Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 Menyadari Sesuatu.
Jari-jari Cilla bergerak dan perlahan matanya terbuka. Suara nafasnya terhembus masih belum stabil, pandangannya masih rabun melihat isi ruangan tersebut. Tetapi Cilla dapat memastikan bahwa itu berada di rumah sakit.
Cilla mendengar suara berbicara sangat pelan membuatnya menoleh ke arah suara tersebut. Ternyata Rasyid sedang melaksanakan sholat malam di tengah keheningan di dalam ruangan itu.
Cilla terus melihat suaminya yang Sholat dengan khusyuk. Cilla memejamkan mata perlahan mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya. Ternyata Rasyid menemukan dirinya tidak sadarkan diri dan pada saat itu Cilla masih sempat membuka mata dan melihat bahwa Rasyid menggendong tubuhnya.
Cilla juga mengingat bagaimana dia menjudge suaminya yang tidak paham agama.Rasyid memang tidak perlu memperlihatkan ibadahnya kepada orang lain.
Dari dia menunaikan sholat di seper 3 malam sudah memperlihatkan bagaimana Rasyid yang taat pada agamanya.
"Kamu sudah bangun!" Cilla membuka mata kembali ketika mendengar suara Rasyid.
Rasyid ternyata sudah selesai sholat berdiri di samping ranjang dengan sajadah yang masih dia pegang.
Rasyid kemudian berjalan menyimpan sajadah tersebut di atas sofa mengambil air putih dan kembali menghampiri Cilla.
"Mau minum?" tanya Rasyid.
Cilla mengangguk pelan.
Rasyid sedikit membungkuk dan membantu istrinya untuk meneguk air putih tersebut dengan memegang punggung Cilla dan mengangkatnya sedikit. Kemudian mengembalikan posisi sang istri ketika sudah beristirahat kembali.
"Bagaimana keadaan kamu?" tanya Rasyid.
"Sudah enakan," jawab Cilla.
"Syukurlah, kamu sebaiknya istirahat. Kamu harus memulihkan tenaga, kamu lemas karena banyak menghirup racun," ucap Rasyid membuat Cilla menganggukkan kepala.
Saat Rasyid ingin pergi tiba-tiba tangannya ditahan dengan tangan kecil Cilla memegang telapak tangan itu. Rasyid menatap nanar istrinya.
"Aku seharusnya mendengarkanmu, jika tidak diizinkan untuk pergi dan maka seharusnya mendengarkan. Aku melupakan diriku jika sudah menikah, mungkin ini teguran untukku karena tetap pergi walau dilarang," ucap Cilla menyadari kesalahannya.
Rasyid menghela nafas dan kemudian mengambil tangan istrinya itu dan dia menumpuk dengan kedua tangannya.
"Ini sudah terjadi dan jika menyadari, maka lain kali jangan melakukan. Sekarang istirahatlah. Besok pagi aku akan menjelaskan apa yang terjadi di pabrik," ucap Rasyid membuat Cilla menganggukkan kepala.
Rasyid dengan lembut kembali meletakkan tangan istrinya dan menarik selimut, kemudian Rasyid menuju sofa. Dia membiarkan istrinya untuk beristirahat dan dia juga mencari kesibukan dengan membaca buku.
Cilla memang masih belum pulih dan bahkan berbicara juga tidak stabil. Perlahan matanya kembali terpejam.
****
Pagi ini kondisi Cilla sudah jauh lebih baik dari sebelumnya dan bahkan dia sedang menikmati sarapannya bersandar di punggung ranjang. Cilla juga tidak membutuhkan orang lain untuk menyuapinya karena dia bisa makan sendiri.
Sementara Rasyid duduk di sampingnya menggunakan kursi.
"Bagaimana bisa pabrik terbakar?" tanya Cilla.
Sejak tadi dia memang menunggu informasi yang akan diberikan Rasyid kepadanya.
"Tidak terbakar, ditemukan alat di sudut kamar mandi yang mengeluarkan gas beracun dan dengan begitu asap keluar begitu banyak seperti terjadi kebakaran," jawab Rasyid menjelaskan dengan singkat.
"Jadi maksud kamu di dalam ruangan itu yang sebenarnya terjadi pusat insiden itu?" tanya Cilla.
"Benar! seperti apa yang aku katakan sebelumnya, ada alat di kamar mandi," jawab Rasyid.
"Itu merupakan kelalaian atau sengaja ditaruh di sana?" tanya Cilla.
"Benda seperti itu sangat mahal dan tidak dibutuhkan di kamar mandi, bisa dikatakan sengaja ditaruh di sana, aku juga sudah memeriksa benda tersebut dan ketika benda itu dihidupkan 1 jam kemudian gasnya akan mulai keluar dengan cepat bersamaan dengan asap yang tebal," jawab Rasyid.
"Aku pergi ke pabrik karena ingin memberikan kesempatan kepada Kak Arbil untuk membuktikan bahwa dia tidak melakukan penggelapan dana di pabrik. Kak Arbil berusaha memberi bukti-bukti kepadaku dan dia juga memberikan laptopnya dan data-data tentang pabrik. Apa itu artinya benda tersebut sengaja ditaruh di kamar mandi untuk mencelakaiku?" tebak Cilla dengan penuh kecurigaan.
Rasyid diam tidak merespon dugaan istrinya itu.
"Apa jangan-jangan. Kak Arbil sengaja melakukan hal ini untuk mencelakaiku agar aku tidak menemukan bukti-bukti bahwa dia melakukan penggelapan dana atau dia takut aku melaporkan semua ini kepada Kakek dan caranya dengan melakukan hal sekeji ini kepadaku?" tanya Cilla dengan semua dugaannya tertuju pada Arbil. Karena memang Arbil orang yang patuh di curigai.
"Saya tidak bisa memberi jawaban, karena saya belum menemukan bukti bahwa beliau terlibat atas peletakan benda tersebut," jawab Rasyid bukan tipe sembarangan curiga atau menuduh seseorang jika bukti tidak dia pegang.
"Ya Allah, jika memang itu terjadi. Aku tidak menyangka jika Kak Arbil akan setega itu kepadaku. Padahal selama ini aku mengenalnya sangat baik," ucap Cilla dengan raut wajah tampak sedih.
"Saat ini Metta masih menyelidiki lokasi. Pasti akan segera ditemukan petunjuk apakah memang benar-benar benda itu sengaja diletakkan atau tidak," ucap Rasyid.
Cilla menganggukkan kepala dengan wajah tampak sedih.
Tiba-tiba pintu ruang rawat itu dibuka. Miska ternyata menjadi tamu Cilla.
"Cilla!" Miska langsung menghampiri keponakannya dan membuat Rasyid berdiri dari tempat duduknya memberikan ruang untuk Miska.
"Tante," sahut Cilla.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Miska terlihat begitu khawatir mengusap pucuk kepala keponakannya itu.
Alhamdulillah Cilla sudah baik-baik saja. Racun di tubuh Cilla sudah tidak ada lagi," jawab Cilla.
"Alhamdulillah, Tante senang mendengarnya. Tante juga kaget mendengar laporan dari Arbil jika pabrik mengalami kebakaran. Polisi yang menyelidiki kasus ini dan semoga semua cepat selesai," ucap Miska.
"Siapa yang melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib?" tanya Cilla.
"Arbil, ketika melihat kondisi pabrik, membuat Arbil melaporkan kejadian itu kepada pihak berwajib dan pihak berwajib sekarang sedang menyelidiki apa yang terjadi di pabrik," jawab Miska.
"Jika Kak Arbil sengaja melakukan semua itu kepadaku agar aku tidak menemukan bukti-bukti dan juga tidak melaporkan perbuatannya kepada Kakek. Tidak mungkin dia melaporkan kejadian itu sendiri kepada pihak berwajib,"
"Tetapi semua bukti tertuju padanya, aku tiba-tiba dipanggil ke ruangannya dan di dalam kamar mandi ditemukan benda tersebut, kemudian beliau meninggalkanku dan saat aku mencoba untuk menyelamatkan diri pintu dikunci. Ya Allah, hamba bukannya berburuk sangka kepada saudara hamba sendiri. Tetapi Bagaimana hamba tidak curiga, jika semua ini sudah terjadi di depan mata," batin Cilla.
"Cilla" tegur Miska saat melihat keponakannya itu diam melamun.
"Kamu memikirkan sesuatu?" tanya Miska.
"Tidak Tante! Cilla hanya berharap masalah ini cepat selesai dan Polisi menemukan petunjuk apa yang terjadi sebenarnya di pabrik. Cilla juga berterima kasih kepada Tante sudah mau datang menjenguk Cilla," ucap Cilla.
"Iya Cilla, Tante juga mengharapkan hal yang sama," sahut Miska.
"Sayang, Tante tidak bisa lama-lama. Tante harus menemani Om kamu untuk pergi ke acara rekan bisnisnya," ucap Miska berpamitan.
"Tidak apa-apa Tante. Tante hati-hati," ucap Cilla membuat Miska menganggukkan kepala.
"Rasyid saya titip keponakan saya, kamu jangan pernah tinggalkan dia dan terus jaga!" ucap Miska menitipkan pesan kepada Rasyid.
"Itu sudah menjadi kewajiban saya untuk menjaganya," jawab Rasyid dengan menundukkan kepala.
"Baiklah kalau begitu saya pergi dulu," ucap Miska langsung keluar dari kamar tersebut. Sementara Cilla masih penuh teka-teki siapa yang sebenarnya ingin mencelakainya.
Bersambung......
penuh rahasia