Anak kuliahan itu bervariasi dan selama gue kuliah. Gue udah menemukan bahkan bertemu langsung sama tipe-tipe Mahasiswa dan Mahasiswi yang menghiasi kehidupan kampus tercinta. Mulai dari Mahasiswa/i kurang tidur, Mahasiswa/i Stylish, Mahasiswa/i Casual, Mahasiswa Aktivis, Mahasiswi Online Seller dan terakhir yang paling sering gua temui adalah Mahasiswa tak kasat mata. Itu baru tipenya aja, belum lagi para dosen serta penderitaan yang gue dan Mahasiswa/i alami selama kuliah. Penasaran nggak sama kehidupan gue selama dikampus? Kalau penasaran silahkan dibaca dari awal sampai akhir tapi sebagai syarat pendaftaran, kalian cukup bilang 'Hanung Ganteng' karena tingkat kegantengan gue diatas ambang batas, intinya muka gue gantengnya kebangetan melebihi pacar-pacar kalian semua (Bagi yang mau muntah silahkan jangan sungkan-sungkan).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bluerianzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbicara Soal Kebucinan
Masih berlokasi di McD, gue dan yang lain masih membahas soal permasalahan yang kami alami saat pacaran. Yang udah cerita pertama mengenai keluh kesahnya itu Yohan dan sekarang giliran bang Wahyu yang bercerita, padahal sebenarnya gue agak penasaran sama kisah cintanya Faris dengan pacarnya yang berbeda pulau itu, tapi karena bang Wahyu kekeuh pengen cerita sehabis Yohan, jadinya mau nggak mau gue pasang telinga baik-baik buat dengerin keluh kesahnya dia.
"Keluh kesah gue, sebenernya nggak beda jauh sih dari Yohan, tapi—"
Dengan sengaja gue memotong ucapan bang Wahyu. "Kalau nggak beda jauh, kenapa malah cerita?"
"Si Dobleh! Kalau gue ngomong jangan dipotong dulu dong!" Bang Wahyu sewot.
Dan jujur aja, gue rada kesel sama bang Wahyu, soalnya dia tuh kalau lagi sewot atau kesel pasti nama orang selalu diganti-ganti segampang bulu keteknya tumbuh.
"Oh, jadi elo si Dobleh yang udah tinggalin temennya sendirian di tengah jalan? Nggak setia kawan banget lo jadi temen, mana tuh dua temen lo yang lain? Si Jamal sama si kabur?"
Ini lagi, bang Radit ikut-ikutan. Mana bawa-bawa nama pak Jamal bokapnya Indira, kalau semisal Indira denger nama bokapnya dibawa-bawa, gue yakin banget kalau bang Radit bakalan kena gaplok yang pake kekuatan badak ngamuk.
"Apaan sih, Bang? Elo kok jadi nggak jelas gini?" Gue berucap dan bukannya dijawab bang Radit malah cekikikan.
"Guys, please. Kalau mau adu bacot nanti aja kalau gue udah selesai cerita, oke?" Bang Wahyu berujar seraya menatap gue dan bang Radit secara bergantian.
Dan sebelum bang Wahyu kembali bercerita, dia menyempatkan diri buat berdeham pelan.
"Jadi begini, gue punya pacar namanya Resa. Kalau Rinjani pake kuku-kukunya Yohan buat di kuteks, kalau gue malah disuruh pake heels sama Resa waktu kondangan dipernikahan sepupunya, gila nggak tuh?!" Di akhir kata bang Wahyu heboh sendiri, padahal reaksi temen-temen yang lain biasa aja termasuk gue.
"Iya, lo emang gila! Kenapa mau aja digituin? Emang lo nggak merasa kalau harga diri lo diinjak-injak?" tanya bang Adam, karena mungkin dia geregetan sama temennya yang satu itu.
"Kan gue bucin, Dam. Jadi kalau pacar mau apa aja ya harus gue turutin lah." Dengan bangganya bang Wahyu tersenyum.
Kalau yang gue lihat dari ekspresi kesal bang Adam setelah mendengar jawaban bang Wahyu yang bikin geleng-geleng kepala. Mungkin, kalau mereka nggak terhalang oleh meja bang Adam bakalan tabok bang Wahyu duluan, terus bang Wahyu tabok balik, terus terjadilah adegan tabok-tabokan kayak anak kecil yang baru belajar berantem.
Gue, Geo, dan Faris sebagai anggota Dear One, udah nggak asing lagi sama kelakukan para tetua yang suka main tabok-tabokan itu.
"Berarti kalau pacar lo minta lo nyolong emas tiga ton, lo nurut gitu?" Kali ini bang Radit yang berkomentar.
"Ya, enggaklah! Ngapain? Soalnya kan gue yang punya toko emasnya, hahaha."
Gue rasa bang Wahyu bener-bener minta ditabok, buktinya aja udah ada dua orang yang natap dia kesal, yang pertama bang Adam dan kedua bang Radit.
Omong-omong, gue agak bingung soal bang Wahyu yang katanya disuruh pake heels sama pacarnya. Soalnya begini, bang Wahyu itu kan udah tinggi bahkan tingginya mencapai seratus delapan puluh sentimeter lebih, tapi kenapa dia disuruh pakai heels? Dan begonya dia malah mau.
Mendadak gue menaruh curiga, jangan-jangan yang dateng ke kondangan sepupunya pacarnya bang Wahyu itu kebanyakan bambu sama tiang listrik?
"Btw, kenapa dia nyuruh lo buat pake heels? Abang kan udah tinggi." Faris berkomentar dan pertanyaannya itu sesuai dengam apa yang gue pikirkan tadi.
Dengan santainya bang Wahyu angkat kedua bahunya. "Enggak tahu, katanya sih mau lihat seberapa bucinnya gue." Setelah mengatakan hal tadi, dengan bodohnya bang Wahyu ketawa.
"Wah, ini sih. Kebodohannya udah di bawah rata-rata, udah nggak bisa ditolong lagi," celetuk Yohan dan mendapat pukulan manja dari bang Wahyu.
"Untung gue jomblo, jadi amanlah dari yang namanya bucin-bucinan," sahut bang Radit, karena emang di sini dia doang yang jomblo, sebenernya Geo juga jomblo sih tapi dia udah punya gebetan.
Yang gue tahu, Geo itu udah gebet si cewek sejak setahun yang lalu dan sampai saat ini dia belum menyatakan perasaannya, dan katanya sih dia sengaja nggak nembak si gebetan karena dia lagi nunggu waktu yang pas dan kedua dia lebih nyaman HTS alias Hubungan Tanpa Status. Tau deh, kadang gue suka prihatin sama jalan pikirannya itu, karena mana ada sih perempuan yang mau digantungin kayak sem*pak di jemuran???
"Kalau lo sama Indira gimana? Ada keluh kesahnya juga nggak?"
Pertanyaan yang tercetus dari mulut bang Adam, membuat semua mata tertuju padaku.
"Hm, apa ya? Dari awal pacaran sampai sekarang sih nggak ada yang berubah, sama kayak dulu, waktu gue sama dia masih temenan."
"Kalau kebucinan lo sama dia, gimana?" tanya bang Radit.
"Masih wajar, nggak separah bang Wahyu. Tapi nggak beda jauh sih dari Yohan," jawab gue sambil cengengesan.
Sontak saja, bang Radit yang mendengar jawaban gue memutar bola matanya kemudian berkata, "Itu mah, bukan masih wajar namanya. Tapi udah level delapan puluh dari level seratus."
Yohan yang tadi kebetulan namanya gue sebut, malah ikut cengengesan sama kayak gue.
"Kalau orang ketiga, gimana? Mantannya Indira tiba-tiba muncul nggak kayak Rinjani?" Sekarang giliran si Yohan nanya.
Gue menggeleng pelan. "Nggak, kalau gue bahas soal mantannya. Dia pasti selalu jawab kalau semua mantannya udah dimasukin ke botol cuka."
"Ah, atau jangan-jangan yang ngerusak hubungan lo sama Indi, malah mantan lo?"
Untuk kedua kalinya, gue menggeleng setelah mendengar pertanyaan Geo. "Nggak mungkin, Yo."
"Kenapa?"
"Soalnya mantan gue, udah gue kutuk jadi pot kembang."
Berhubung di sini ada dua orang yang receh alias gampang terhibur, Yohan dan Faris, keduanya malah sibuk ketawa setelah mendengar jawaban gue yang super melantur itu.
Dan obrolan kami masih berlanjut, setelah gue yang bercerita, sekarang giliran si Faris. Dan menurut apa yang gue dengar dari ceritanya dia itu. Faris sama pacarnya ini lagi dalam masa-masa kerenggangan alias terancam putus, dan ternyata masalahnya lebih kompleks dari kami semua.
Karena emang susah sih, kalau menjalin hubungan jarak jauh sama seseorang yang beda pulau, banyak banget rintangannya udah kayak ikutan ninja warrior, tapi untungnya Faris masih sabar buat ngejalaninnya.
Omong-omong, waktu itu pacarnya Faris sempat tinggal di daerah yang sama cuma kata Faris waktu bokap pacarnya naik jabatan dan dipindah-tugaskan, jadi mau nggak mau keluarga pacarnya Faris harus ikut pindah, mengikuti kepala keluarganya.
Dan kalau bang Adam sih, gue yakin seribu persen kalau yang bucin itu bukan dia tapi pacarnya. Jangankan pacarnya, cewek yang baru kenal aja pasti bakalan bucin sama dia, apalagi kalau udah denger suara bang Adam nyanyi, udah deh. Deretan bucin-bucinnya bisa ngalahin panjangnya gerbong kereta api. Mantul nggak tuh?
kangen sama Hanung dan Wati 🤩🤩🤩🤩🤩
SEMANGAT KAK! FIGHTING!
😍
Realitanya : Gustiii T_T Hanung aja kalah ganteng.