Pewaris Ilmu Pengobatan Terhebat

Sherlene sedikit bingung dengan apa yang telah terjadi di depannya, dia juga wakil kapten tim kriminal yang bermartabat, ternyata ada seseorang yang berani menghancurkan mobilnya.

Dia sudah kesal gara gara Brian, sekarang emosinya hampir meladak!

Dia menendang pintu mobil, melompat keluar dari mobil, menuding si botak dan berteriak, “Apa yang kalian lakukan?”

Melihat sikap orang orang ini, Brian tahu pasti Nicho lah yang telah menyuruh mereka datang ke sini.

Namun dia tidak terburu buru untuk menyerang, karena orang orang yang tidak tahu diri ini telah memprovokasi orang orang keluarga Hanata, dia tentu saja akan menonton keramaian dengan senang hati di sini.

Dia juga turun dari mobil dan berdiri di samping Sherlene, dia menatap tajam kearah preman di depannya itu.

Sherlene berteriak kepada para preman di depannya, “Jongkok semua, letakkan tangan di atas kepala, aku seorang polisi.”

Si botak itu baru saja tiba di Kota Jasin, tentu saja dia tidak mengenal wakil kapten tim krimina di depannya.

Matanya yang mesum terus berkeliaran di tubuh Sherlene, lalu berkata dengan menggoda, “Cewek manis, kamu tidak pantas menjadi seorang polisi, kenapa tidak mengatakan kalau kamu adalah kapten tim kriminal saja?”

“Kamu benar sekali, aku adalah wakil kapten tim kriminal. Cepat lepaskan senjata di tanganmu dan letakkan tanganmu di atas kepala.” jawab Sherlene dengan penuh wibawa

Namun ternyata si botak tidak percaya dan berkata dengan nada meremehkan, “Kamu membosankan sekali, kamu kurang heboh membualnya, tidak ada keberanian sama sekali, hanya membual menjadi wakil kapten.” Si botak tertawa terbahak bahak sebentar, lalu lanjut berkata, “Kamu merasa mudah untuk menipu kami?”

“Kalau kamu adalah wakil kapten, maka aku adalah Kapolsek.”

Pada saat itu, pria berambut pirang mendekat dan berkata, “Kak, cewek ini sangat cantik, kenapa kita tidak membawanya pulang saja untuk bersenang senang?”

“Ide yang bagus,” kata si botak, “Saudaraku, patahkan kedua kaki anak itu. Bawa cewek itu pulang, kita akan bersenang senang malam ini.”

“Oke.”

Pria berambut pirang terpesona oleh Sherlene dari tadi, dia segera mengulurkan tangan untuk meraih Sherlene.

Brian sudah melihatnya Ketika dia mendoagnosis penyakit Sherlene. Gadis ini telah berlatih master bela diri sejak dia kecil. Meskipun dia belum melangkah ke ambang master seni bela diri, dia sudah jauh lebih kuat dari pada orang biasa.

Benar saja, Sherlene yang sudah penuh amarah pun meraung, “Kamu cari mati!”

Setelah mengangkat kakinya, sepatu hak tinggi sepanjang sepuluh sentimeter itu menendang perut pria berambut pirang dengan keras.

Sebelum semua orang sempat menikmati kakinya yang panjang, ramping dan lurus, pria berambut pirang sudah ditendang hingga terhempas dan jatuh di depan si botak.

“Ah!”

Pria berambut pirang itu menjerit kesakikan, dia merasa bahwa ususnya hampir putus, dia juga berguling guling di tanah dengan kesakitan.

“Cewek manis, kamu ternyata seorang petarung ya.” Meskipun si botak itu sedikit terkejut, dia tidak terlalu peduli, hanya berkata sambil mencibir, “Agak menarik, serang bersama, aku ingin lihat dia mampu melawan berapa orang.”

Adapun Brian yang berada di sebelahnya benar benar diabaikan oleh mereka, si botak merasa dia bisa menampar pemuda tampan yang lemah seperti itu sampai mati dengan satu tamparan kapan saja.

Jadi para preman tidak menghiraukan Brian dan menyerang Sherlene satu demi satu. Awalnya, mereka menyerang dengan tangan kosong. Kemudian, mereka bahkan menggunakan pisau, pipa baja, tetapi mereka tetap saja tidak menjadi lawan Sherlene yang Tangguh.

Beberapa menit kemudian, orang orang ini dipukuli hingga jatuh dan terdengar jeritan kesakitan dimana mana.

Pada jarak sekitar lima puluh meter dari mereka, terparkir sebuah mobil SUV, Nicho sedang duduk di dalam mobil sambil mengawasi segala sesuatu di depannya.

Di sebelahnya duduk seorang pria paruh baya berkacamata hitam besar dan bertato ular kobra yang mengerikan di dadanya.

Dia adalah kepala preman terkenal di daerah ini, bos dari si botak dan gerombolannya, karena perilakunya yang kejam, semua orang memanggilnya Kobra.

Melihat bahwa semua orang yang dia panggil dikalahkan oleh Sherlene, Nicho berkata dengan cemas, “Kak Kobra, anak buahmu tidak begitu jago, bagaimana bisa mereka semua bisa dikalahkan oleh seorang Wanita?”

Kobra bersikap acuh tak acuh, dia menghisap cerutu di tangannya dan berkata, “Kenapa kamu terburu buru? Mereka hanya anak buah. Master sejati diantara anak buahku adalah Kepala Besi.”

“Dia telah berlatih seni beladiri di kuil Shaolin sejak dia kecil, dia telah menguasai seni bela diri yang kuat, terutama kepala besinya, yang hampir kebal terhadap pedang dan senjata.”

“Jangan khawatir, dia sedang bermain tarik ulur dengan Wanita itu, dia akan segera bertindak sebentar lagi.”

Nicho menghela napas lega, lalu mengambil sebuah koper hitam dari samping dan berkata, “Kak Kobra, ini adalah 400 juta yang telah kita sepakati, aku ingin kedua kaki anak itu.”

“Lempar ke dalam mobil, aku selalu menepati janjiku.” Selesai mengatakan itu, dia tiba tiba mengerutkan keningnya sambil menatap Sherlene, “Siapa Wanita ini? Kenapa dia terlihat sangat familiar?”

Dia awalnya mengenal putri lulung dari Keluarga Hanata, yang paling penting dalam dunia preman adalah harus bermata jeli, harus mengetahui bahwa ada beberapa orang di Kota Jasin yang sama sekali tidak boleh diprovokasi, yang harus selalu diingat oleh mereka semua.

Namun, lokasi mereka agak jauh dari tempat Sherlene berada, mereka selalu melihat punggung Sherlene dari sudut ini, untuk sementara waktu, Kobra hanya merasa sedikit familier tetapi tidak mengenalinya.

Nicho berkata acuh tak acuh, “Untuk apa peduli padanya, dia hanya Wanita yang mengendarai Jetta yang jelek, memang bisa memiliki latar belakang seperti apa?”

Mendengar apa yang dia katakan, Kobra juga menjadi lebih santai. Memang benar, putri putri orang kaya di Kota Jasin yang mana yang tidak mengendarai mobil mewah bernilai miliaran rupiah, mana ada yang akan mengendarai sebuah mobil Jetta jelek seperti itu?

Dia tidak pernah menduga bahwa Jetta ini secara khusus dikendarai oleh putri sulung Keluarga Hanata untuk Brian.

Pada saat ini, si botak melihat bahwa semua bawahannya telah dikalahkan, dia pun maju dua langkah dan berkata dengan arogan, “Cewek cantik, keterampilanmu memang sangat bagus, semakin galak seorang Wanita, akan semakin manarik, kamu sangat sesuai dengan kriteriaku dan seleraku.”

“Hanya saja, aku beri tahu padamu, kamu tidak akan sanggup melawanku, cepat datang ke pelukanku dengan patuh, aku tidak akan meminta pertanggung jawaban mu atas apa yang telah terjadi hari ini.”

“Pergi dan mati sana!” Sherlene semakin marah Ketika mendengar ucapan si botak.

Kemudian Sherlene berteriak dengan marah, mengangkat tangannya dan meninju wajah si botak.

Senyuman pun tersungging di bibirnya si botak itu, dia sedikit menundukkan kepalanya dan menangkis pukulan Sherlene dengan kepala botaknya yang besar.

Hanya suara renyah yang terdengar, tinju itu menghantam kepala si botak dengan kencang.

Alhasil, si botak berdiri di sana tanpa bergerak, tetapi Sherlene mundur beberapa Langkah.

Dia merasa sakit yang membakar di tangannya, seolah olah tulangnya hancur. Dia mengangkat tangannya dan melhatnya, kepalan tangannya yang putih dan halus sudah bengkak.

Kepala botak itu mengangkat tangannya dan menyentuh kepalanya yang besar, lalu berkata sambil tersenyum, “Bagaimana,cewek manis? Sekarang kamu sudah tahu seberapa kuat aku, ‘kan?”

Sherlene memiliki tempramen yang keras kepala, dia tidak akan mengakui kekalahan dengan mudah, dia mendengus dan menyerang si botak lagi.

Namun, kali ini dia tidak menggunakan tinjunya lagi, dia menggunakan kakinya, dia menggunakan kakinya, dia menyepak dari atas ke bawah.

Brian memandangnya dan menggelengkan kepalanya, tenyata memang benar bahwa Wanita yang berdada besar tidak berakal.

Jelas bahwa kepala besi orang ini sangat kuat, tetapi Sherlene masih saja memukul kepalanya, apa tidak bisa mengubah sasaran? Seperti menendang testisnya.

Sherlene tidak memikirkannya sama sekali. Pada saat ini, kakinya yang Panjang telah mengenai kepalanya si botak lalu hanya terdengar suara retakan. Tidak ada kerusakan pada kepala botak itu tetap tumit setinggi sepuluh sentimeter itu langsung patah.

Dia jelas tidak memiliki persiapan mental untuk ini. Ketika dia menarik kembali kaki kanannya, satu kaki tinggi dan satu kaki rendah sehingga dia tersandung dan hampir jatuh ke lantai.

Ketika dia menstabilkan tubuhnya, dia melihat wajah si botak yang tersenyum cabul muncul di depannya dan tangannya yang berbulu meraih ke arah dadanya.