STOP PLAGIAT!!
Kisah Seorang gadis 23 tahun bereinkarnasi menjadi tokoh antagonis dalam novel kesayangannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anviqi Park, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28. Penyergapan
-o0o-
Keesokan harinya Freya dan Arthur mulai berdiskusi dengan pemimpin kesatria tentang penyergapan nanti malam. Mulai dari prajurit sampai kesatria bayangan, semua diatur sedemikian mungkin mengingat para sandera adalah anak-anak kecil.
Setelah semuanya siap mereka langsung turun ke lapangan, sebuah kereta kuda berhenti tepat di depan restoran mewah otomatis salah seorang pelayan datang membukakan pintu.
Perlahan tapi pasti sosok pria tampan turun sembari membantu gadis cantik turun dengan mengandeng tangannya. Siapalagi kalau hukan Arthur dan Freya, berkat penyamaran murni kerja keras Arthur mereka masuk tanpa dicurigai siapapun.
Menunjukan batu emas berlogo khusus pada pelayan membuat wajah ramah mereka berubah serius, benar saja setelah itu mereka diarahkan ke lantai dua, memutar satu buku di dalam rak salah satu ruang VIP hingga tampaklah jalan rahasia.
Freya menggenggam tangan Arthur cemas namun berkat sentuhan pria tersebut Freya mulai sedikit tenang. Bagaimana tidak udara dingin sangat terasa apalagi lorong gelap tanpa satupun penerangan.
“Silahkan lewat sini”. Ucap pria pelayan tersebut setelah menyalakan obor.
Arthur melepas jas nya lalu mengenakan pada Freya yang menggigil antara dingin dan takut.
“Istri saya sedang tidak enak badan, tolong berikan minuman hangat setelah ini”.
“Baik tuan”. Balas pelayan tersebut sembari mulai berjalan masuk.
Lima menit mereka berjalan melewati lorong yang memiliki beberapa pintu hingga samar-samar terdengar suara musik dan sorakan membahana.
Benar saja, saat cahaya menyilaukan mata, semakin lama semakin jelas dan sampailah mereka di ruangan pelelangan.
Ruangan bak panggung opera dengan ribuan kursi penonton memenuhi lantai hingga dinding ruangan. Semua orang mengenakan topeng namun jika dilihat dari pakaian sepertinya mereka semua dari kalangan bangsawan.
Freya dan Arthur mengenakan topeng mereka sebelum mendudukan diri di bangku VVIP, dari sana mereka bisa melihat jelas semua penonton dan juga panggung besar.
Tanpa mereka sadari sepasang mata elang menangkap kehadiran mereka hingga timbulah seutas senyuman miring, sosok berjubah tersebut pergi ke balik panggung dengan cepat.
“Luar biasa, ini lebih gila daripada pertunjukan sirkus”. Gumam Freya yang dibalas anggukan Arthur.
“Tetap tenang, acara akan dimulai”. Balasnya dan benar saja lampu tiba-tiba padam kecuali lampu sorot di panggung.
Seorang pria bertopeng dengan jas kuning mencolok datang membawakan acara, dengan semangat berlari memutari panggung sesekali melompat-lompat.
Suasana berubah heboh saat objek pelelangan secara bergiliran datang bersama penjaga mereka. Freya dan Arthur nyaris memucat saat melibat kondisi anak-anak tersebut, penuh luka dan memar. Tatapan mereka kosong tanpa emosi sedikitpun bahkan untuk sekedar menangis tidak bisa.
“Tenanglah istriku, kita bisa menyelesaikannya”. Gumam Arthur menahan tangan Freya yang terkepal erat.
“Tega sekali mereka melakukan itu, mereka seharusnya tumbuh sehat namun lihatlah tubuh mereka kurus dan kecil padahal mereka seumuran dengan Ray”.
“Aku tau tapi kita tidak boleh ceroboh, ikuti rencana awal demi menyelamatkan mereka”.
Kalimat Arthur berhasil menenangkan Freya, gadis itu kembali duduk namun mata bulat itu manatap tajam ke arah MC yang sesekali menarik rambut anak-anak tersebut kasar.
Acara dimulai, para penonton memberikan harga mereka secara bergantian namun penuh nafsu. Seolah-olah di atas panggung itu bukan manusia melainkan makanan lezat beserta pencuci mulutnya.
Dua anak terjual dengan harga tinggi namun mereka masih di atas panggung karna biasanya serah terima akan terjadi saat semua anak sold out.
Giliran anak ke lima setelah 30 menit acara, kali ini seorang pria berpakaian serba putih panjang melebih lantai masuk. Para gadis bersorak riang sepertinya mengagumi pria tersebut namun berbeda dengan Freya.
Awalnya memang kaget namun setelah melihat lebih teliti ekspresinya lebih ke perasaan kenapa-dia-bisa-berada-di sini.
“Istriku”.
“Aku tau”. Balas Freya cepat.
Pria berpakain serba putih tersebut melakukan ritual aneh sampai aura biru keemasan tampak mengelilingi anak-anak. Wajah mereka yang awalnya mengenaskan sembuh seketika seperti tidak pernah terjadi apa-apa namun tatapan kosong mereka masih sama.
“Sudah saatnya”. Bisik Arthur sembari ikut menaruh harga.
Saat Arthur ikut turun tangan perdebatan terjadi, antara bangsawan seberang memperebutkan anak berambut pirang dengan mata biru nan menawan.
Sepuluh menit debat akhirnya Arthur menang, sesuai dugaan bangsawan paruh baya itu murka bangkit dari duduknya. Berteriak kencang hingga wajahnya memerah, menunjuk dengan suara lantang sampai beberapa prajuritnya datang menyerang Arthur.
Sang MC mencoba menenangkan namun suasana sudah terlanjur panas. Derap langkah kaki mulai terdengar dari arah belakang namun dua insan itu tetap diam tanpa bergerak sedikitpun.
“Jangan bergerak!!”. Bentak para prajurit sembari menodongkan senjata mereka.
“Memangnya kalian pikir apa yang kami lakukan sekarang? Berenang?”. Gumam Freya dengan nada malas.
“Selain bodoh ternyata kalian buta juga, bagaimana bisa kalian lolos jadi prajurit bangsawan”.
“DIAM!!”.
“Astaga suamiku, mereka membentak telingaku jadi sakit”. Oceh Freya berpura-pura kesakitan.
“Maafkan aku sayang, tubuhku bergetar melihat benda tajam”.
“Astaga kau lemah sekali, bagaimana bisa aku menikah dengan pria pengecut sepertimu”.
“Jangan salahkan cinta kita. Sayang, kau harus meminta bantuan”.
“Aish dasar menyebalkan. Sehabis ini aku harus mencari suami baru”. Dengus Freya membuang muka.
“Diam!! Kalian berisik jangan sampai pedangku memenggal kalian”.
“Astaga anda suka sekali berteriak tuan prajurit”. Balsnya mempoutkan bibir kemudian menoleh ke arah panggung.
“Hey tuan penyihir apa kau tidak kasihan pada gadis cantik ini? Punya suami tapi lemah, bagaimana nasibku nanti”. Serunya memelas.
Tidak ada respon selama dua menit, sepersekian detik kemudian pria berjubah tersebut sudah berada di depan Freya. Mengejutkan semua orang termasuk para prajurit tadi.
“Ada apa nona manis? Sepertinya ada sangat membutuhkan bantuan”. Suara lembut terdengar pelan memasuki gendang telinga Freya.
“Hiks mohon tolong saya tuan penyihir”.
“Baiklah karna saya pria yang tidak tega pada gadis cantik, jadi-“. Para prajurit membeku sesaat pria berjubah itu menatap mereka hingga....
Ctarr!!
Dari ujung jarinya keluar kilatan petir menyambar menewaskan prajurit dalam hitungan detik, bangsawan yang murka tadi membeku seketika.
“Woahhh hebat. Tuan penyihir selain hebat menari anda mahir membunuh juga”. Seru Freya bertepuk tangan.
“Terima kasih. Itu sudah keahlianku akhir-akhir ini, demi melindungi nona cantik seperti anda”. Balasnya hendak mengecup punggung tangan Freya namun ditepis kasar oleh Arthur.
“Anda memang hebat tapi tidak boleh sembarangan menyentuh istri orang”.
“Astaga maafkan saya tuan. Istri anda sangat cantik membuatku kehilangan kendali”.
“Kalau begitu sebaiknya anda cari istri sendiri, menggoda milik orang lain itu lancang lho”.
“Sayangnya saya juga sudah memiliki istri, saya jadi merindukannya”.
“Oh ya? Kalau begitu istri anda tidak akan keberatan bukan jika anda ikut menuntaskan para tikus ini”.
Dua pria itu sama-sama tersenyum aneh yang hanya mereka berdua yang paham makna dibaliknya. Freya? Jangan tanya, gadis ini hanya menonton berfantasi hal apa yang akan terjadi sebentar lagi.
aku suka..
semangatt sllu yah