Kiara terpaksa menikahi Orion karena satu tujuan yaitu untuk balas dendam. Dirinya merasa dipermainkan oleh Leonard Arven Hadinata, anak sulung sebuah keluarga konglomerat Hadinata. Kiara dan Leo sudah menjalin hubungan cukup lama dan dijanjikan akan dinikahi suatu hari nanti. Namun sang pria justru menghilang tanpa satu alasan. Kiara hingga merasa sedih dan kecewa.
Kiara melakukan sebuah pernikahan kontrak dengan Orion Alaric Hadinata, sang putra tidak sah alias anak haram Hadinata. Dari Aditya Pramana Hadinata, sang kepala keluarga dengan seorang wanita yang tak diketahui siapapun. Sekaligus adik tiri dari sang putra sah yaitu Leonard.
Orion menyetujui pernikahan itu karena ia juga ingin menghancurkan keluarga yang selama ini merawatnya dari kecil. Juga untuk mencari tau dimana keberadaan ibu kandungnya sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NABABY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari yang berantakan
"Orion?!" Kiara terkejut melihat suaminya berada disana saat ia bersama Leo.
Orion dengan sigap menarik Kiara untuk segera menjauh dari Leo. Sontak beberapa pengunjung langsung melihat mereka.
Orion menggenggam tangan Kiara begitu erat dan membawanya kebelakang tubuhnya. Sorot mata Orion terlihat begitu tajam, tak jauh berbeda dengan Leo. Kedua kakak beradik itu saling adu tatap beberapa saat sebelum salah satu memulai kata.
"Bukankah tidak sopan jika mengajak istri orang untuk makan siang bersama? Kakak?"
Leo berdiri dari tempatnya. Tatapannya tak semengintimidasi seperti Orion. Ia berjalan santai, menuju Kiara, namun langsung dihalangi oleh Orion.
"Menyingkir. Aku ingin bicara pada Kiara." Suara Leo berat, penuh penekanan.
Orion tak gentar. Badannya tetap menjadi benteng antara Leo dan Kiara. Bahkan tangannya makin erat menggenggam, ia tak mau melepaskan tangan Kiara begitu saja.
"Berhenti menganggu istriku."
"Dia wanitaku sebelum menjadi milikmu. Kembalikan dia padaku." Leo menarik lengan Kiara.
Namun dengan secepat kilat, refleks Orion langsung menangkis tangan Leo begitu saja.
"Aku akan menganggap masalah ini tidak pernah terjadi. Tapi jika kakak seperti ini lagi, aku tidak segan-segan memberitahu ayah jika kakak masih mengharapkan istriku." Ancaman terakhir dari Orion sebelum membawa Kiara keluar.
Gemeretak gigi Leo terdengar. Dia tidak pernah merasa direndahkan seperti ini. Apalagi oleh orang yang selalu ia anggap lebih rendah darinya. Leo menendang kursi kesal.
Orion menarik paksa Kiara untuk keluar dari dalam restoran tanpa memperdulikan Leo sedikitpun. Kiara masih meronta meminta Orion agar meluangkan waktu untuknya memberi penjelasan. Namun Orion tak bergeming. Ia membuka pintu mobil dan menyuruh Kiara agar cepat masuk. Saat ini Kiara hanya mampu menuruti kemauan Orion. Dia masuk sebelum pintu mobil dibanting begitu keras.
"Kenapa kau menemuinya?!" Suara Orion menggelegar seketika.
"Aku bisa jelasin."
"Apa?!"
"Maaf jika aku bertemu Leo diam-diam. Aku tau aku seharusnya bilang padamu." Kiara tertunduk lesu karena ketakutan.
Orion menghela nafas panjang. Dia tak seharusnya marah seperti ini. Ia memijat batang hidungnya berusaha mengatur emosi agar tidak meledak seperti tadi. Dengan sikap gusar namun sedikit melembut, Orion menyalakan mobilnya, mengantar Kiara kembali.
"Maaf, seharusnya aku tidak membentakmu tadi." Nada bicara Orion sudah menurun, tidak lagi tinggi.
Kiara masih tertunduk, kedua tangannya masih menggenggam erat pada seatbelt. Orion menengok sekilas sebelum pandangannya kembali kearah jalan.
"Tidak apa-apa. Disini aku yang salah. Kamu berhak marah." Suara Kiara begitu lirih.
Ini pertama kalinya Kiara melihat Orion semarah ini. Namun dia paham, seharusnya dia tak bertemu Leo. Apalagi dia sedang terikat kontrak dengan Orion.
"Kiara?" Orion kembali melihat Kiara sejenak.
"Jika aku boleh tau, apa saja yang kau bicarakan dengannya?"
"Tadi aku dan Leo cuma bicara hal biasa saja. Leo tadi juga bilang padaku kalau dia ingin mengajakku ke taman hiburan." Jawab Kiara sedikit agak canggung.
Orion sudah menduganya. Satu-satunya pion yang ia punya memang sedang diincar.
"Lalu, apa kau menerimanya?"
Kiara hanya menggeleng pelan. Orion lega melihat gestur jawaban Kiara. Setidaknya untuk sekarang ia masih punya kesempatan.
"Bagus. Ingat perjanjian kita Kiara, sekarang kau adalah istriku. Setidaknya kita patuhi aturan-aturan yang telah kita buat dulu. Okay?"
"Iya, aku paham."
Perjalanan kembali pulang terasa sunyi setelah berakhirnya pembicaraan terakhir. Orion menurunkan Kiara depan kedainya lagi sama seperti tadi pagi.
"Nanti, aku jemput ya." Orion melongok dari dalam mobil.
Kiara mengangguk. Orion kembali menutup kaca jendela, langsung menginjak gas dan mobilnya melaju. Kiara masih mengamati, hatinya masih merasa bersalah. Ia kemudian mulai masuk untuk bekerja kembali.
Setelah selesai mengantar Kiara, Orion kembali ke kantornya. Sepanjang perjalanan, pikirannya penuh dengan bayangan saat melihat istrinya diam-diam bertemu dengan Leo di jam makan siang tadi. Ada rasa aneh yang sulit ia jelaskan.
Orion selalu yakin kalau pernikahannya dengan Kiara hanya sebuah ikatan tanpa cinta. Ia berulang kali menegaskan pada dirinya sendiri kalau tidak ada perasaan apa pun untuk wanita itu. Namun, entah kenapa, setiap kali Kiara bersama lelaki lain, dadanya terasa sesak.
Di balik wajah datarnya, ada sesuatu yang bergolak. Orion tidak mengerti, apakah itu cemburu atau hanya marah karena harga dirinya terusik.
"Sial! Dia membuatku semakin pusing saja!" Gerutu Orion kesal.
......................
Malam itu Orion baru tiba di kedai Kiara, namun ia melihat sebuah mobil yang tak asing baginya. Itu adalah mobil Leo. Orion juga melihat Kiara dan Leo tengah berada didepan kedai. Ia melihat Leo berusaha membawa Kiara masuk dalam mobil milik Leo dengan menarik paksa tangan Kiara.
"Berhenti menggangguku Leo!" Bentakan Kiara terdengar sangat jelas.
Tanpa pikir panjang, Orion keluar dari mobil dan melangkah cepat, lalu berlari menerobos jarak di antara mereka. Nafasnya memburu, detak jantungnya menghentak seirama dengan langkah kakinya. Saat mencapai diantara keduanya, Orion tak lagi mampu menahan gejolak yang membakar darahnya.
Tangannya terkepal, dan dalam satu gerakan spontan, ia mengayunkan tinjunya. Suara hantaman keras terdengar ketika pukulannya mendarat tepat di wajah Leo, menghentikan gerakan lelaki itu sekaligus melepaskan cengkeramannya pada Kiara.
"Orion!" Kiara kaget dengan apa yang barusan dia lihat.
Leo bangkit. Ia memegang pipinya yang terasa perih lalu maju untuk memukul balik. Namun Kiara langsung berdiri ditengah-tengah mereka. Memaksa keduanya untuk berhenti.
Beberapa orang yang ada di sekitar langsung terkejut melihat Orion memukul Leo. Suara gaduh itu membuat orang-orang berdatangan, sebagian hanya menonton dengan wajah penasaran, sebagian lagi tampak cemas kalau-kalau situasi jadi semakin kacau.
Di antara kerumunan itu, Kieran dan Kenan langsung berlari mendekat. Wajah mereka panik ketika melihat Kiara berada diantara dua orang yang sedang dikuasai amarah itu. Tanpa banyak pikir, keduanya berusaha melerai. Kieran menahan tubuh Orion yang masih dipenuhi amarah, sementara Kenan mencoba menarik Leo agar tidak membalas.
"Hentikan!" Suara Kieran menggelegar.
Orion dan Leo langsung berhenti. Menjaga jarak namun tetap waspada. Mereka saling bertukar pandang.
"Sudah kubilang kan, jika kakak menemui Kiara lagi aku akan melaporkannya pada ayah!" Ancam Orion kesal.
Leo mendengus marah. Ia sangat membenci hal itu. Apa-apa semuanya tentang Aditya, ayah mereka.
"Bacot! Jangan bawa-bawa ayah dalam hal ini."
"Kakak sudah melampaui batas. Sekarang Kiara adalah istriku. Jika kakak benar-benar mencintainya, mengapa kakak pergi? Mengapa kakak meninggalkannya sendiri? Kakak tidak tau bagaimana keadaan Kiara saat kakak pergi. Kakak ini egois!" Orion terus berteriak.
Leo terdiam. Ia melihat Kiara menatapnya nanar, membuat siapapun tau luka dibalik matanya. Leo tak menjawab ucapan Orion, namun berjalan kearah Kiara, dan sekali lagi Orion menghalanginya.
"Bisakah kau pergi dari sini sekarang? Aku mohon." Suara Kiara bergetar. Air matanya menetes saat melihat Leo.
Leo tersentak melihat tangisan Kiara, ia ingin sekali menghapus air mata itu dengan gangannya, tapi Kiara terlihat tak ingin bertemu dengannya..
"Aku mohon pergi dari sini hikss..." Kiara makin menangis.
Dengan berat hati Leo mundur perlahan, melihat orang-orang sekitarnya. Ia tak ingin pergi. Namun melihat Kiara menangis dan menginginkannya pergi, membuatnya tak punya pilihan lain. Leo masuk mobil dengan sesekali masih melihat antara Kiara dan Orion. Sesal sudah tak ada arti. Kepergiannya dulu membuatnya kehilangan sesuatu yang berharga.
Kiara masih menangis. Orion perlahan menepuk-nepuk bahu Kiara.
"Sshhh... Tidak apa-apa. Jangan menangis. Semuanya sudah baik-baik saja." Suara Orion lembut.
"Orion, aku harus bagaimana? Aku, aku masih mencintainya." Ucap Kiara dalam tangisnya.
Orion langsung memeluk Kiara. Ia merengkuh tubuh wanita itu menuju dekapan yang hangat. Orion tak menjawab, ia hanya mengelus-elus punggung Kiara. Berusaha memberikan segala kenyamanan yang dia butuhkan. Mendengar Kiara masih mencintai Leo terasa menyakitkan. Namun ia tak mampu menyalahkan atau membenci Kiara begitu saja. Dia memang suami Kiara, namun bukan suami karena cinta, melainkan suami kontrak semata.