuh. Namun Roselia meraihnya bahkan memegang tangannya tanpa ragu.
"Jangan takut, aku tidak akan berbuat macam-macam kepadamu."
Saat tangan Viona bersentuhan dengan tangan Roselia, tiba-tiba gadis itu menepisnya. "Ma-maaf, kau pasti menepis tanganku karena tanganku kotor, bukan?" pikir Roselia saat melihat tangannya yang kotor karena tanah.
"Ah...tidak...tidak! Bukan begitu yang mulia, sa-saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan yang mulia, sungguh saya tidak pernah menganggap tangan yang mulia kotor. Tolong jangan salah paham, yang mulia...maafkan saya."
"Lalu kenapa kau menepis tanganku?" tanya Roselia sambil membuang nafas dengan kasar, melihat betapa menyedihkannya wanita cantik didepannya ini. Dia tidak punya kepercayaan diri dan membuat dirinya ditindas oleh bawahan. Padahal meskipun dia anak haram, tapi dia tetaplah keturunan raja.
Sementara itu, para dayang, Michael, Pierre dan Stella masih menonton apa yang ada disana. Fokus mereka pada Roselia, terutama Michael yang sedari tadi tidak berpaling. Mungkin baginya lebih baik menonton Roselia daripada drama yang ada di teater. Sedari tadi juga, senyuman lembut terpatri dibibirnya.
Roselia tersenyum tipis, kemudian dia meminta agar Viona menatap dirinya. Viona menurut dan mulai menatap Roselia dengan ragu. "Dengarkan aku putri, percaya dirilah...kau adalah seorang putri, statusmu lebih tinggi daripada mereka. Jadilah kuat, kau tidak boleh membiarkan mereka menindasmu! Tidak, putri...hanya orang kuat mental yang akan bertahan di dunia yang kejam ini, paham?" Sebenarnya Roselia mengutarakan kata-kata ini dari kehidupan dunia novel yang ia rasakan, bahwa dunia novel ini lebih berat baginya daripada saat berada di dunia modern dulu.
Michael juga mencoba menerka apa yang dikatakan oleh Roselia, seolah menyiratkan kepedihan dimasa lalu yang membuat gadis itu menjadi kuat. Itulah pendapatnya.
Mendengar ucapan Roselia, Viona semakin mendongakkan kepalanya. "Kau adalah seorang Putri, kau tidak pantas diperlakukan seperti ini. Sekarang kau balas mereka, biar mereka meminta maaf dengan hormat padamu!"
"Ta-tapi..."
Membalas mereka? Tapi aku tidak bisa melakukan itu?
"Kau pilih keran air atau tanah,"
"A-apa?"
"Balas mereka! Cepat!" ujar Roselia, dia gemas sekali melihat Viona yang diam saja ketika dirinya ditindas. Dia ingin Viona segera menjadi kuat.
"Tapi yang mulia..." Viona terlihat ragu.
"Kau harus kuat, hanya dirimu sendiri yang bisa kau percayai! Hanya dirimu sendiri yang bisa menolongku, ketika dunia tidak mau melihatmu, ketika orang-orang terdekatmu mengkhianati dirimu. Hanya dirimu yang bis kau andalkan."
Kata-kata ini sebenarnya menusuk dan mencabik-cabik pada dirinya sendiri. Tiba-tiba saja dia teringat saat dirinya menjadi Ariana di dunia modern.
Michael dan semua orang disana melihat Roselia yang tiba-tiba saja terdiam itu dengan kening berkerut.
#Flashback on
Saat itu karir Ariana sedang berada di puncak, dia bersama sahabat baiknya, Luna. Dia selalu bersama Luna. Akan tetapi Ariana dikhianati oleh Luna dan dijebak oleh alkohol, seolah-olah dia memiliki skandal dengan sutradara filmnya dan membuat karirnya hancur.
Suatu hari Ariana melihat Luna sedang bersama managernya dan membicarakan dirinya.
"Baiklah....Ariana si sombong itu telah hancur, kini giliran aku yang menggantikannya bukan?" kata seorang wanita cantik berambut panjang berwarna merah.
"Astaga Luna, kau sangat kejam sekali. Bukankah dia teman baikmu? Kau bahkan menjebaknya dengan sutradara itu dan sekarang tidak ada yang mau memakainya lagi, seluruh dunia bahkan memaki dirinya."
Luna berdecih. "Teman baik?" Hahaha...teman baik apanya yang berani merebut orang yang disukai teman baiknya."
"Oh, jadi karena itu kau menjebakku? Kau menyukai Frans?" Ariana muncul di depan dua wanita cantik itu. Netranya menatap tajam pada Luna, sahabat baiknya dari sekolah menengah pertama.
"Jadi kau sudah dengar semuanya, Ariana?"
"Ya, aku sudah dengar dan aku sungguh tidak percaya bahwa sahabatku akan mengkhianatiku seperti ini karena seorang pria?" Ariana tidak menyangka, dia sangat kecewa pada Luna yang sudah membuat hidupnya hancur karena cemburu.
Luna tersenyum sinis, "Iya, lalu kenapa?"
"Luna, aku bahkan tak tau kau menyukai Frans!"
"Bohong!"
Mereka berdua pun berdebat dan bertengkar, hingga Ariana dituduh karena sudah melukai Luna. Semua orang menyudutkan dirinya, tau sendiri lah bagaimana tajamnya lidah dan jari media sosial bila sudah bergerak?
Opini masyarakat, akhirnya membuat Ariana hancur. Karir yang dia bangun sejak kecil jadi hancur dalam satu hari.
#END FLASHBACK
"Yang mulia, apa anda baik-baik saja?" tanya Doris cemas karena Roselia tiba-tiba saja tertegun dengan tatapan mata sendu, tidak seperti biasanya.
"Ah...apa? A-aku tidak apa-apa! Putri, ayo lakukan sesuatu...ingat apa yang aku katakan? Perlahan saja, tidak usah terburu-buru..." Roselia menepuk pundak Viona, dia tersenyum dan menyemangati Viona.
Viona terlihat gemetar, dia tidak mau mengecewakan Roselia yang sudah membelanya. Dengan gerakan yang kaku, Viona mengambil selang air lalu dia menyiramkan air itu pada ketiak dayang yang merundungnya. "Ka-kalian harus minta maaf kepadaku!"
Astaga putri Viona, sepertinya kau harus belajar supaya lebih antagonis lagi. Batin Roselia yang mendengar suara Viona yang gemetar.
Ketiga dayang itu mendongakkan kepala mereka pada Viona. Kemudian Viona menampar mereka satu persatu dan menghiasai wajah ketiga dayang itu dengan kotoran. Roselia tersenyum senang karena Viona sudah mulai berani meskipun masih agak ragu-ragu.
Akhirnya ketiga dayang itu memohon ampun sambil berlutut didepan Viona. Roselia pun mengingatkan pada ketiga dayang itu untuk berlaku sopan kepada seseorang yang statusnya lebih tinggi dari mereka. Kelihatan 3 dayang itu ketakutan dan pergi setelah meminta maaf. Jangan ditanyakan lagi bagaimana kondisi tubuh mereka! Kotor, basah dan lengket.
"Yang mulia terima kasih karena yang mulia telah menolong saya."
"Apa yang aku lakukan? Bukankah kau yang memberi pelajaran pada mereka, putri?"
"Tidak yang mulia! Anda sangat membantu, anda membuat saya jadi berani." ucap Viona d dengan bulir air mata yang jatuh membasahi pipinya.
Kenapa melihat yang mulia putri mahkota, aku seperti melihat ibu? Di istana ini tidak ada lagi yang baik padaku. Aku pikir tidak ada lagi orang baik, tapi ternyata masih ada...tuhan memberikanku ibu peri.
"Hey....kau kenapa putri? Apa ada yang sakit? Apa kau terluka?" Roselia terlihat cemas, sembari menelisik di tubuh gadis itu apakah ada yang terluka atau tidak.
"Saya tidak terluka...hiks...saya sangat berterima kasih....hiks..." Viona semakin terisak, lalu Roselia pun menarik Viona ke dalam pelukannya untuk menghiburnya.
Doris dan dua dayang disana, tersenyum dan mereka memuji kebaikan juga keberanian hati Roselia.
"Sudah jangan menangis lagi ya,"
"Yang mulia, apa yang harus saya lakukan untuk membalas kebaikan hati yang mulia? Hiks...hiks..."
"Jadilah kuat, percaya dirilah dan cintai dirimu sendiri. Kemudian tunjukkan padaku, aku akan menunggumu." Gadis berambut pirang itu tersenyum lebar.
"Ibu peri...anda benar-benar baik," ucap Viona sambil tersenyum lebar.
Sayangnya obrolan mereka tak berlangsung lama karena kehadiran Michael yang menginterupsi mereka. Seketika suasana pun menjadi tegang, apalagi Viona dan para dayang.
Disisi lain Roselia melihat Stella berdiri menempel dekat dengan Michael, Roselia hanya tersenyum tipis, dia sudah menduga hal ini tapi dia bersikap biasa saja.
"Hormat kami yang mulia," ucap Doris dan semua dayang yang ada disana, Roselia juga ikut membungkukkan badannya.
Sementara itu Michael menatap Viona dengan tatapan menelisik dari atas sampai bawah, Viona terlihat ketakutan. Lalu Roselia pun bicara pada Michael untuk meminta para dayang mengurus Viona. Michael yang sebenarnya selama ini tak peduli pada Viona, sekarang dia meminta pelayannya untuk membawa Viona ke istana mawar dan mendandaninya untuk ikut ke pesta pertunangan.
Pierre lagi-lagi kagum terhadap Roselia yang bisa dengan mudah membalikkan hati Michael yang beku itu. Michael pun menyuruh semua orang pergi dari sana dan membiarkan Roselia bicara dengannya berdua di istana putra mahkota.
"Bukannya bersiap-siap kau malah melakukan hal yang tidak berguna," ketus pria itu pada Roselia.
"Apa yang tidak berguna? Apa menolong orang tidak berguna?" kata Roselia tak kalah ketusnya. "Aku hanya menolong seorang wanita yang belum bisa menjaga dirinya!"
"Apa kau sedang berusaha menghayati peran menjadi kakak ipar yang baik?" tanya Michael pada Roselia.
"Hem...jadi kau menganggap Putri Viona adalah adikmu?"
"Kau tau dia adikku? Ehm... maksudku asik TIRI?"
"Ya, para dayang yang mengatakannya. Tapi, terimakasih kau sudah membantunya... aku harap dia memiliki kehidupan yang layak sesuai posisinya."
Tiba-tiba saja wajah Michael memerah. "Apa dia bilang? Terima kasih? Padaku?"
"Hey....apa kau sakit? Wajahmu..."
Tanpa Michael sadari, Roselia sudah berdiri didekatnya dan memperhatikan wajah pria itu. dengan seksama.
"Apa-apaan ini?" Michael kembali pada wajah datarnya, dia mendorong tubuh Roselia hingga tubuh gadis itu oleng. Dengan cepat Michael menangkapnya.
Tubuh Roselia pun berada diatas tubuh Michael, "Aww...sial!"
"Kau berani mengutukku?!" teriak Michael emosi.
"Bukan padamu, tapi aku--"
Cup!
Bibir mereka berdua tak sengaja bersentuhan ketika Michaels membalikkan badannya. "Astaga dragon!" pekik wanita itu dalam hatinya.
Ya Tuhan, kenapa aku berdebar seperti ini?. Michael terdiam.
"Ce-cepat turun! Kau sangat berat wanita monyet!" seru Michael kembali dengan nada temperamentalnya.
Ketika akan beranjak dari tubuh Michael dan melepas ciuman tak sengaja itu, rambut Roselia tersangkut pada salah satu kancing bajunya.
"Akh....sakit... rambutku..."
"Ada apa?"
"Rambutku tersangkut di kancing bajumu," ucap Roselia meringis kesakitan karena rambutnya tertarik.
Michael pun beranjak duduk dan Roselia duduk dipangkuannya dengan rambut yang masih tersangkut. "Aahhh...ahh...tunggu... pelan-pelan sakit!" protes Roselia begitu Michael menarik rambutnya secara paksa dari kacang bajunya.
"Kalau tidak cepat, nanti makin sulit dilepas... " ucap Michael.
Brak!
Tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka lebar, seseorang berlari kepada Michael dengan terburu-buru. "Oh! Astaga! Maafkan saya yang mulia, saya datang di saat yang kurang tepat." ucap Pierre sambil tersenyum lebar melihat Roselia dan Michael dalam pandangannya sedang bermain panas. Sedangkan Roselia dan Michael menatap Pierre dengan heran.
Dia pun langsung keluar dan menutup pintu, tak lupa memerintahkan agar tidak boleh ada yang masuk ke dalam.
"Hihi...aku tidak menyangka bahwa yang mulia putra mahkota sudah sangat tidak sabar!" gumam Pierre sambil terkekeh pelan.
...*****...