NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Penyesalan Suami / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Berkenalan Dengan Pria

"Sejak kelas tiga SMA Bang, awalnya galau karena cinta di tolak, cewek yang aku taksir malah pacaran sama sahabat aku sendiri, sahabat aku padahal tahu aku suka dia, malah nikung duluan!" Pemuda itu bercerita.

"Oh, perihal cinta."

"Iya, sepele awalnya, tapi aku malah jadi kecanduan setelah mencoba itu."

"Cinta juga bukan hal sepele, cinta itu kan perasaan. Susah juga perihal perasaan, tapi kalau kamu memikirkan masa depan, dari pada cinta, itu lebih baik. Tidak apa-apa, kamu hanya perlu rehabilitasi, berhenti sebenar-benarnya, jangan coba-coba lagi, lanjutkan kuliahmu setelah ini, wujudkan masa depan yang lebih baik. Kalau masa depan bagus, cinta juga datang lebih bagus."

"Narapidana untuk apa lagi kuliah bang."

"Emangnya, kalau narapidana gak boleh belajar lagi?" Tanan menatap pemuda itu.

"Ya, gak perlu. Lagian banyak juga yang sarjana jadi pengangguran."

Tanan menepuk pundak pemuda itu. "Itu pemikiran yang kurang tepat. Perihal rezeki, jodoh dan maut hanya Tuhan yang tahu, namun ... kita bisa memohon dengan berdo'a dan berusaha agar mendapatkan hasil yang baik. Memang banyak orang yang sekolah sampai sarjana, cari kerja susah payah, ujungnya jadi karyawan di sebuah usaha, dan yang punya tempat usaha hanya orang tamat SD."

"Tapi, perbedaan orang berpendidikan sama gak pernah sekolah, tentu saja jelas kentara, segi pengalaman hidup dan pengalaman belajar. Mengobrol dengan orang yang sekolah hanya sampai gerbang sekolah, mengobrol sama orang yang jadi tukang bully di sekolah, dan mengobrol lah sama orang yang benar-benar sekolah, pasti cara berpikir dan bicaranya berbeda, pastilah beretika. Jangan samakan juga orang yang berhenti sekolah karena dia bandel sama orang yang males sekolah."

"Ibaratnya gini, ada yang ngomong aku gak sekolah jadi juragan, ngapain sekolah tinggi-tinggi gak bakalan jadi insinyur. Tapi dengan bersekolah, seseorang punya pengalaman, lalu setelah tamat sekolah cari skill dilapangan, boleh cari skill atau ilmu sama mereka yang pernah sekolah atau nggak sekolah, orang yang nggak sekolah tapi berhasil, kebanyakan orang yang bekerja keras, bersungguh-sungguh dan pantang menyerah, bukan orang malas berusaha dan malas sekolah aja."

Pemuda itu lama terdiam. "Abang tamat sarjana?"

"Enggak, tamat SMP. Aku bicara gini karena pengalaman hidup. Gak enak jadi orang yang nggak sekolah. Lebih baik kamu berusaha menjadi lebih baik, lanjutkan kuliahmu. Kalau perlu, ciptakan lapangan kerja untuk banyak orang. Hehehe. Semangat!"

"Lalu, Abang berhenti sekolah karena gak ada biaya, atau candu?"

"Ya begitulah, sekolahnya malas, ikut-ikutan teman, seolah dunia jahat, padahal pemikiran sendiri yang jahat, malah cobain barang yang gak harusnya di cobain. Bayangin, jika gak ada orang tua, siapa yang peduli pada dirimu? Kalau aku sih, gak ada yang akan peduli lagi, makannya aku ingin berhenti dan ada masa depan yang harus aku hadapi." Tanan menatap ke atas langit-langit jeruji besi.

"Aku harap kamu mendapatkan hidayah juga." Menoleh pada pemuda itu. "Sekarang, ayo kita istirahat. Besok pagi sipir akan bangunin subuh-subuh loh, jangan begadang!"

"Iya, Bang." Pemuda itu kembali ke tempatnya, sementara Tanan segera merebahkan tubuhnya, memilih memejamkan mata dan tidur.

Bu Ijah melakukan pekerjaan seperti biasa, menyupah mengupas kulit bawang di tempat juragan bawang, Khanza pun juga sama, dia sibuk dengan toko nya.

Hanin sudah bisa berjalan, namun masih sering terjatuh-jatuh. Anak itu bertumbuh semakin cantik dan pintar.

"Hallo, selamat siang." Seorang sepasang kekasih mampir di toko Khanza.

"Iya, silahkan masuk, ada yang bisa kami bantu," jawab karyawan Khanza.

"Bu Khanza nya ada?" tanya sang perempuan.

"Ada Bu, biar saya panggilkan dulu, mohon tunggu sebentar."

Karyawan Khanza pun datang menghampiri, memberitahu jika ada yang ingin bertemu dengannya. Khanza pun keluar.

"Eh, Delima. Selamat datang." Khanza bersalaman, lalu tersenyum pada laki-laki di sebelah wanita itu.

"Ini tunanganku, seminggu lagi aku mau nikah. Kamu hadir ya." Delima memberikan undangan. "Kamu harus datang loh, pokoknya, titik."

"Hehehe, iya, *insyaallah*, Delima," jawab Khanza.

Setelah itu, sepasang sejoli itu pun pergi dari sana.

Seminggu kemudian, Khanza hadir di acara pernikahan Delima, dia datang sendirian saja, anaknya di asuh oleh Mira, di rumah.

"Akhirnya kamu datang juga Khanza, senang banget deh, ayo foto dulu!" Delima mengajak Khanza berfoto, kemudian berbisik setelah seorang pria gagah datang mendekat ke arah mereka.

"Ini, aku mau ngenalin cowok ke kamu, teman baik suami aku!" bisik Delima.

Khanza melotot. Pria di depannya itu tersenyum, mengulurkan tangan.

"Hai, aku Rizki," ucapnya.

Khanza melihat tangan terulur itu, lalu tersenyum meletakkan tangannya di dada. "Aku Khanza," jawabnya.

Pria itu tersenyum, lalu menarik tangannya, yang tidak dijabat oleh Khanza. "Nama yang cantik, sama seperti orangnya juga sangat cantik."

"Kalian berdua ngobrol dulu sana ya, semoga saja cocok. Khanza, Rizki teman suamiku, dia baik banget." Delima berbisik kembali, memuji teman suaminya.

"Tapi Del, aku—"

"Udah, sana kalian ngobrol dulu!" Delima mengusir Khanza, tidak menerima alasan temannya itu.

"Mari kita ngobrol di meja tamu dulu, sambil mencicipi hidangan," ajak Rizki.

Khanza mengangguk pasrah. Tak enak hati menolak Delima langsung.

Mereka berdua duduk berjarak, namun saling berhadapan.

"Khanza, kegiatannya sehari-hari apa?"

"Menjahit di toko sama jagain anak balita," jawab Khanza.

"Oh, rajin ya. Tamat kuliah?"

"Iya, sama kayak Delima."

"Oh, aku polisi, teman suaminya Delima, kalau sama suaminya sudah kenal lama, kita satu angkatan, kalau sama Delima baru-baru ini juga kenalnya," terang Rizki.

"Oh."

"Kamu suka pria yang bagaimana? Suka sama laki-laki yang kerjanya jadi polisi nggak?" tanya Rezki.

"Nggak tau, gak punya selera khusus. Polisi kan jabatan bagus, susah buat jadi polisi, ikut tes ini itu dulu. Tapi ... perihal aku suka polisi atau tidak, maaf ya, aku sudah menikah dan sudah punya anak," jawab Khanza.

Rizki tersenyum. "Gak boleh bohong loh, kita kan baru kenal, kalau emang ada yang bikin nggak suka, kita bisa jadi teman dulu, jangan langsung nolak pedas gitu."

"Aku gak berbohong, aku sudah menikah dan punya anak," tegas Khanza.

"Delima aja bilang, kamu masih jomblo, gak pernah pacaran apalagi dekat sama pria."

"Iya, aku emang nggak pernah pacaran ataupun dekat sama pria, tapi nikah tiba-tiba aja, dan punya anak," jawab Khanza.

Rizki terkekeh. "Lucu. Masa nikah tiba-tiba, trus punya anak. Nikah kan gak asal sembarangan, harus mikir ini itu, apalagi wanita sebaik dan secantik kamu, pastilah gak akan asal pilih."

"Ya, namanya juga jodoh, apa boleh dikata, tiba-tiba menikah, tiba-tiba punya anak."

Rizki masih terkekeh dan dia masih tidak percaya dengan ucapan Khanza.

1
Rozh
eror nih, malah update double 3 bab, bab sama, isi dan judul sama🗿
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!