Mengisahkan tentang seorang gadis muda yang bernama Mutiara Sanjaya atau biasa di sapa Ara, Ara adalah anak pertama dari seorang pengusaha yang cukup ternama bernama Surya Sanjaya
Ara juga mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Berliana Sanjaya atau biasa di sapa Nana, Nana terlahir dari pernikahan papanya yang kedua. Hal tersebut bisa terjadi karena mama kandung Ara meninggal dunia saat melahirkan dirinya
Suatu malam Ara di jebak oleh mama Tania dan Nana menyebabkan dia harus kehilangan kehormatan nya dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal
Pria tersebut adalah Raditya Mahardika seorang CEO muda yang paling di segani di kota tersebut
Hasil hubungan satu malam tersebut membuat Ara mengandung seorang anak yang menjadi kekuatan bagi dirinya, di awal kehamilannya Ara pun merasa sangat terpuruk tetapi orang di sekitarnya membuat dia bangkit kembali
Apakah takdir akan mempertemukan kembali dirinya dengan sang pria pada malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triana mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Yang Aneh
Ara yang merasa serba salah mulai mendekatkan gelas nya ke bibirnya dan Adit pun mulai memejamkan kedua bola matanya sambil menyenderkan tubuhnya ke bangku, Arman yang sudah lama mengikuti Adit pun tau dengan pasti bahwa sang bos besar sedang menahan amarahnya
"Maaf pak Rian tapi Ara baru bergabung di perusahaan kami, mungkin dia belum terbiasa dengan minuman yang mengandung alkohol apalagi dia seorang wanita. Bagaimana kalau saya saja yang menggantikan Ara untuk menemani bapak minum?" tersenyum
Adit pun mulai membuka matanya dan menatap ke arah Arman seolah mengatakan dia puas dengan sikap yang Arman ambil
"Sekretaris saya juga seorang wanita tapi dia tetap meminum minuman dia untuk menghargai kita semua, kalau perempuan itu ga mau minum minuman dia berarti dia ga mau menghargai saya" dengan tegas
Adit mulai mengepalkan tangannya walaupun masih memasang wajah datar
"Aduh sekarang posisi aku yang serba salah, kalau aku lanjutin pasti pak Rian akan marah tapi kalau aku diam aja pasti pak Adit yang ngamuk"
Suasana di ruangan tersebut pun sudah berubah menjadi tegang
"Ya sudah kalau begitu sepertinya pembicaraan kita tidak perlu di lanjutkan lagi"
Arman pun meletakkan kembali gelas di tangan nya dengan wajah kurang suka, Ara pun mengambil inisiatif untuk mencairkan suasana
"Saya minta maaf kalau membuat pak Rian tersinggung, biar saya habiskan minuman saya" tersenyum
"Nah gitu dong, kan jadi enak kalau begini"
Ara langsung menghabiskan semua minuman di dalam gelasnya lalu tersenyum, semua orang di ruangan tersebut pun dapat kembali tersenyum hanya Adit yang tetap memasang wajah datar
"Bagus!! berani banget kamu minum itu tanpa perintah dari saya"
"Maaf semua saya harus ke toilet sebentar"
Ara pun pergi meninggalkan ruangan itu dan mencoba membasuh wajah nya, karena ini pertama kalinya dia meminum minuman beralkohol. Ara memperhatikan wajahnya di cermin yang sudah mulai memerah
"Ya ampun kok bisa merah gini muka aku padahal aku cuma minum satu gelas, tapi ya udah lah dari pada aku jadi masalah di kontrak kerja mereka. Ayo Ara kamu harus kuat"
Ara kembali ke ruangan tersebut dan pesta pun kembali berlanjut, Rian semakin mengincar ke arah Ara. Karena saat Ara pergi ke toilet Rian sudah memastikan bahwa Ara hanyalah seorang karyawan di mata Adit, hal tersebut Adit lakukan karena dia merasa marah akan sikap Ara
Rian terus meminta Ara untuk menghabiskan isi gelasnya dan terbukti tak buruh waktu yang lama Ara pun sudah mulai mabuk, wajah Ara kini sudah sangat merah bahkan kata-kata yang dia lontarkan pun sudah semakin aneh. Terlihat senyuman puas dari bibir Rian pada saat itu
"Maaf pak sepertinya saya sudah tidak kuat untuk minum lagi, saya permisi ke toilet sebentar"
Setelah Ara keluar dari ruangan tersebut Rian langsung menyampaikan niatnya untuk membawa Ara pulang ke tempat dia menginap, Arman hanya bisa pasrah dengan keadaan yang ada karena dia yakin Adit takkan tinggal diam
"Bagaimana pak Adit tidak masalah kan?" tersenyum
Adit langsung bangkit dari duduknya dengan wajah yang tidak bersahabat
"Maaf sepertinya kerja sama kita tidak perlu di lanjutkan lagi, perempuan tadi memang cuma sekretaris saya. Tapi saya tidak bisa memenuhi keinginan anda" dengan tegas
Adit langsung meninggalkan ruangan tersebut tanpa banyak bicara, Arman pun segera bangkit dari duduknya
"Kalau begitu saya permisi dulu pak"
"Tunggu"
"Ada apa ya pak?"
"Apa perempuan tadi memiliki hubungan dengan pak Adit?"
"Untuk masalah itu saya kurang tau pak, tapi sepertinya pak Adit tertarik dengan Ara"
"Selama ini pak Adit ga pernah mau di dampingi oleh wanita, kenapa saya bisa ga sadar dari awal sih?"
"Kalau tidak ada yang lain saya permisi dulu pak"
Rian hanya menjawab dengan anggukkan kepalanya, Arman pun segera mencari di mana keberadaan sang bos besar. Sedangkan di depan kamar mandi wanita Adit sedang bingung bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam
Sedangkan di depan toilet wanita Adit tidak berani untuk masuk ke dalam sedangkan Ara tak kunjung keluar dari dalam, hingga ada seorang karyawati yang berada di dekat sana. Adit pun segera memanggil orang tersebut dan meminta bantuan agar melihat keadaan Ara di dalam
"Gimana mbak? apa ada teman saya di dalam?"
"Di dalam ada perempuan yang tertidur pak"
"Apa?" mengerutkan keningnya
"Sepertinya agak mabuk pak, orang nya tidur di lantai"
"Apa saya bisa masuk ke dalam mbak?"
"Silahkan pak, ga ada orang lain di dalam"
Tanpa menunda waktu Adit segera masuk ke dalam kamar mandi dan sang karyawati tempat itu menjaga di pintu agar pintu kamar mandi tetap terbuka, Adit hanya bisa membuang napasnya dengan kasar melihat Ara yang tertidur di lantai bersandar di dinding
"Ara.. Mutiara.. Bangun" menepuk pelan pipi Ara
Ara pun mulai membuka secara perlahan matanya dan melihat wajah Adit di hadapan nya, tanpa rasa takut sama sekali dia memegang kedua pipi Adit
"Pak Adit" tersenyum
"Kamu mau ngapain?"
"Kenapa pak? saya cuma pegang pipi bapak aja kok" cemberut
"Sepertinya saya memang ga pernah bisa marah sama kamu, kamu orang pertama yang tidak sopan sama saya" tersenyum tipis
Tiba-tiba saja Ara menarik pipi Adit dan cup sebuah ciuman cepat mendarat di bibir Adit, Adit hanya bisa membulatkan ke dua bola matanya dengan sempurna karena terkejut
"Itu balasan untuk perbuatan bapak yang dulu"
"Seandainya aja kamu perempuan malam itu saya pasti akan sekuat tenaga mengejar kamu, saya akui saya sudah terpikat sama kamu sejak kamu tampar saya. Tapi bila perempuan itu suatu saat datang, saya tetap harus bertanggung jawab dengan dia"
Tanpa rasa bersalah sama sekali Ara pun kembali tertidur pulas dengan posisi yang sama seperti tadi, tak selang berapa lama Arman pun tiba di sana
"Pak"
"Siapkan mobil kita pulang"
"Baik pak, apa perlu saya panggil seseorang untuk mengangkat Ara pak?"
"Ga perlu, saya yang akan angkat dia"
"Sudah bisa di pastikan pak Adit benar-benar tertarik dengan Ara, akhirnya setelah sekian lama pak Adit menunjukkan rasa ketertarikan dengan wanita"
Adit pun mengantarkan Ara ke alamat yang tercantum pada surat lamaran kerjanya, sesampainya di sana Arman yang turun dari mobil karena posisi Ara tertidur beralaskan kaki Adit. Arman pun menjelaskan secara singkat tentang kondisi Ara, Gilang pun segera menuju ke arah mobil untuk membawa Ara Gilang sempat agak terkejut karena ternyata atasan Ara adalah Adit
"Pak Adit"
"Apa ini suami dia? berarti anak yang waktu itu aku temui anak mereka dong"
"Maaf sepertinya dia ga terbiasa minum alkohol"
"Saya yang seharusnya minta maaf pak, Ara jadi merepotkan bapak"
"Ga masalah"
"Maaf pak biar saya bawa Ara masuk ke dalam"
Adit hanya menjawab dengan anggukkan kepalanya, entah mengapa ada perasaan yang aneh yang Adit rasakan pada saat itu. Perasaan yang dia sendiri tak mengerti
smgt trs
tapi jgn terlalu baik.sb klau lemah dgn mudah nya kamu di tindas. jadi lah wanita yg kuat di mata mereka. aku sbgai wanita ibu tunggal akan mendukung mu. smgt thor
1 malam bersama dan berdekatan wajah pun gk tau. waktu berciuman psti kan ttp wajah nya. dunia novel mmg nyleneh. smgt ae thor