Hidupku yg sempurna berubah 180° berkat perselingkuhan ayahku. Aku yg dulu hidup bagai tuan putri kini harus bekerja keras mencari nafkah demi kelangsungan hidupku, belum lagi ibuku yg jatuh sakit pasca perceraian. Bagaiamana aku harus bertahan??
#HowtoFight??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.29 Penyesalan
Setelah kondisi membaik, Margaret segera pulang ke apartemennya bersama Theresia. Dirinya merasa hanya butuh istirahat dari segala macam aktivitasnya. Kelelahan bertumpuk selama setahun belakangan ini membuat dirinya ambruk seketika saat tragedi besar terjadi di hidupnya.
Theresia masih menemani Margaret hingga saat ini dan tak mempermasalahkan sampai kapan anak sahabatnya itu akan tinggal bersamanya. Saat baru tiba di halaman depan apartemen, David sudah menunggu mereka.
"Papa.. Apa tante mengabari papa?" tanyanya.
"Tidak, tante bahkan tak punya kontak papamu." jawab Theresia.
"Sepertinya aku harus menemuinya, tante masuk duluan saja." ucap Margaret.
"Baiklah, kalau terjadi sesuatu hubungi tante." ucap Theresia.
"Iya tante."
Margaret pun turun dari mobil dan menghampiri David yang sudah menunggunya.
"Margie.." ucapnya sedih.
"Papa sudah tau?" tanya Margaret.
"Iya, kenapa kamu tidak mengabari?" tanya David.
"Tidak ada baiknya jika papa tahu, yang ada malah menimbulkan konflik baru. Papa paham kan maksudku?" tanya Margaret.
"Tapi, papa berhak tahu karena sekarang kamu sendirian." ucap David.
"Aku sudah dewasa, aku tak butuh wali lagi." ucap Margaret.
"Baiklah, sekarang ijinkan papa datang ke tempat mama.." ucap David.
"Baiklah pa." jawab Margaret berat.
"Terimakasih nak." ucap David.
Mereka pun langsung menuju ke pemakaman, dan Margaret menunjukkan dimana pusara sang ibu. David langsung menangis melihat batu nisan bertuliskan nama mantan istrinya.
"Tidak.." ucapnya menangis.
Margaret terkejut melihat reaksi sang ayah. Tapi juga tak bisa berkata-kata, rasa sedihnya kembali muncul saat melihat batu nisan ibunya.
"Chyntia maafkan aku.." ucap David.
Cukup lama David berada di sana dan Margaret meninggalkannya untuk memberi waktu sendiri pada sang ayah. Margaret duduk di bangku taman yang disediakan sembari menunggu sang ayah.
Saat kembali mata David sudah memerah karena menangis. Hal itu membuat Margaret terkejut, entah hubungan seperti apa yang terjadi antara ayah dan ibunya.
"Aku terkejut papa bisa menangisi kepergian mama." ucap Margaret.
"Bagaimana pun papa masih mencintainya." ucap David.
"Apa semua pria bisa mencintai dua wanita sekaligus dalam waktu bersamaan?" tanya Margaret.
"Sulit bagi papa menjelaskan situasinya dan papa juga tak mampu mengelaknya." ucap David.
"Sepertinya pernikahan adalah hal yang sulit bagiku." jawab Margaret.
"Margie, jangan bicara begitu.." ucap David.
"Papa sudah memberiku trauma besar pada seorang pria yang kukira sempurna." ucap Margaret.
"Tidak ada manusia sempurna, papa adalah pria terbodoh di dunia ini." ucap David.
"Setidaknya papa sadar akan kekurangan papa." ucap Margaret.
"Ayo kita bicara di tempat lain, banyak yang ingin papa bahas denganmu." ucap David.
"Baiklah pa." ucap Margaret.
Mereka pergi ke suatu tempat yang cukup privat. David memesan ruangan khusus di sebuah resto untuk bicara berdua dengan sang putri. Margaret tak menolaknya dan mengikutinya.
Disana mereka menikmati makan siangnya dengan nyaman. Setelah itu, barulah David mulai berbicara.
"Margie, saat ini ibumu sudah tiada, apa yang akan kau lakukan?" tanya David.
"Aku akan menetap disini dan bekerja, bekerja di kantor papa kurang menantang karena semua orang tahu aku putri papa." ucap Margaret.
"Jadi kau yakin tak ingin pulang ke Indonesia?" tanya David lagi.
"Aku belum ingin pulang, nanti jika papa membutuhkanku aku pasti datang." ucap Margaret.
"Baiklah, papa akan berusaha menghargai keputusanmu, tapi kau harus tahu hanya kau yang bisa papa andalkan tentang perusahaan." ucap David.
"Baik pa, aku mengerti."
"Lalu, kau masih belum menempati apartemen pemberian papa, kenapa?" tanya David.
"Aku masih harus bolak-balik ke rumah sakit pada waktu itu. Dan aku benar-benar tak memiliki apapun saat ini." ucap Margaret.
"Mau papa belikan mobil?"
"Tidak perlu, aku baik-baik saja dengan transportasi umum." ucap Margaret.
"Baiklah, papa mengerti." ucap David.
Keduanya hanya mengobrol singkat dan David mengantar putrinya pulang ke apartemen Theresia. Kemudian mereka berpisah karena David harus kembali.
Margaret masih merasa cukup lelah dan memutuskan untuk rehat selama beberapa hari kedepan. Dirinya hanya membaringkan tubuhnya di kamar dan keluar untuk makan. Theresia sengaja memberikan Margaret waktu untuk sendiri dan beristirahat. Dirinya tak banyak bertanya tentang apa yang terjadi dengan David hari itu.
Hari kelima, Margaret masih mengurung diri di kamarnya. Rasanya tubuhnya sangat berat dan semua berlalu begitu cepat. Dirinya sudah seperti zombi yang hanya bisa rebahan seharian tanpa melakukan apapun.
Tiba-tiba, sebuah panggilan masuk ke teleponnya.
"Tuan Kevin.. Apa aku harus sudah kembali?" gumamnya.
"Iya tuan." jawab Margaret di telepon.
"Keluar sekarang." ucapnya.
"Keluar?" jawab Margaret bingung.
"haa.. Kau masing bengong dan menyuruhku berdiri di depan apartemenmu??" tanya Kevin.
"Oh, iya tuan, aku segera keluar." ucap Margaret.
Margaret keluar apartemen dan menghampiri Kevin.
"Ada apa tuan?" tanyanya.
"Lihat dirimu sekarang? Apa kau bahkan sudah mandi?"tanyanya.
"Jangan mengejekku, aku hanya seharian di rumah." ucap Margaret dengan penampilan seadanya.
"Ikut aku." ucap Kevin.
"Ehh??"
"Aku beri waktu 10 menit untuk bersiap, aku tunggu." ucap Kevin.
Margaret langsung masuk dan berlari untuk bersiap. Dirinya berpikir Kevin sedang memarahinya karena tidak masuk kerja berhari-hari.
"Aku tidak dipecat kan?? Aku kemarin sudah percaya diri menolak bantuan papa.." gumam Margaret.
Setelah berpakaian rapi, Margaret langsung keluar dan menghampiri Kevin. Dengan waktu 10 menit tak ada waktu untuk berdandan, dirinya hanya menyisir rambutnya dan keluar begitu saja.
"Naik ke mobil." perintah Kevin.
Margaret menuruti begitu saja perintah atasannya. Meski sebal karena Kevin suka memerintah seenaknya tapi Margaret tidak takut padanya. Satu-satunya yang membuatnya takut adalah jika dipecat dan jadi pengangguran lagi. Jatuh sudah harga dirinya jika meminta bantuan sang ayah.
"Maaf tuan, kita mau kemana?" tanya Margaret.
"Sudah ikut saja, hari ini aku ada janji makan malam dengan klien." ucap Kevin.
"Baiklah." ucap Margaret.
Setelah itu, mereka tiba di sebuah hotel mewah dan memasuki area restoran. Kevin sudah memesan tempat dan duduk disana bersama Margaret. Margaret langsung diberi berkas dan disuruh membacanya selagi klien belum tiba.
"Baca dan pelajari, ini pernah kita bahas minggu lalu." ucap Kevin.
"Baik tuan." jawab Margaret.
Margaret membaca perlahan dan dengan seksama isi berkas tersebut. Dirinya menyadari kalau isinya memang pernah dibahas minggu lalu. Hingga satu jam kemudian, klien mereka datang.
Kevin menyambutnya dengan ramah begitu juga dengan Margaret. Mereka membahas proyek mereka dan Margaret ikut membantu sebagai asisten pribadi Kevin. Pertemuan berjalan dengan baik serta urusan pekerjaan berjalan lancar. Margaret yang semula takut dipecat kini merasa lega.
"Maaf aku memanggilmu tiba-tiba untuk bekerja." ucap Kevin.
"Padahal anda menyuruhku libur 1 minggu." jawab Margaret.
"Mau bagaimana lagi, aku butuh asisten." ucap Kevin.
"Baiklah tuan Kevin." jawab Margaret.
"Yasudah, lusa kau harus datang ke kantor. Kau akan semakin merasa kosong jika tak melakukan apapun." ucap Kevin.
"Baik tuan. Tak kusangka anda orang yang pengertian."
"Begitulah." jawabnya tersenyum.
...----------------...