NovelToon NovelToon
Brondong Untuk Kakak Cantik

Brondong Untuk Kakak Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Anak Genius / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kehidupan seorang balita berusia dua tahun berubah total ketika kecelakaan bus merenggut nyawa kedua orang tuanya. Ia selamat, namun koma dengan tubuh ringkih yang seakan tak punya masa depan. Di tengah rasa kehilangan, muncullah sosok dr. Arini, seorang dokter anak yang telah empat tahun menikah namun belum dikaruniai buah hati. Arini merawat si kecil setiap hari, menatapnya dengan kasih sayang yang lama terpendam, hingga tumbuh rasa cinta seorang ibu.

Ketika balita itu sadar, semua orang tercengang. Pandangannya bukan seperti anak kecil biasa—matanya seakan mengerti dan memahami keadaan. Arini semakin yakin bahwa Tuhan menempatkan gadis kecil itu dalam hidupnya. Dengan restu sang suami dan pamannya yang menjadi kepala rumah sakit, serta setelah memastikan bahwa ia tidak memiliki keluarga lagi, si kecil akhirnya resmi diadopsi oleh keluarga Bagaskara—keluarga terpandang namun tetap rendah hati.

Saat dewasa ia akan di kejar oleh brondong yang begitu mencintainya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Sejak kepulangan Bagaskara, ruang rapat lantai delapan gedung Bagaskara Group terasa lebih ramai. Proyektor menyala, grafik naik-turun terpampang jelas, dan deretan direksi serta mitra bisnis tampak serius mendengarkan.

Di ujung meja panjang, Bagaskara memperkenalkan seorang pria muda. Tingginya hampir setara dengan Bagaskara, rapi dengan jas navy, senyumnya percaya diri. Matanya tajam, penuh perhitungan.

“Perkenalkan, ini Juan Adrian. Rekan baru kita yang akan membantu ekspansi pasar ke Eropa. Usianya muda, tapi kiprahnya sudah cukup panjang. Aku yakin kehadirannya akan membawa banyak peluang,” ujar Bagaskara.

Semua menoleh memberi salam. Celin mengangguk sopan, mencatat nama itu di kepalanya. Juan tersenyum ramah kepadanya, sedikit lebih lama dibanding ke yang lain.

“Senang sekali bisa bertemu langsung dengan Anda, Celia. Saya sering dengar dari Pak Bagas bahwa Anda adalah putri dan tangan kanan yang luar biasa,” katanya.

Celin tersenyum tipis. “Terima kasih. Saya hanya melakukan apa yang perlu.”

Juan menatapnya sebentar, lalu kembali fokus ke layar. Tapi di hati Celin, ada sesuatu yang terasa janggal. Tatapan itu bukan sekadar formalitas bisnis.

---

Hari-hari berikutnya, Juan makin sering muncul di kantor pusat. Awalnya wajar, membicarakan proyek, menyusun strategi, membahas kontrak. Namun lambat laun, Celin menyadari sesuatu.

Setiap kali rapat berakhir, Juan selalu menyisakan kalimat tambahan.

“Kalau boleh, saya bisa antar Anda pulang, Celia. Toh searah.”

“Atau mungkin kita bisa lanjut diskusi di kafe? Saya tahu tempat kopi enak dekat sini.”

Celin menolak dengan halus. “Terima kasih, tapi saya sudah ada jadwal lain.”

Juan hanya tersenyum. “Tidak apa-apa. Lain kali mungkin.”

Namun di balik senyum itu, Celin merasa risih. Ia tidak membencinya, hanya… terlalu cepat. Terlalu intens.

---

Suatu sore, Cakra pulang sekolah lebih cepat. Ia sengaja melewati jalur depan gedung Bagaskara Group. Ada alasan sederhana: mungkin, hanya mungkin, ia bisa sekilas melihat Celin.

Dan memang, Tuhan seolah mendengar. Dari lobi, Cakra melihat Celin keluar bersama seorang pria tinggi berjas navy. Mereka berjalan berdampingan. Si pria tampak penuh percaya diri, sedikit mencondongkan tubuh ke arah Celin.

Celin masih dengan ekspresi profesional, namun langkahnya agak menjauh setengah. Tidak terlihat jelas oleh banyak orang, tapi mata Cakra menangkapnya.

“Siapa itu?” gumamnya.

Dadanya langsung panas. Ia berdiri mematung di balik tiang, menatap lama. Saat Celin masuk ke mobil perusahaan, pria itu sempat membukakan pintu untuknya. Celin tersenyum tipis sebagai tanda sopan.

Dan itu sudah cukup untuk membuat Cakra merasa dadanya diremas.

---

Malam itu, Cakra tidak bisa tidur. Ia bolak-balik di kasur, wajah Celin bersama pria itu terus menghantuinya.

“Kenapa harus ada orang lain?” desisnya lirih.

Biasanya ia bisa menyembunyikan semua perasaan. Tenang, dingin, tidak tergoyah. Tapi kali ini tidak. Ada api di dadanya, membakar tenang yang selama ini ia banggakan.

Keesokan harinya di sekolah, sahabat-sahabatnya heran.

“Cak, lo kenapa? Mukanya kayak abis berantem sama dunia,” tanya Reno.

Cakra hanya diam, mencoret-coret buku fisika.

Aksa yang duduk di ujung meja memperhatikan dengan tatapan curiga. "Jangan-jangan… dia tahu soal Juan?, hehehe rasakan, aku mau lihat bagaimana usahanya untuk mendekati kak Celin kami"

---

Hari berikutnya, Cakra kembali melihat Celin kali ini di kampus. Kebetulan ia mampir untuk menyerahkan berkas OSIS sang kakak yang tertinggal ke fakultas dekat sana. Dari kejauhan, ia melihat Celin berjalan keluar gedung bersama Juan, yang membawa dua gelas kopi.

Refleks, Cakra menunduk ke balik tiang. Tapi dari balik tiang itu, ia terus mengintip.

Matanya sempit, wajahnya masam, bibirnya manyun. Sama sekali bukan Cakra yang biasanya tenang.

Seorang mahasiswa lewat menoleh heran. “Eh, lo ngapain ngintip-ngintip gitu?”

Cakra langsung berdiri tegak, canggung. “Nggak… nggak apa-apa!” jawabnya gugup.

Tapi begitu mahasiswa itu pergi, ia kembali menoleh ke arah Celin. Tatapannya seperti anak kecil yang iri mainannya diambil orang lain.

---

Di sisi lain, Celin sebenarnya tidak nyaman. Juan terlalu sering mencari kesempatan.

“Celia, besok ada event gala dinner. Saya harap Anda datang. Akan lebih baik kalau kita bisa hadir berdua, supaya investor lebih yakin.”

Celin tersenyum diplomatis. “Baik, saya akan datang. Tapi tentu saja, saya datang sebagai perwakilan perusahaan.”

Juan hanya terkekeh. “Ya, tentu. Tapi… kita kan bisa tetap datang bersama.”

Celin menahan napas. Ia tidak mau ribut, apalagi ini mitra Papa. Ia hanya bisa menjaga sikap, meski di hati ingin menjauh.

---

Malam gala dinner itu tiba. Hotel mewah berkilauan, gaun dan jas bertebaran. Celin hadir dengan gaun biru sederhana, anggun tanpa berlebihan. Juan berdiri di sampingnya, sesekali berbicara sambil mendekat.

Dan di luar dugaan… Cakra datang mewakili keluarga nya, yang kebetulan salah satu tamu undangan investor besar.

Saat matanya menangkap Celin berdampingan dengan Juan, darahnya mendidih.

Reno yang datang untuk mewakili keluarga nya juga ikut berbisik, “Eh, bukannya itu Kak Celin? Sama siapa tuh cowok tinggi ganteng itu?”

Cakra menatap tajam. “Bukan urusan lo.”

“Tapi lo ngeliatin terus—”

“GUE BILANG BUKAN URUSAN LO!” bentaknya, membuat Reno terloncat kaget.

Semua orang kaget. Itu pertama kalinya Cakra kehilangan kontrol di depan umum.

---

Sepanjang malam, Cakra seperti satpam bayangan. Ia tidak mendekati Celin, tapi dari jauh matanya tidak pernah lepas. Setiap kali Juan terlalu dekat, tangannya mengepal. Setiap kali Celin tersenyum tipis, hatinya perih.

Puncaknya, saat acara selesai. Juan dengan santai menawarkan:

“Saya antar pulang, Celia. Jangan khawatir.”

Celin hendak menolak dengan sopan, tapi tiba-tiba suara berat terdengar.

“Dia nggak perlu diantar. Aku yang anterin.” ujar Cakra tiba tiba

Semua menoleh. Cakra berdiri di belakang, wajahnya datar tapi sorot matanya menyala.

Celin terkejut. “Cakra? Kamu kok ada di sini?”

“ Papa suruh hadir,” jawabnya singkat.

Juan tertawa pelan. “Oh. Tapi maaf, ini urusan orang dewasa. Biar saya yang antar Celia.”

Cakra maju setengah langkah. Suaranya dingin, tapi bergetar karena emosi.

“Dia nggak butuh orang asing. Aku yang lebih kenal dia.”

Celin membelalakkan mata, buru-buru berdiri di antara mereka. “Sudah! Kalian berdua… jangan ribut di sini.”

Juan mengangkat alis, tersenyum miring. “Baiklah. Tapi tawaranku tetap berlaku, Celia.”

Cakra masih menatap tajam, wajahnya memerah menahan marah. Dan untuk pertama kalinya, Celin melihat sisi dirinya yang berbeda. Tidak lagi tenang, tapi… cemburu. Lucu, tapi juga menyentuh.

---

Dalam perjalanan pulang, Celin duduk di kursi belakang mobil keluarga. Cakra ada di samping, diam sejak tadi.

Akhirnya Celin bicara. “Kenapa kamu tadi seperti itu? Kamu hampir bikin masalah besar.”

Cakra menoleh cepat, matanya penuh gejolak. “Aku nggak suka dia deketin kamu.”

Celin tertegun. “Itu… bisnis, Cakra.”

“Bukan. Dia nggak lihat kamu sebagai rekan bisnis. Dia lihat kamu… lebih dari itu.”

Hening sesaat. Celin tercekat. Ia tidak pernah menyangka Cakra bisa berbicara sejujur itu.

Wajah Cakra memerah. Ia buru-buru menunduk, menutupi dengan nada datar. “Aku cuma… nggak mau kamu merasa nggak nyaman.”

Celin tersenyum samar. “Aku bisa jaga diri, Cakra.”

“Tapi aku tetap nggak suka.” lanjut Cakra cepat

Kalimat itu menggantung, sederhana tapi berat.

---

Hari-hari berikutnya, Cakra jadi berbeda. Ia sering terlihat murung, tapi juga lebih protektif. Saat mendengar kabar Juan kembali mengajak Celin makan siang, wajahnya kusut seharian. Saat melihat Juan menjemput Celin di lobi, ia tiba-tiba muncul dari arah lain dengan alasan sepele.

Arka dan Aksa mulai curiga.

“Lo liat nggak? Si Cakra akhir-akhir ini aneh banget kalau ada Kak Celin sama Juan,” bisik Arka.

Aksa mendengus. “Dari dulu gue udah bilang, dia ada rasa. Dan sekarang keliatan jelas.”

“Tapi lucu juga sih. Biasanya dia cool abis, sekarang kayak anak kecil rebutan permen.”

Mereka tertawa kecil. Tapi jauh di dalam hati, ada rasa tak tenang, mereka tidak ingin kakak mereka tersakiti dengan siapapun, termasuk Juan atau Cakra.

"Tapi kita harus selidiki Juna, entah kenapa aku merasa ada yang janggal dengan Juna" ujar arka serius dan itu membuat Aksa menoleh

"Tumben peka, aku dari awal sudah curiga, baiklah kita selidiki. Dan sepertinya kita minta papa untuk muli ikut di perusahaan, pertama untuk menjaga kak Celin kedua untuk bantu kak Celin biar gak banyak kerjaan karena bentar lagi kak Celin sibuk skripsi" ujar Aksa

"Ok tapi ini sementara saja aku ikut kantor karena aku mau masuk kedokteran" Ujar arka

"Iya iya " jawab Aksa lalu pergi dan di ikuti arka

---

Sementara Celin sebenarnya tahu. Ia sadar Cakra selalu muncul entah dari mana, selalu ada ketika Juan mencoba mendekat. Ia tahu tatapan itu, tatapan yang tak bisa disembunyikan.

Suatu sore, ia duduk di balkon sambil menatap senja. Angin mengibaskan rambutnya. Tanpa sadar, ia bergumam.

“Cakra… kamu kenapa jadi seperti ini?” Ada rasa aneh di dadanya. Hangat, tapi juga membingungkan.

---

Puncaknya terjadi ketika Juan nekat datang ke rumah Bagaskara, membawa buket bunga. Arini menyambut ramah, Bagaskara masih ragu, Arka dan Aksa menatap tajam.

Dan dari luar pagar, ada sosok yang mematung, Cakra.

Matanya membelalak saat melihat Juan berdiri di depan Celin dengan bunga. Wajahnya memerah, giginya bergemeletuk. Tanpa sadar, ia berlari masuk halaman.

“JANGAN GANGGU KAK CELIN!” teriaknya lantang.

Semua orang terkejut. Celin menoleh kaget, Arka dan Aksa panik, Bagaskara mengernyit.

Cakra berdiri di depan Celin, seperti tameng. Nafasnya terengah, wajahnya merah padam. “Aku nggak akan biarin orang asing seenaknya deketin dia.”

Juan hanya tersenyum tipis, tapi matanya menantang. “Kamu masih kecil, Cakra. Dunia Celia bukan dunia kamu.”

Cakra menatap balik, sorotnya tajam. “Aku nggak peduli dunia. Aku cuma peduli dia.”

Semua terdiam. Celin menutup mulutnya, jantungnya berdegup tak karuan. Itu bukan sekadar cemburu. Itu pengakuan.

---

Bersambung…

1
Tiara Bella
Juan bahayain ya tktnya Celin kejebak aja
Noey Aprilia
Hhhmmm....
cakra msti lbih crdik dong....ga cma mlindungi celin,tp jg nyri tau spa juan sbnrnya....mskpn s kmbar udu nyri tau jg sih....
Noey Aprilia
Mngkn tu orng emng brmsalah d luarn sna,tp krna mlutnya mnis ky gula jd dia bsa bkin orng lain prcya....mga aja celin ga kna bjuk rayu setan.....😁😁😁
Tiara Bella
tw²hbs aja hehehe..
Dewi Nafiah
terus lah berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari celin dan ortunya
Mochika mochika
ok
Noey Aprilia
Mngkn juan sngja dtng buat mnghncurkn kluarganya celin,enth dndm msa lalu atw apa....tp yg psti,cakra bkln sllu mlindungi celin.....
Noey Aprilia
Hhhmmm.....
nmanya jg cnta.....ttp brjuang cakra,kl jdoh ga bkln kmna ko....
Cindy
lanjut kak
Noey Aprilia
Smngt trs y cakra.....
kjar celine mskpn cma dgn prhtian kcil,ykin bgt kl klian brjdoh suatu saat nnti.....
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
/Determined//Determined//Determined/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Aiih jadi inget dulu 😄 kalo soal bintang berjejer 3 🥲
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kasian juga ga bisa menikmati masa remaja
Noey Aprilia
Diam2 suka y cakra....
ga pa2 sih mskpn beda usia,yg pnting tlus....spa tau bnrn jdoh....
Tiara Bella
wow brondong makin didepan.....
🟢≛⃝⃕|ℙ$ Fahira Eunxie💎
akhirnya muncul juga nih cowoknya, uhhh... Cakra sedang jatuh cinta... cinta pada pandangan pertama/Shy/
Noey Aprilia
Waahhhh....
nongol jg nih clon pwangnya celine.....
msih pnggil kk sih,tp bntr lg pnggil ayang....🤭🤭🤭
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
ehhhh brondongnya si Cakra ini kah
Fransiska Husun
up up lagi semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!