NovelToon NovelToon
LUKA YANG TAK TERLIHAT

LUKA YANG TAK TERLIHAT

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Reetha

Hai.. aku balik nulis lagi setelah menghilang hampir 4 tahun. semoga kalian bisa menemukan serta bisa menerima kehadiran karya ini ya...

Rania dan Miko, bukan pasangan masalalu. Mereka saling membenci. Rania memiliki sifat jahat di masa lalu. Namanya di blacklist hingga jatuh sejatuh-jatuhnya, dibuang ke tempat asing, lahirkan anak kembar hingga menikah dengan orang yang salah, siksaan mental dan fisik ia terima selama 4 tahun. Menganggap semua itu Karma, akhirnya memilih bercerai dan hidup baru dengan putra-putrinya. Putranya direbut ibu Miko tanpa mengetahui keberadaan cucu perempuan, hingga berpisah bertahun-tahun. Si kembar, Alan-Chesna tak sengaja bertemu di SMA yang sama.

Gimana kisah lengkapnya?

Selamat membaca yaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Di taman belakang sekolah, Gideon duduk dengan wajah murung. Jas seragamnya sedikit terlepas dari kancing, dasinya longgar. Alan baru saja selesai dari kelas dan melihat sahabat sekaligus seniornya itu tampak tidak biasa.

Alan tersenyum, menepuk bahu Gideon. "Bro, kenapa? Dari jauh kelihatan kayak habis kalah lomba basket."

Gideon menghela napas panjang, melempar pandangan ke tanah. "Bukan basket. Cuma… ada cewek yang bikin aku kesal.""

Alan menaikan alis, penasaran  "Cewek? yang mana tuh?"

"Ada! Dia bener-bener bikin kepala aku panas. Bayangin, aku lagi jalan di lorong, eh dia nabrak aku. minuman aku tumpah kena baju, terus-ini yang paling parah, dia malah nyolot. Dia, minta maaf sambil ngelawan aku di depan banyak orang!"

Alan tertawa, tapi senyumnya jelas terlihat puas.  "Hahaha… jadi biasanya kan cewek kalau ketemu kamu langsung salah tingkah, minta maaf berkali-kali. Yang ini malah nyolot ya? Pantes kamu kaget."

Gideon terlihat nyengir miring, kesal..

"Kaget sekaligus muak. Aku belum pernah diperlakukan kayak gitu, Lan. Aku senior, bro. Semua orang tahu itu. Dan dia seenaknya ngomong kayak aku nggak ada harga diri."

Alan melipat tangan di dada, menatap sahabatnya dengan nada menenangkan. "Ya, mungkin dia belum tahu siapa kamu. Lagian, salah paham kayak gitu wajar lah. Kamu juga kalau jalan suka buru-buru, kan?"

"Ya, tapi bukan berarti aku harus nerima sikapnya. Matanya itu, Lan… tatapannya kayak menantang. Bikin darahku naik. Rasanya pengin banget aku kasih pelajaran."

Alan menghela napas, mencoba meredam.  "Jangan gitu, bro. Kamu kan bukan tipe yang suka main kasar sama cewek. Lagian kalau kamu benar, nanti dia sendiri yang sadar salah. Kalau kamu bawa emosi, justru kamu yang rugi."

Gideon mendengus, tapi mulai sedikit reda…  "Hhh… iya sih. Tapi tetap aja, dari tadi aku nggak bisa berhenti mikirin wajahnya yang nyebelin itu."

Alan menatapnya lebih lama, lalu tertawa kecil. “Lucu juga, kamu kesel tapi malah inget terus. Jangan-jangan kamu bukan cuma marah, tapi penasaran, ya?"

Gideon menoleh cepat, mengangkat tangan menolak. "Apa-apaan! Jangan asal ngomong, Lan. Aku beneran sebel, bukan penasaran."

___

Malam itu kamar Alan remang. Lampu belajar menyala, sementara ponsel berada di tangannya. Buku pelajaran terbuka di meja, tapi nyaris tak tersentuh. Pandangan Alan terpaku pada layar, jempolnya sibuk menelusuri media sosial.

Alan berbisik pada diri sendiri

"Nama… Chesna. Coba pakai huruf besar semua… tidak ada juga. Tambah pakai titik? Tetap nihil."Ia mencoba lagi, kali ini mengetik dengan berbagai variasi, menambahkan angka, singkatan, bahkan menelusuri beberapa akun. Setiap kali hasilnya muncul, kekecewaan makin dalam. Tidak ada yang cocok.

Alan menegakkan badan, lalu mengusap wajahnya. Kenapa seakan nggak ada jejak sama sekali? "Semua orang pasti punya akun, masa dia nggak? Atau jangan-jangan… dia pakai nama samaran?"

Ia membuka akun media sosialnya sendiri, menelusuri teman-teman yang mungkin mengenal Chesna. Tetap tak ada petunjuk.

Rasa frustrasi membuatnya menghempaskan ponsel ke kasur. Alan berbaring, menatap langit-langit kamar. Alan bermonolog pelan…

“Chess, kamu sama mama ada dimana?”

Malam sudah larut. Lampu kamar Alan masih menyala redup, meski pemiliknya sudah terlelap di atas kasur. Ponsel di genggamannya menyala samar, menampilkan layar media sosial yang penuh dengan foto-foto gadis remaja acak, hasil pencarian Alan yang sia-sia.

Pintu kamar terbuka perlahan. Miko masuk, awalnya hanya ingin mengecek putranya sebelum ia sendiri beristirahat.

Tatapannya melembut saat melihat Alan yang tertidur dengan nafas teratur. Namun, perhatian Miko segera teralih pada kilau layar ponsel di tangan Alan.

Pelan-pelan, ia menarik ponsel itu, berusaha agar tidak membangunkan anaknya. Layar masih menampilkan deretan foto wajah-wajah gadis yang berbeda, sebagian bahkan jelas bukan kenalan Alan.

Alis Miko berkerut.

Miko gumam pelan  "Apa yang sebenarnya kau cari, Alan?"

Ia menggeser layar, menemukan riwayat pencarian berulang dengan nama yang sama.

Chesna.

Miko terpaku. Nama itu tidak tidak asing. Ada sesuatu yang samar, sesuatu yang membuat dadanya sesak tanpa alasan.

Miko bicara pada diri sendiri, suaranya rendah.

"Chesna siapa yang kau cari? Kenapa kau begitu penasaran sampai begini, Alan?" Sejenak, pikiran Miko melayang. Wajah Rania, yang sudah lama berusaha ia cari diam-diam selama ini tiba-tiba muncul. Rasa tidak nyaman menjalari dirinya.

Miko mengembuskan napas berat, lalu menaruh kembali ponsel ke sisi Alan. Ia berdiri di tepi ranjang, menatap wajah putranya yang terlelap.

"Bukankah setidaknya Alan mencari Rania? Kenapa malah nama Chesna?"

Dengan langkah berat, ia keluar dari kamar, meninggalkan Alan yang masih terlelap, sementara bayangan nama Chesna dan Rania terus menghantui pikirannya.

Keesokan paginya, Alan dan Miko tampak menuju meja makan untuk sarapan. Pagi itu suasana rumah Miko terasa tenang. Aroma kopi hitam memenuhi ruang makan, berpadu dengan wangi roti panggang. Alan duduk dengan rambut acak-acakan, masih setengah mengantuk, menyesap susu hangat sambil memainkan sendok di dalam gelas.

Miko duduk berseberangan, memperhatikan putranya dengan seksama. Matanya menyipit, masih mengingat jelas pencarian di layar ponsel Alan semalam. Ada jeda hening yang cukup panjang sebelum akhirnya ia membuka percakapan.

"Kau kelihatannya begadang semalam."

Alan mendongak sebentar, lalu terkekeh kecil.  "Nggak kok, Pah. Cuma… kepikiran aja soal tugas sekolah."

Miko mengangguk pelan, tidak langsung menekan. Ia menyesap kopinya, lalu meletakkan cangkir dengan tenang. "Hm. Tugas sekolah, ya? Bukan cari orang?"

Alan terdiam sepersekian detik. Tangannya yang memutar sendok berhenti sejenak.  "Cari orang? Maksud Papa?"

Miko bersandar di kursinya, suaranya dibuat santai meski tatapannya menusuk.  "Aku sempat lihat ponselmu nyala semalam. Banyak wajah gadis yang kau lihat… sepertinya kau mencari seseorang. Namanya… apa, Chesna?"

Alan tersentak kecil. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, pipinya memerah.  "Papa lihat, ya…?"

Dengan datar yang menusuk,  "Aku hanya ingin tahu. Siapa dia? Gadis yang begitu membuatmu penasaran sampai rela menelusuri media sosial berjam-jam?"

Alan menggigit bibir bawahnya, berusaha menyembunyikan perasaan.

"Dia… cuma seseorang yang pernah aku temui. Bukan orang penting, kok."

Miko mengerutkan kening, tidak puas dengan jawaban itu. "Seseorang yang cuma begitu saja tidak akan membuatmu gelisah sampai larut malam."

Alan menunduk, menolak memberi penjelasan lebih jauh. Tangannya mengepal kecil di atas meja.  "Papa nggak perlu khawatir. Aku bisa urus urusanku sendiri."

Hening panjang menyusul. Miko menatap anaknya dalam-dalam, berusaha membaca isi hatinya. Ada kegelisahan yang ia tangkap, kegelisahan yang tak terelakkan.

Miko akhirnya menghela napas, lalu mengakhiri pembicaraan."Baiklah. Aku tidak akan memaksa. Tapi Alan, ingat… jangan sampai kau terjebak dengan seseorang yang akan merugikanmu. Papa hanya tidak ingin kau mengulang kesalahan yang sama seperti…" Miko terhenti. Ia menahan diri untuk tidak menyebut nama Rania.

Miko, mendesis pelan … "Seperti masa lalu yang tidak perlu kau tahu."

Alan hanya diam, namun matanya mengeras. “Aku tidak akan memberitahumu tentang putrimu satu lagi. Cukup aku saja yang kau ambil dari mama.” Dalam hatinya, Alan justru bertekad semakin kuat, ia ingin menemukan Chesna dan Rania, apapun yang terjadi.

.

.

____

Makasih sudah menemani kisah ini ,,, ttp semangat ya..

1
septiana
kamu jangan kawatir Alan bakal nikung kamu Gideon.. karena Chesna itu saudara kembarnya Alan
Nurlaila Ikbal
jangan lama2 thor buat chesna kumpul bareng mm nya
septiana
Miko, Chesna itu juga anak mu. jangan lihat dia sebagai musuh hanya karena Alan begitu peduli.. suatu saat kamu akan menyesal karena menganggap Chesna sebagai ancaman.
Adinda
seharusnya kamu melindungi adikmu alan walau bahaya sekali pun bagaimana perasaan mommy mu kalau tau kamu gagal melindungi adikmu
septiana
yap bener kata shenia,kamu itu harus PD Chesna..
septiana
Miko sudah mulai melunak,tapi masih banyak yg harus di pikirkan Rania.
Nurlaila Ikbal
sedih banget dengan nasib chesna
Reetha: Makasih kk udah baca kisah ini. Ayok lanjut ya kk
total 1 replies
Adinda
aku gak rela kalau rania sama miko Sudah cukup penderitaan rania atas perbuatan miko lebih baik rania sama pria yang lebih dari miko
Reetha: Makasih atas komennya ya kk😍😍😍
total 1 replies
septiana
pasti sedih banget sudah didepan mata tapi seperti ada tembok tinggi yg menghalangi.. untuk Alan Chesna sabar ya semua akan indah pada waktunya. walaupun jalannya tak semudah itu.
Daulat Pasaribu
sedihnya rania sama anak anaknya
Daulat Pasaribu
kok bisa si rania dapat kehidupan yg menyakitkan,kesalahan apa yg di perbuatnya sampai vertahun tahun hidup di dalam penderitaan
Reetha: Makasih udah mampir ya kak. Silakan panjut baca kk🥰🥰
total 1 replies
septiana
apa ya yg akan dikatakan Lila??🤔
septiana
sebenarnya kamu sendiri yg membuat Chesna terasa menjauh... ya,karena Alan. sekarang Chesna sudah tau siapa kamu Miko.
septiana
akhirnya Chesna tau masa lalu itu.. sabar ya Chesna tunggu ibu mu menjelaskan semuanya. kalau sampai Miko tau kamu juga anaknya bisa bisa kamu juga diambil sama dia.
septiana
hadeh udah ketemu di depan mata, malah begini jadinya. Alan pura2 ga kenal untuk melindungi Chesna apa ya🤔ah ditunggu aja kelanjutannya...
Reetha: Silakan ditunggu kk😍
total 1 replies
septiana
udah mulai ada rasa nih Gideon sama Chesna.. bener kata shenia,kamu jangan ganggu Chesna karena hidupnya tidaklah mudah.
septiana
ternyata seorang Chesna bisa mengganggu pikiran Gideon. sayangnya Chesna ga merasa diperhatikan malah Gideon yg kelabakan sendiri..
septiana
ini bisa juga di katakan pertarungan... pertarungan antara ego dan hati Miko yg ingin memiliki anak-anaknya tapi enggan dengan ibunya.. apalagi nanti kalau Miko tau Chesna adalah anaknya ini benar-benar jadi peperangan antara Miko dan Rania.
septiana
kamu yg sabar Chesna, sebentar lagi kamu pasti ketemu sama Alan..
septiana
Chesna sudah satu sekolah sama kamu Alan,tapi sayang kamu belum bertatap muka dengan nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!