NovelToon NovelToon
Aku Dibenci Ayah

Aku Dibenci Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Konflik etika
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Taurus girls

Ini kisah nyata tapi kutambahin dikit ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Langit sudah gelap tapi tidak ada bintang yang gemerlap seperti biasanya. Langit gelap itu justru terlihat murung dan mungkin sebentar lagi bisa saja akan turun hujan.

Sendi gelisah karena dirinya masih dalam perjalanan pulang selepas mencari rumput untuk kambing-kambingnya. Sendi sengaja berjalan kaki karena ingin menghemat bahan bakar motornya. Mengingat dia sudah tidak punya uang lagi untuk membeli bensin. Uang yang sisa tiga puluh ribu itu sudah Sendi berikan pada Ella untuk membayar ice cream mereka.

"Jangan hujan dulu. Aku belum sampe rumah," ujar Sendi dalam kesendirian, sambil terus berjalan dan dengan wajah yang menengadah, menatap langit yang gelap karena tertutup awan hitam. Padahal waktu baru pukul tujuh belas lewat tiga puluh menit. Harusnya masih ada cahaya dan tak segelap sekarang ini.

Suara gemuruh petir mulai terdengar dikejauhan. Sesekali kilat menyala dan nampak menyeramkan, pun juga menakutkan. Sendi mempercepat langkahnya dengan segulung rumput yang lumayan berat diatas kepalnya. Berharap hujan akan turun disaat dirinya sudah sampai dirumah.

Tapi sepertinya Tuhan sedang tidak berpihak pada Sendi. Karena rintik hujan mulai turun mengenai kedua tangan Sendi yang memegangi segulung rumput diatas kepalanya.

Sendi semakin mempercepat langkah dan butuh beberapa menit akhirnya Sendi sampai dirumahnya. Tepat saat itu juga hujan turun semakin derasnya. Walaupun Sendi sudah cukup basah tapi bersyukur karena tidak terlalu lama kehujanan.

Begitu Sendi menurunkan rumput dari atas kepala. Suara kambing-kambingnya terdengar berisik. Mereka mengembekkk seolah tahu makanan mereka telah siap tersaji. Sendi tahu mereka selalu kelaparan disore hari karena dirinya yang selalu telat memberi mereka makan.

"Makan yang banyak ya para kambing. Habiskan dan jangan sampai ada yang tersisa. Karena aku mencarikan untuk kalian dengan sepenuh hati dan penuh perjuangan."

Sendi tersenyum melihat para kambing yang mulai makan rumput dengan rakusnya. Mereka memakan rumput-rumput yang sudah Sendi letakan ditempat yang seharusnya. Sangat lahap.

Sendi sudah basah karena kehujanan sebentar, tapi dia tidak segera ganti pakaian. Sendi justru berdiam diri melihat kambing itu dengan kilas masalalu yang melintas dikepalanya.

Wajah ibu terlintas disaat ibu menyambutnya pulang sekolah. Disaat ibu cerewet memintanya untuk makan karena dirinya selalu telat makan. Selalu memberi uang tanpa Sendi meminta. Hingga dulu disaat ibu masih ada. Sendi tidak pernah kebingungan uang. Walaupun tidak banyak, tidak sampai berjuta-juta, tapi Sendi tidak sampai bolos sekolah berhari-hari karena tidak punya uang.

"Hufff... Entahlah, kenapa ibu sama ayah berbeda? Padahal mereka sama-sama orangtua gue," ujarnya bicara sendirian.

Sendi menyudahi mengamati kambingnya. Sendi masuk kedalam rumah, mengambil handuk dan pergi mandi. Setelah beberapa menit sudah selesai mandi dan berpakaian. Sendi menuju ruang makan sederhananya. Sendi membuka tudung saji usang peninggalan ibu.

"Hah?"

Sendi tercengang melihat meja yang di sana hanya ada sepiring nasi saja. Tidak ada piring atau mangkuk lainnya yang berisi sayur atau apa. Sendi mendesah pelan. Perutnya sudah sangat lapar karena sejak pulang sekolah dia belum makan. Sendi hanya makan ice cream satu dan itu tidak membuat dirinya kenyang sama sekali.

"Hah... ayah lupa masak apa gimana ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Sendi pun meletakan tudung saji seperti semula. Sendi berjalan keluar dari ruang makan untuk menemui Ayah yang kemungkinan ada di kamarnya. Karena biasanya ayahnya akan tidur di sore hari. Ayah juga sepertinya lelah karena seharian ada di kebun.

"Ayah,"

Sendi berseru sambil mengetuk pintu kamar ayahnya. "Ayah lupa masak?" serunya lagi.

Tapi sampai menit ke sepuluh Sendi tidak merasakan tanda-tanda Ayahnya berada di dalam. Karena ingin memastikan ada ayah atau tidak di dalam kamar, Sendi membuka pintu kamar itu dan di lihatnya kasur tidur ayah yang tergeletak di lantai, kosong. Ayah tidak ada di kamarnya.

"Ayah kemana? Hujan lho ini,"

Sendi kembali menutup pintu kamar itu. Dengan keadaan perut yang lapar Sendi menuju kembali ke ruang makan. Sendi membawa sepiring nasi itu ke dapur sederhananya. Sendi berniat membuat nasi goreng saja.

Namun, apa yang terjadi? Sendi mengerang ketika melihat tempat bumbu yang ada di bawah meja kompor yang terbuat dari kayu itu kosong, tidak ada isinya, tidak ada bumbu apapun.

"Huh...!"

Sendi kesal.

Sendi meletakan wadah bumbu itu sedikit kasar dia membawa nasi itu kembali ke ruang makan. Sendi melangkah keluar setelah menutupi sepiring nasi itu dengan tudung saji. Langkahnya sangat pasti untuk menuju rumah seseorang, mbak Kiki.

"Mbak..."

Sendi masuk ke dalam rumah mbak Kiki, terlihat di rumah itu sepi. "Mbak..." panggilnya lagi dan kali ini mendapat sahutan.

"Iya, bentar..."

Terdengar suara mbak Kiki dari dalam kamarnya. Mungkin mbak Kiki tadi sedang tidur.

"Kenapa, Dek?" tanya Kiki, dia keluar dari kamarnya sambil menguap, pun mengacak rambutnya yang di potong sebahu. Warna rambutnya yang hitam pekat terlihat sangat sehat dan ternutrisi. Entahlah, padahal Sendi juga tahu kalau mbak nya itu cuma mandi pakai sampo ma.ratusan.

"Mbak masak apa? Aku mau minta makan mbak. Laper banget," Sendi meringis kecil sambil mengusap perutnya yang tipis itu.

"Mbak masak tahu bacem sama pecel. Makan aja," katanya berjalan menuju meja makan yang di ikuti oleh Sendi.

Kiki membuka tudung saji warna pink miliknya. Lalu membuka penanak nasi yang ada di meja itu juga, bersebelahan dengan lauk yang Kiki letakan di sana.

"Sana makan, tapi nasinya udah nggak anget,"

"Nggak papa mbak, yang penting aku bisa makan. Ayah nggak masak soalnya, bumbu juga pada abis, padahal tadi aku mau bikin nasi goreng,"

Sambil mengambil piring di rak kecil dekat penanak nasi. Sendi menceritakan apa yang tadi dia alami dengan nada yang sedikit kesal. Bagaimana tidak kesal? Sudahlah kehujanan tapi mau makan tidak ada yang bisa di makan. Itu kan bikin orang emosi ya termasuk Sendi ini.

"Bapak kan punya uang masa bumbu nggak ada? Ngarang banget," Kiki berujar sambil mengambil gelas cangkir bening hadiah beli kopi di warung, lalu menuangkan air putih di cangkir itu untuk Sendi. Meletakannya di depan Sendi yang sudah mulai makan. Dia keliatan beneran kelaparan di lihat dari cara makannya Sendi yang begitu lahap.

"Nggak tahu, Ayah nggak cerita sama aku." jawab Sendi di sela makan.

Kiki mendudukan pantat di kursi plastik kecil yang biasa di pakai untuk duduk suaminya pas lembur. Menatap Adiknya yang sedang makan.

"Kamu lho ya. Eh, bukan cuma kamu tapi Haya juga. Manggil bapak dengan sebutan ayah. Beda sama mbak dan mas Maslim yang manggil bapak dengan panggilan Bapak. Keliatan banget beda generasi." ujarnya lalu terkekeh, membuat Sendi yang sedang makan menoleh kearahnya sebentar.

"Lho iya ya? Baru nyadar aku," Sendi terkekeh juga dan kembali makan, malah ingin nambah karena masih sangat lapar, benar-benar lapar, malah bisa di bilang kalo dirinya beneran kelaparan.

Jika ibu masih ada. Gue nggak bakal kelaparan begini...

1
Aksara_Dee
kasian banget sama Sendi 🥺
Aksara_Dee
dicky udah gemes banget pengen ke pelaminan yak
ADEF
bagus novelnya kalian semua wajib baca. disini ada sedihnya ada kehangatan antar pertemanan namun juga ada konflik keluarga juga yang bisa mengingatkan kita akan betapa pentingnya dukungan dan suport serta kasih sayang dari keluarga terutama orang tua. semangat untuk kak authornya semoga karyanya sukses selalu aamiin..
ADEF
bagus novelnya kalian semua wajib baca. disini ada sedihnya ada kehangatan antar pertemanan namun juga ada konflik keluarga juga yang bisa mengingatkan kita akan betapa pentingnya dukungan dan suport serta kasih sayang dari keluarga terutama orang tua. semangat untuk kak authornya semoga karyanya sukses selalu aamiin..
Ilham
BG lanjut
Cakrawala: oke...............
total 1 replies
ADEF
kasian banget masa diusir
Aksara_Dee
anakmu sakit pak Roni
ADEF
lah kok gitu si ayah
ADEF
hahaha
ADEF
emang ganteng si sendinya ya
ADEF
dasar si Agel
ADEF
sdorang ibu tidak akan membiarkan anaknya kelaparan. dia rela tidak makan asal anaknya makan. biasanya. ssmangat sen selalu sabar ya
ADEF
wadidaw dicky oh ya elaaah
ADEF
sendi keren nggak pelit sama cewek
ADEF
mau
ADEF
knp debar
ADEF
tega bngt
ADEF
kasihan bngt sendi
ADEF
emosian si ayah nggaj suka gue sama dia
ADEF
bensin 12 500 mie ayam 12 ribu. abis dong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!