Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Arsen dan Naina masih kompak menatap ke arah yang sama. Naina bangkit dari pangkuan Arsen dengan senyum dingin yang menghiasi wajahnya.
Riana tentu melihat betapa dinginnya senyum itu. Seolah menghina adanya Riana.
" Apa yang kau lakukan? " Tanya Riana menatap Naina dengan tatapan sinisnya.
Naina tersenyum sembari menunjuk dirinya sendiri. " Aku?
" Lalu siapa lagi? " Tegas Riana kepada Naina.
" Aku hanya mengikuti kemauan suami ku yang terlewat nakal itu. " Jawab Naina sembari melirik ke arah Arsen.
Nakal? kenapa dia mengataiku nakal? huh...! baiklah, biarkan saja. Yang penting dia bahagia.
" Sangat tidak tahu malu! " Sinis Riana yang tak henti-hentinya menatap Naina marah.
" Tidak tahu malu katamu? " Masih dengan tatapan tidak percaya. Naina bahkan berdecih sembari menggeleng keheranan.
" Iya! kau merebut calon suamiku. Memang apa namanya? kalau bukan tidak tahu malu? " Sarkas Riana.
" Ck! tidak tahu malu ya? " Naina bergumam cukup keras. Dan uang pasti, Riana bisa mendengarnya dengan jelas.
Riana tersenyum mengejek. " Lihatlah dirimu. Kau masih sama. Masih saja bodoh dan kurang sadar diri.
" Hah? Haha... " Naina mengipas wajahnya menggunakan telapak tangannya.
" Dengar, Kakak sepupu. Aku memiliki prestasi yang tidak diragukan meski mengenyam pendidikan didalam negeri. Sementara kau? apa yang kau dapatkan dari kuliah di luar negeri? kau bahkan selalu mengandalkan uang Ayah untuk kuliah mu kan? lalu aku? Ayah bahkan tidak pernah membayar sepeserpun saat aku kuliah. Kau tahu apa sebabnya kan? otakku selalu lebih unggul darimu.
Riana tersenyum mengejek. " Otak tidak ada gunanya jika kau jelek.
Arsen sungguh sangat kesal mendengarnya. Dia menatap Riana kesal. Bagaimana bisa dia menghina istrinya dihadapannya? sungguh, Arsen menilai mata Riana mengalami gangguan. Pasalnya, Naina adalah gadis spesial baginya. Tidak ada yang boleh menghinanya apalagi, dihadapannya.
" Jelek? benar, aku memang tidak cantik. Tapi, kebanyakan laki-laki yang kau sukai, selalu memilihku. Aku sungguh penasaran, bagaimana orang yang merasa cantik bisa dikalahkan oleh wanita jelek sepertiku? " Balas Naina dengan wajah dinginnya.
Bagus sekali istriku. Aku benar-benar menyukai mulutmu yang tajam itu. Sebagai hadiahnya, aku akan memberikan ciuman untukmu nanti.
" Itu karena kau, adalah jal*ng yang pandai menggoda pria dengan tubuh mu. " Ucap Riana.
Brak......!
Arsen menatap Riana marah. Kesal, dia benar-bemar kesal. Bagaimana wanita yang bahkan belum pernah disentuh sama sekali kecuali dia, di beri predikat jal*ng? bagaimana istri yang begitu sulit untuk ditaklukan dihina seperti itu? Arsen benar-benar sudah tidak bisa diam dan hanya menonton.
" Jaga mulut mu! " Bentak Arsen.
Riana terdiam. Dulu, Arsen hampir tidak pernah berbicara dengannya. Dia bahkan tida pernah membelanya saat ada beberapa pria menggodanya. Lalu kenapa sekarang dia begitu terprovokasi hanya karena ini?
" Kau berubah, Ar. " Riana menatap sendu manik mata Arsen yang memancarkan kemarahan. Sakit sekali saat melihatnya.
" Tentu saja. Karena aku, memiliki Naina sebagai alasan untuk berhenti menjadi seorang bajingan. " Ujar Arsen yang masih menatap nanar Riana.
Deg.....
Entahlah, debaran jantung Naina seolah mewakili rasa bahagianya. Meski bibirnya enggan untuk tersenyum atau sekedar berekspresi.
Benarkah? apa sudah sedalam itu perasaan mu untukku? apa aku tidak boleh lagi takut?
" Ar, pernikahan kalian akan berakhir cepat atau lambat. " Riana mengingatkan. Kali ini, nada bicaranya sudah mulai melembut. Dia benar-benar berharap, Arsen akan meluluh dengan cara itu.
" Kau bilang apa? " Arsen mengerutkan dahinya. Bingung bercampur kesal yang ia rasakan. Bagaimana bisa? orang yang tida ada hubungannya dengan pernikahannya begitu percaya diri mengatakan perceraian antara dia dan Naina.
Apa yang direncanakan Riana? apa ada hubungannya dengan Ibu? jika benar, aku tidak akan memaafkan mu maupun Ibu. Kalian selalu menyakiti ku tanpa henti. Merebut apapun sesuka hati. Menganggap apa yang aku miliki sebagai milik mu juga. Apa kau begitu tidak tahu malu? bahkan sekarang, kau juga menginginkan suamiku? sungguh menjijikkan!
" Iya. Itu akan terjadi, Ar. " Timpal Riana tang kini mulai mengembangkan senyumnya. Dia pikir, Arsen akan memeluk dan mengucapkan terimakasih atas apa yang dilakukannya.
" Maka aku, akan membunuh orang-orang yang coba memisahkan kami. " Tandas Arsen dengan tatapan yang sudah bagian seorang iblis yang murka.
Naina menatap Arsen. Ada senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Terimakasih, aku bisa melihat ke sungguhan itu dari matamu. Aku berjanji. Aku akan mencoba mencintaimu seperti apa yang kau lakukan untukku.
" Ar, apa kau bercanda? aku hanya mencoba membantumu keluar dari hubungan pernikahan yang tidak kau inginkan ini. " Protes Riana dengan nada memelas.
" Aku tidak butuh bantuan apapun! Jangan ikut campur urusan pernikahan ku! " Arsen semakin membelalakkan matanya.
" Keluar! dan jangan berani lagi datang kemari tanpa izin dariku. "
Riana menahan tangisnya. Pergi adalah pilihan yang tepat untuk saat ini. Riana menatap Naina yang sedari tadi tersenyum mendengar tiap bentakan yang kekuar dari mulut Arsen untuk membentak Riana.
" Sampai jumpa, kakak sepupu. " Naina menggerakkan tangannya untuk memberikan kesan selamat jalan.
Naina, jika Arsen tida mau kembali kepadaku, maka kau juga tidak boleh mendapatkan Arsen. Kau tidak pantas! sedari kecil, akulah yang paking cantik dan menarik. Akulah yang selalu menjadi bintang. Dan kau, hanya sebuah titik hitam yang bahkan tidak pernah di pandang oleh orang lain.
Arsen kini mengalihkan pandangannya kepada wanita pujaannya itu. " Kemarilah! " Arsen menepuk sebelah pahanya. Tentu saja, maksudnya adalah, Naina harus duduk disana.
Setelah Riana benar-benar pergi, Naina mengikuti apa yang arsen perintahkan. Dia dengan santainya duduk dipangkuan suaminya itu.
" Kau bodoh atau apa? " Tanya Arsen sembari mendorong jidat Naina pelan.
Naina hanya bisa mendesah sebal dengan apa hang dilakukan oleh Arsen.
" Apa? memang aku bodoh di sebelah mana? " Tanyanya yang belum mengerti maksud dari pertanyaan Arsen.
" Kenapa kau tidak marah di sebut, Jal*ng? " Tanya Arsen.
" Aku tidak merasa. Kenapa aku harus marah? " Tanya balik Naina.
Arsen hanya bisa menghela nafas. Dia lupa, kalau Naina adalah ratunya mulut tandas.
______
Arsen dan Naina sudah berada di pelataran rumah Orang tuanya Naina. Mereka berjalan menuju pintu utama dengan tangan yang saling menggenggam erat.
" Selamat malam, Tuan Arsen dan Nona Naina. " Salam dari seorang pelayan saat menyambut kedatangan Naina dan Arsen.
" Selamat malam juga, Bibi. Ibu dan Ayah ada dimana?
" Nyonya sudah menunggu di ruang tengah, Nona.
" Baiklah, terimakasih, Bibi.
" Iya, Nona.
Bibi pelayan rumah itu tersenyum melihat Naina dan Arsen berlalu menuju ruang tengah. Ada perasaan bahagia melihat Naina yang kini terlihat bahagia.
" Ibu? " Sapa Naina saat sudah memasuki ruang tengah.
Ibu menoleh ke arah sumber suara. Matanya terhenti dengan tatapan terkejut melihat tangan Naina dan Arsen saling menggenggam.
Sejauh apa hubungan mereka?
..................