Nasyama Khadijah Putri harus menelan pil pahit saat 7 hari sebelum hari Pernikahan nya harus berakhir kandas karena ia mendapati calon suaminya sedang bercinta dengan Noni, sahabatnya di kamar utama yang akan menjadi kamar pengantinnya.
Dan semakin membuat Nasya semakin hancur setelah mengetahui mereka adalah pasangan kekasih sebelum Noni memutuskan menikah dengan Gadhing, lelaki yang masih dicintai Nasya dalam diam.
Hingga akhirnya Nasya memutuskan untuk membalas dendam dan melakukan berbagai cara untuk menjadi istri kedua dari seorang Ahmad Gadhing Athafariz.
Setelah berhasil menjadi istri kedua Gadhing dan hubungan mereka mulai dekat, Cinta mereka di uji karena Noni mengidap kanker serviks.
Noni meminta sesuatu yang sulit untuk dikabulkan Gadhing.
Lalu bagaimana kisah rumah tangga mereka? Sedangkan Gadhing sangat membenci Nasya sebelum menjadi suaminya.
Apakah permintaan Noni?
Lalu bagaimana Jimmy, duda beranak satu yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Nasya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windii Riya FinoLa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. JSAMS
Jimmy berjalan dengan gagah dan berwibawa sepanjang koridor Rumah Sakit menuju kamar rawat inap dimana Noni dirawat.
Tangan nya memegang satu buket bunga anyelir merah putih dengan senyuman yang mengembang di wajah tampan Jimmy.
Bunga anyelir merah dan putih secara khusus mencerminkan rasa cinta.
Warna anyelir merah yang lebih terang sering digunakan untuk menyampaikan kekaguman, di mana anyelir yang diarsir lebih gelap mengekspresikan sentimen cinta dan kasih sayang yang lebih dalam.
Sedangkan anyelir putih dikaitkan dengan kemurnian dan keberuntungan.
Umumnya, bunga anyelir ini dipadukan dengan mawar untuk menyampaikan perasaan romantis.
Dan bunga anyelir merah putih ini rencananya akan diberikan untuk Nasya. Rencana awal membawakan mawar merah dibatalkan karena Jimmy tidak ingin Gadhing menaruh curiga atas kedatangan nya.
Sedang Rispan membawa sebuah buket bunga matahari dan sebuah bingkisan berisi buah-buahan.
Bunga matahari kerap kali dikaitkan dengan simbol kehangatan. Warnanya yang cerah menyala seperti sinar matahari ini diharapkan mampu membawa energi positif bagi penderita sakit. Bunga matahari juga membawa suasana yang ceria ketika sedang menjenguk orang sakit.
Rispan mengetuk pintu setelah berada di depan pintu ruang rawat inap yang mereka cari.
Tak berapa lama pintu terbuka dan kebetulan Nasya yang membuka pintu.
Nasya melotot melihat Jimmy dan Rispan datang ke Rumah Sakit. Rasa enggan mempersilahkan kedua pria dewasa itu pun datang tiba-tiba.
"Nasya. Siapa yang datang? kenapa gak di persilahkan masuk?" tanya bunda Fadia dari dalam.
"Iya Bun," sahut Nasya kemudian membuka pintu secara lebar, ia menggeser tubuhnya agar Jimmy dan Rispan masuk.
Gadhing, Noni, bunda Fadia, dan Buya Niko mengerutkan dahi melihat dua orang masuk yang tidak dikenali. Hanya Gadhing yang mengenal siapa kedua orang tersebut karena Jimmy adalah penyumbang dana terbanyak di Rumah Sakit sepanjang masa ia menjabat sebagai kepala Rumah Sakit.
Nasya berjalan mendekati Gadhing yang sudah berdiri hendak menyambut Jimmy dan Rispan.
Gadhing menerima uluran tangan Jimmy dengan senyum ramahnya, sedang Jimmy hanya mengangguk kecil.
Kemudian Jimmy menjabat tangan Buya Niko lalu mengatup kedua tangan di dada kepada bunda Fadia karena memahami tak boleh bersentuhan dengan yang bukan muhrim.
Nasya melihat tanggapan Jimmy menjadi kesal.
"Ini untuk istri kedua Dokter Gadhing," ucap Jimmy menyerahkan sebuah buket bunga anyelir merah putih kepada Nasya, lalu mengambil bunga matahari dari tangan Rispan.
Jimmy mendekati brankar Noni kemudian memberikan bunga tersebut. "Cepat sembuh, Ibu Noni."
"Terimakasih," sahut Noni.
Nasya hanya diam menahan geram karena Jimmy telah lancang memberi Bungan untuknya.
Gadhing terbakar api cemburu karena Nasya diberi bunga oleh pria lain. Bagaimanapun, sedari dulu tidak ada yang berani mendekati Nasya karena ia selalu melarang pria yang mendekati istri muda nya tersebut.
"Maaf. Anda siapa?" tanya bunda Fadia yang memang belum mengetahui siapa Jimmy.
Bunda Fadia juga mempersilahkan Jimmy dan Rispan agar duduk. "Saya Jimmy calon su,-"
Nasya langsung berdehem ketika menebak ucapan Jimmy tidak benar dan melirik pria itu dengan tajam.
"Maksud bapak apa, ya?" tanya Gadhing mulai menebak yang tidak-tidak.
"Saya rekan bisnis Nasya, Dok!" sahut
Gadhing seorang pria, tentu saja tahu arti tatapan Jimmy yang sedari tadi curi-curi pandang ke arah Nasya.
Gadhing merapatkan duduk pada Nasya, bahkan ia merangkul bahu istri keduanya tersebut sebagai peringatan bahwa Nasya adalah miliknya.
Nasya menoleh menatap Gadhing merasa heran, tetapi melihat raut wajah Gadhing dan menatap tajam ke arah Jimmy menjadi mengerti bila Gadhing sedang menahan emosi.
Nasya pun menoleh kembali menatap Jimmy dan tersenyum bangga seolah mengatakan bila Gadhing memperlakukan nya dengan baik.
Jimmy melihat itu mengepalkan tangan di atas lututnya. Ia tahu jika perasaan nya salah, tetapi entah mengapa sangat sulit menerima kenyataan apabila Nasya sudah menjadi istri orang.
Setelah banyak berbasa-basi, Jimmy dan Rispan pamit pulang. Yang pasti, dengan keadaan hati Jimmy yang panas.
Noni melihat bagaimana perlakuan Gadhing terhadap Nasya semakin cemburu. Ia pastikan akan membuat Gadhing meninggalkan Nasya.
Gadhing menarik tangan Nasya keluar dari ruang rawat inap dan mengajak ke ruangan nya.
Setelah masuk ke dalam ruangan, Nasya di tuntun agar duduk berhadapan dengan nya. "Cerita sama mas. Siapa pak Jimmy?" tanya Gadhing menatap mata Nasya secara intens.
Nasya yang ditanya seperti itu menelan saliva dengan kasar. "Dia pelanggan aku di Rumah Makan, mas. Setiap hari pesan untuk sarapan dan makan siang buat para karyawan nya," sahut Nasya menyembunyikan kegugupan nya.
"Apa kalian dekat?" tanya Gadhing lagi.
"Enggak. Tapi beliau tahu kalau aku istri kedua, mas."
Gadhing menghela nafas kemudian membawa Nasya kedalam dekapan nya. Emosi karena cemburu masih melekat dalam hatinya.
Tetapi Gadhing tak ingin meluapkan rasa cemburu itu dengan marah-marah. Karena baginya, Nasya tidak dekat dengan pria lain.
"Jangan terlalu dekat, mas cemburu."
Nasya mengangguk dalam dekapan seraya mengeratkan dekapan nya. Rasanya begitu bahagia dengan perlakuan Gadhing sekarang.
*
*
Gadhing kembali ke ruang rawat inap Noni, sedang Nasya harus ke Rumah Makan dan akan kembali sore hari.
Dengan telaten Gadhing menyuapi Noni, membersihkan badan Noni, sebagai mana Nasya melakukan nya ketika ia bekerja.
"Besok kamu harus kemo lagi," kata Gadhing menatap Noni.
Noni mengangguk. "Apa mas gak nyesal aku penyakitan, mas?"
Gadhing menatap Noni lalu menghela nafas panjang. "Jangan bicara begitu. Kamu pasti sembuh," sahut Gadhing lembut.
Noni menangis. "Aku rindu mas yang dulu. Yang selalu ada buat aku," kata Noni dalam Isak tangis nya.
Bunda Fadia mendekati brankar. Di usap kepala Noni dengan sayang. "Suami mu masih sama, nak. Hanya saja, ada Nasya yang juga harus di perhatikan."
Noni beralih menatap bunda Fadia. "Wanita mana yang rela cintanya dibagi, Bun?"
Bunda Fadia dan Gadhing tertegun dan tidak ada yang bisa menjawab.
Noni menatap Gadhing lagi. "Ceraikan saja aku, mas."
Bunda Fadia dan Gadhing tersentak. Gadhing menggenggam tangan Noni. "Jangan bicara seperti itu. Mas akan lebih perhatian sama kamu mulai sekarang. Kamu fokus pada kesembuhan kamu," kata Gadhing melembut. Walau hatinya sudah mulai tumbuh pada Nasya, tetapi tidak bisa mengabaikan Noni apalagi istri pertamanya itu sedang sakit.
"Kalau begitu, talak Nasya mas."
Bunda Fadia dan Gadhing kembali tersentak. Refleks, Gadhing melepas genggaman tangan itu.
"Jangan bicara sembarangan, Noni."
Noni mencoba bangkit walau tubuhnya begitu lemah. Dilepas selang oksigen dan infus hingga mengeluarkan darah segar di punggung tangan nya.
"Noni," pekik Gadhing dan bunda Fadia.
"Lebih baik aku mati, mas. Selama ini aku diam saat kalian berduaan. Aku cemburu, aku marah, aku sedang sakit tapi kalian bermesraan di depan ku."
Noni mengambil pisau buah dan diarahkan ke pergelangan tangan.
Gadhing semakin panik. "Jauhkan pisau itu, Noni."
Noni menggeleng. "Aku akan tetap lakukan ini sebelum mas turuti kemauanku," katanya mulai mengiris pergelangan tangan dan ia merasakan perih.
"Noni," pekik bunda Fadia panik.
"Baiklah," ucap Gadhing.
Noni menghentikan aksinya dan Gadhing mengambil pisau dari tangan Noni. Di gendongnya Noni dan di rebahkan di atas brankar.
Gadhing keluar rawat inap dan memanggil suster agar menangani Noni. Sedang ia pergi menenangkan diri.
Bunda Fadia juga keluar dari ruangan diam seribu bahasa. Mendengar Gadhing menyetujui permintaan Noni membuatnya sakit hati.
*
*
Nasya membawa beberapa bekal makanan untuk makan malam di Rumah Sakit. Malam ini, ia cukup banyak membawa menu makanan.
Ada rasa lega dihati karena tidak bertemu Jimmy tadi.
"Makasih ya, kak!" ucap Nasya kepada Joko sebelum keluar dari mobil.
Joko mengangguk. "Oke. Kabari kalau kamu butuh bantuan. Aku siap siaga mengantar dan menjemput."
"Baiklah."
Nasya keluar dari mobil dengan menenteng dua kantung plastik. Senyuman terus terukir indah di wajahnya.
Sesampainya di dalam ruang rawat inap Noni, Nasya merasakan suasana berbeda disana. Seperti ada ketegangan ketika kedatangan nya.
"Assalamualaikum," kata Nasya menghampiri Gadhing dan meraih tangan dan mencium punggung tangan Gadhing.
Nasya heran mengapa setelah mencium punggung tangan, Gadhing mencium kening dan seluruh wajahnya kemudian memeluknya dengan erat.
Tatapan mereka bertemu. Nasya melihat ada luka dari tatapan tersebut dan semakin membuat nya merasa heran.
"Maaf," gumam Gadhing lirih.
Nasya tak menanggapi walau rasa penasaran semakin menjadi setelah ia melakukan hal sama kepada bunda Fadia.
"Nasyama Khadijah Putri," ucap Gadhing dengan suara bergetar dan mata memerah.
"Gadhing," pekik Bunda Fadia tak menyangka anak sulung nya akan menuruti permintaan Noni.
"Iya mas," sahut Nasya.
Tatapan keduanya bertemu.
"Aku ceraikan kamu. Sekarang kamu bukan istriku lagi,"
DEG
Sebenarnya, bayangan malam tadi masih terngiang dan membuat Nasya memalingkan wajah ....
menurut saya
bayangan itu terbayang, kalau terngiang itu bunyi atau suara
kalau terbayang citraan penglihatan .. mata
kalau terngiang citraan penglihatan .. telinga
sempat terpikir. dia pemilik, dia kepala, dia dokter obgin juga.
maaf kalo ada pembaca yg komen begete thoor.
semangat berkarya thoor
semua komen untuk perbaikan kedepannya. saling memaklumi ja
anaknya meninggal lah malah menantu fi penjarakan. trus putumu siapa yg ngopeni. dia gak pernah open sama anaknya karena gak setuju dengan menantunya. gak tau kalo anaknya yg akting, sehingga Nasya mundur alon alon pas mulai berjuang.