NovelToon NovelToon
Di Antara Dua Hati

Di Antara Dua Hati

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Perjodohan / Cintamanis / Patahhati / Tamat
Popularitas:4.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Suesant SW

Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.

Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.

Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?

Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?

Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30 MEMILIH PERGI

Seminggu, setelah Dara pulang dari rumah sakit, Windu menghampiri Dara yang sedang duduk di taman belakang rumah. Memandang rumpun mawar yang bunganya sudah mulai layu setelah melewati masa mekarnya.

"Apa aku menganggu?" Tanya Windu dengan sedikit hati-hati. Dia pulang lebih cepat dari biasanya, ketika mendapati sebuah pesan di Whattapsnya, pesan itu adalah pertama kalinya setelah berbulan-bulan. Dara membuka blokir nomor kontak Windu.

Mari kita bercerai dengan baik-baik

Kalimat itu hanya terdiri dari beberapa kata tapi mampu membuat Windu terkesiap.

Dia sudah memantapkan hati untuk tidak bercerai. Dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Dara yang sudah seperti benang kusut itu.

Dara menoleh kepada Windu, dalam sekejap rasanya tubuh Dara terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Dia tidak menyahut apa-apa tapi tatapannya menandakan dia tidak keberatan dengan kehadiran Windu.

"Aku tidak akan menceraikanmu, Dara..." Tanpa tedeng aling-aling, Windu mengatakannya.

"Kenapa?" Dara menatap kepada Windu tanpa ekspresi. Dia benar-benar tak bisa menebak perasaan Windu. Begitu aneh sekali, berubah-ubah fikiran sesukanya. Sebelumnya dia seperti orang gila ingin menceraikannya, sekarang seolah-olah Dara otak dari rencana perpisahan itu

"Tidak perlu alasan untuk tidak bercerai.Lupakan saja soal perceraian." Windu merutuk dalam hati, dia benar-benar tak bisa menyingkronkan mulut dan hatinya. Seharusnya dia punya kalimat yang lebih halus dari pada kalimat pendek yang tanpa makna itu.

"Apapun yang kamu inginkan dariku, aku sudah tak lagi punya semangat untuk meladenimu." Dara mengucapkan itu, matanya tak lepas dari rumpun mawar yang layu di depannya.

"Dara, kita berdua hanya korban." Windu tak pernah bisa dengan benar menyampaikan penyesalannya jika di depan Dara, bahkan sekarang kesannya hanya seperti seseorang yang sedang berusaha membela diri.

"Tidak perlu berbelit-belit, aku tak akan bisa menerima orang lain menjadi istrimu, meskipun kamu tak mencintaiku sama sekali. Karena itu jika kamu ingin menikah lagi, ceraikan saja aku." Kata Dara dengan suara datar.

Dia tidak lagi berusaha menekan Windu, karena dia sudah kehilangan rasa. Berjuang tetap bersama, rasanya sia-sia. Mereka berdua memang sangat jauh berbeda, seperti air dan jelantah, jika pun di campur tetap sulit bersatu, hitam keruh dan tak berguna.

"Apakah kamu benar-benar tidak mau menceraikan aku?" Dara sekarang menghadap kepada Windu, tatapannya yang kosong menyorot tajam.

Windu menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan wajah yang begitu yakin.

"Tidak akan ada perceraian antara kita, kamu suka atau tidak suka." Ucap Windu bersikukuh.

Sekarang Dara yang menganggukkan kepalanya seolah isyarat bahwa dirinya mengerti dan dia tidak ingin berdebat lagi.

"Jika demikian, maka terjadilah sesuai yang kamu mau.Kita akan tidak akan bercerai." Dara berdiri dari duduknya meninggalkan Windu yang seperti biasa kehilangan kata-katanya, memandang punggung Dara yang meninggalkannya sekali lagi tanpa sempat meminta maaf.

Sekali lagi saat keras kepala dan kecewa bertemu, selalu ada yang patah hati.

...***...

Sebuah ketukan di pintu kamar Windu, saat Windu baru saja berganti pakaian setelah pulang dari perjalanan ke luar kota selama dua hari, untuk pekerjaan menggantikan papanya.

Papanya masih di Shanghai sampai pekan depan, karena akan menghadiri sebuah pameran yang berhubungan dengan dengan bisnis eksport import yang akan di rambahnya.

Beberapa perkerjaan di pabrik cabang luar kota terpaksa di tangani oleh Windu.

Dia sesungguhnya sedikit merasa aneh dengan perasaannya sendiri, entah mengapa dia menjadi lebih sering teringat pada Dara, saat dia jauh dari rumah.

Raut wajah itu bahkan kejudesannya akhir-akhir ini membuatnya sedikit kehilangan sosok itu.

Dua hari yang aneh, dia merindukan Dara!

Ketukan di pintu kamar itu, pastilah dari Dara, itu yang terbersit di fikiran Windu.

"Akhirnya, dia yang mengalah untuk mendatangiku...dia pasti merasakan hal yang sama sepertiku."

Windu membatin dalam hati.

Tanpa sadar Windu merapikan rambutnya sendiri, sebelum dia membuka pintu. Seulas senyum kecil di sudut bibirnya. Dia senang Dara menyadari ketulusannya.

Hari ini, dia akan memperbaiki semuanya. Dia akan lebih gentle untuk minta maaf pada Dara, terserah dia mau memaafkannya atau tidak. Yang pasti, dia akan meminta maaf atas perlakuan dan kata-katanya yang telah menyakiti perasaan perempuan itu.

Soal bayi mereka, mungkin dia akan menjelaskannya dengan perlahan, supaya Dara tidak terlalu kecewa, tidak menyalahkan dirinya sendiri ataupun menyalahkan Windu.

Bayi itu mungkin belum merasa tepat hadir di antara mereka saat ini.

Pintu itu di bukanya lebar-lebar, berharap setelahnya Dara akan masuk dengan wajah kesalnya dan berteriak padanya,

"Kenapa kak Win pergi lama sekali?"

"Tuan muda." Yang di depannya adalah Fitri, dengan rambutnya yang di kepang aneh itu dan raut ketakutan yanguar biasa. Dengan gemetar dia menyorongkan sebuah surat.

Windu mengerutkan dahinya, mengusir rasa kecewa yang berkelebat di pias wajah tampannya.

"Apa ini?"

"Su...surat tuan muda."

"Surat? Surat dari siapa?" Windu betul-betul heran di jaman semodern ini masih ada yang berkirim surat. Bukankah bisa di tulis lewat WA saja, ataukah messenger, email, apalah cara yang lebih masuk akalnya.

"Da..dari nyo...nyonya muda." Fitri yang pernah di usir Windu dari kamarnya benar-bemar masih takut tuan mudanya itu mengamuk kepadanya.

"Nyonya muda?" Windu hampir tergelak mendengarnya.

Dara benar-benar tak bisa di tebak, dia bahkan begitu malunya bertemu denganya hingga mengirim sebuah surat padanya.

Bukankah mereka satu rumah, dia tinggal bilang dan katakan saja jika dia sekarang bisa menerima keputusan Windu untuk tak menceraikannya.

"Kenapa nyonyamu memgirim surat? Dia di mana?" Tanya Windu dengan geli, sambil menerima surat beramplop putih polos yang di angsurkan Fitri.

"Nyonya muda...nyonya mudah sudah pergi, tuan." Jawab Fitri tersendat-sendat.

"Pergi? pergi kemana?" Windu membeliak dengan dada seketika bergemuruh.

"Iya, Tuan...nyonya sudah pergi kemarin pagi. Dia hanya...hanya menitipkan surat ini kepada Tuan muda...Nyonya bilang..."

"Dia bilang apa?" Windu menyela dengan tidak sabar.

"Nyo...nyonya bilang, nyonya jangan di cari." Jawab Fitri sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Dia bilang mau kemana?" Tanya Windu dengan mata yang semakin bulat, melotot pada Fitri.

"Tidak tuan..." Fitri menggelengkan kepalanya, sambil jarinya saling meremas, badannya gemetar, sikap Windu benar-benar menakutinya.

"Pergilah!" Ucap Windu pada Fitri sebelum dia menutup pintu kamarnya.

Windu menggengam erat surat di tangannya, hampir tanpa sadar meremasnya, dia tidak mengerti kenapa perasaannya begitu tak menentu, kegelisahannya yang menghampirinya membuatnya takut, dia takut Dara benar-benar pergi meninggalkannya.

Dengan ragu, Windu membuka surat dari Dara,

Aku tidak mengerti apa yang sedang kamu rencanakan padaku,

Tapi untuk tinggal lebih lama aku tak punya alasan lagi.

Tak apa kamu tidak menceraikan aku untuk apapun yang kau niatkan padaku, tapi kamu tak bisa melarang aku yang akan pergi.

Seorang pembantu tak akan pernah bisa selevel denganmu Tuan muda!

Lakukan saja sesukamu,

(Kemanakah Dara pergi? Akankah Windu menemukannya dan membawanya kembali?)

...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...

...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...

...I love you all❤️...

1
Arlini Pakan
Kecewa
Arlini Pakan
Buruk
Visencia Alingga
Luar biasa
Visencia Alingga
Lumayan
heni hariati
nyimak
Mebang Huyang M
Luar biasa
Mebang Huyang M
ngulang lagi baca ceritamu thor . kangen dgn mba dara yg imut.
Riska Afzal
😭😭😭
Tiara
Novel terbaik yg pernah aq baca di aplikasi ini 🙏🙏🙏🙏
Terimakasih
Tiara
Cerita ini ada "isi" nya. Terimakasih penulis udah menuangkan sesuatu yg sangat baik, sesuatu yang sangat menginspirasi. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, sangat mengagumkan.
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Eny Frihdihastuti
aku suka jalan ceritanya.
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏
JandaQueen
apakah itu harus cuci darah spt pd org yg alami gagal ginjal ya..?
JandaQueen
dan kata2 keramat itu akhirnya meletusss
JandaQueen
berani ngapa2in bocah imut ku, tak santet onlen kau pak eko...🤣🤣
JandaQueen
ah si imut radith, suka sama cewek lebih tua ini rupanya... sini nak... tante aja yg peluk kamu... 😄
Vitriani
Lumayan
Dewa Rana
nangis aku thor 😭😭😭
Romi Tama
ya Allah😭😭😭
ami
Luar biasa
iren thezer
suka ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!