NovelToon NovelToon
Mysterious Girl

Mysterious Girl

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Murid Genius / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kegiatan Olahraga Serba Bisa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: AzaleaHazel

Achassia Alora adalah gadis misterius yang selalu menutupi identitasnya. Bahkan hampir semua orang di sekolahnya belum pernah melihat wajahnya kecuali beberapa guru dan kedua sahabatnya. Gadis yang di anggap miskin sebenarnya adalah cucu dari keluarga kaya raya yang terbuang. Begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan, bahkan dari ibunya sendiri.


Setelah bertahun-tahun ia hidup tenang bersama ibunya, sang Kakek kembali datang dalam kehidupan mereka dan memburunya untuk kepentingan keluarganya. Tentu saja Achassia selalu menghindar dengan cara apapun agar tidak tertangkap oleh Kakeknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Isvara menghela nafas, ini sudah hampir jam 9 malam, tapi pria yang bernama Sagara itu belum juga datang. Apakah Achassia berbohong padanya? Tapi untuk apa putrinya itu membohonginya. Mungkin saja pria itu ada kepentingan lain, sehingga tidak bisa datang. Karena sudah cukup menunggu, akhirnya Isvara menyuruh karyawannya untuk beres-beres dan menutup cafe.

Setelah semuanya selesai, para karyawannya juga sudah pulang, Isvara mengambil tasnya untuk segera pulang. Baru saja ia berbalik, tiba-tiba ada seorang pria yang baru masuk ke cafe. Di hadapannya, ada pria yang terlihat sangat sempurna dengan wajah tampan dengan tubuh bagus dan tinggi.

"Bu Isvara?" Tanya pria itu membuat Isvara mengangguk.

"Pak Sagara?" Tanya Isvara balik, pria itu juga balas menganggukkan kepalanya.

"Maaf karena baru sampai sekarang, tadi saya ada pertemuan mendadak." Ucap Sagara merasa bersalah.

Isvara menggeleng. "Seharusnya saya yang minta maaf karena telah menganggu waktu anda." Balas Isvara.

"Tidak sama sekali." Balas Sagara.

"Ada yang ingin saya bicarakan dan ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan jika anda tidak keberatan." Ucap Isvara mengatakan maksud tujuannya.

"Bagaimana jika kita bicara di rumah anda saja. Sekalian saya antar pulang karena sudah malam." Kata Sagara.

Bukan apa-apa ia menawarkan mengantarkan Isvara pulang, hanya saja ia ingat jika belakangan ini Achassia dan Isvara di awasi oleh orang-orang aneh. Apalagi ini sudah malam, ia tidak mau membuat Achassia sedih jika terjadi sesuatu pada Isvara.

"Sepertinya tidak perlu." Jawab Isvara sedikit ragu.

"Kelinci pemarah itu pasti akan memarahi saya." Ucap Sagara keceplosan. "Ah, maksud saya, Acha. Jika saya tidak mengantarkan anda, anak itu pasti akan memarahi saya nanti." Lanjut Sagara setelah membenarkan ucapannya.

"Baiklah kalau begitu." Pasrah Isvara.

"Mari." Ucap Sagara mempersilahkan Isvara berjalan lebih dulu.

"Silahkan masuk." Ucap Sagara setelah membukakan pintu mobil untuk Isvara.

Isvara tersenyum. "Terimakasih." Ucapnya.

"Sama-sama." Balas Sagara ikut tersenyum.

Suasananya sangat canggung bagi mereka berdua. Apalagi Isvara, ia sangat canggung karena sedekat ini dengan seorang pria setelah bertahun-tahun. Meskipun tidak jarang ada pelanggan pria yang datang ke cafe-nya, tapi ini terasa berbeda karena berhubungan dengan putrinya.

"Apa kalian sedekat itu?" Tanya Isvara memecah keheningan.

"Ya, mungkin saja seperti itu." Balas Sagara tersenyum saat mengingat Achassia.

"Kelinci pemarah?" Tanya Isvara tersenyum, menurutnya panggilan itu sangat lucu.

Putrinya memang memiliki gigi kelinci yang sangat manis, wajar saja jika Sagara bilang seperti itu. Sayangnya kedua sahabat Achassia, Anya dan Luna belum pernah melihatnya tersenyum sampai memperlihatkan gigi kelincinya.

"Grumpy Bunny, saya selalu menyebutnya seperti itu karena dia memang mirip kelinci dan suka marah-marah." Jelas Sagara membuat Isvara tersenyum.

"Maaf, pasti anda sangat kerepotan dengan tingkah putri saya." Ucap Isvara menyesal.

"Justru karena adanya putri anda, kehidupan saya jauh lebih berwarna. Maaf jika saya terlihat sangat menyayangi putri anda seperti putri saya sendiri, tapi tenang saja, saya tidak pernah ada niatan untuk merebutnya dari anda." Ucap Sagara merasa tidak enak.

"Saya sama sekali tidak berpikir seperti itu, hanya saja saya ingin mengetahui siapa yang dekat putri saya dan memastikan bahwa putri saya akan baik-baik saja." Balas Isvara. Setelah melihat Sagara, ia jadi tau jika pria ini memang benar-benar orang yang baik.

"Seharusnya saya berterima kasih pada anda dan keluarga anda karena telah menyayangi putri saya." Lanjut Isvara tersenyum.

"Saya juga akan melakukan hal yang sama jika di posisi anda. Achassia anak yang baik, dia sangat menyayangi anda." Balas Sagara membalas senyuman Isvara.

"Tapi saya merasa gagal menjadi ibu yang baik untuknya."

Isvara selalu merasa seperti itu, apalagi ia jarang memanjakan Achassia karena sibuk bekerja dan sekarang putrinya menjadi sosok yang sangat dewasa baginya.

Sagara menggeleng. "Anda adalah sosok ibu yang sempurna, karena tidak pernah menyerah untuk memberikan yang terbaik untuk Acha. Pasti semua itu sangat berat, tapi anda sama sekali tidak menyerah." Kata Sagara menenangkan.

Sagara tau bagaimana perjuangan Isvara agar bisa bertahan hidup dengan Achassia. Tentu saja Acha yang menceritakan semua itu. Ibu gadis itu adalah wanita yang pintar, ia percaya jika banyak perusahaan akan menerimanya bekerja, tapi karena kekuasaan mertuanya membuat Isvara tidak di terima kerja di perusahaan manapun.

Isvara tersenyum. "Sepertinya putri saya terlalu banyak bercerita tentang saya." Balasnya.

Sagara mengangguk membenarkan. "Karena itu dia tidak ingin menyusahkan anda dan selalu bersikap dewasa untuk melakukan semuanya sendiri." Balas Sagara.

"Oh ya, bagaimana anda bertemu dengan Alora?" Tanya Isvara penasaran.

"Saat itu Achassia masih terlihat sangat kecil. Dia melihat dompet saya terjatuh dan berlari untuk mengembalikannya pada saya." Sagara menceritakan awal mula bertemu dengan gadis itu.

"Benarkah?"

Sagara mengangguk. "Saat saya ingin memberikan uang padanya, dia menolak. Anda tau apa yang dia katakan setelah itu?" Tanya Sagara.

Isvara menggeleng. "Apa?" tanyanya penasaran.

"Acha nggak mau, tapi kalau di beliin minum mau deh Om." Kata Sagara meniru ucapan Achassia waktu itu. "Di bilang kaya gitu." Lanjut Sagara menggelengkan kepalanya saat mengingat tingkah lucu Achassia.

Isvara terkekeh mendengar cerita Sagara tentang putrinya. "Ada-ada aja anak itu. Sekali lagi, maaf karena anak saya selalu merepotkan anda." Kata Isvara.

"Kadang-kadang tingkah ajaibnya membuat saya pusing, tapi secara bersamaan anak itu terlihat sangat menggemaskan."

Isvara mengerutkan keningnya bingung. "Tingkah ajaib?" Tanya Isvara.

Sagara mengangguk. "Terakhir kali Acha datang ke kantor saya, dia bertengkar dengan karyawan baru sampai saya harus menggendongnya agar menjauh dari karyawan itu." Jelas Sagara tidak bisa menahan tawanya mengingat betapa kocaknya tingkah Achassia.

Isvara melongo mendengar cerita Sagara. "Kok bisa?" tanya Isvara terkejut.

"Semua orang di kantor saya memang sudah mengenal Acha, tapi karena dia adalah karyawan baru, jadi dia tidak mengenal Acha dan tidak membiarkannya masuk." Jelas Sagara.

"Saya benar-benar minta maaf karena sikap putri saya." Isvara benar-benar terkejut putrinya bisa seperti itu.

"Saya sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, lagipula kejadiannya sudah lewat juga." Balas Sagara tersenyum.

"Kalau bisa ngomongnya gausah kaku kaya gitu, biasa aja gapapa." Lanjut Sagara, menurutnya pembicaraan mereka sangat kaku dan kurang nyaman.

"Anda juga bicaranya seperti itu." Balas Isvara membuat Sagara menggaruk tengkuknya.

"Yaudah, sekarang ngomongnya kaya biasa aja, tapi kalau anda nggak nyaman, saya juga nggak bisa maksa." Ucap Sagara.

"Gapapa, mungkin karena saya jarang berinteraksi dengan orang-orang, jadinya seperti ini." Balas Isvara. Ia tidak banyak berinteraksi dengan orang asing kecuali dengan para karyawannya di cafe.

"Jadi, boleh?" Tanya Sagara memastikan. Tentu saja ia menanyakan hal tadi, agar mereka berdua bicara biasa saja dan tidak kaku.

Isvara mengangguk setuju, rasanya juga aneh jika bicara terlalu kaku dengan seseorang. Karena mereka terlalu fokus berbicara, sampai tidak sadar jika sudah sampai di depan rumah Isvara.

"Udah sampai." Ucap Sagara setelah menghentikan mobilnya di depan rumah Isvara.

"Ohh, iya." Balas Isvara, ternyata mereka memang sudah sampai di rumahnya.

Isvara mempersilahkan Sagara masuk ke dalam, walaupun semua yang ingin ia tanyakan sudah di jawab oleh pria itu, tetap saja ia merasa tidak enak jika harus menyuruhnya pulang. Karena itu ia membiarkan Sagara mampir lebih dulu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!