Mengisahkan tentang kisah kehidupan dari seorang pemuda biasa yang hidupnya lurus-lurus saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan cantik yang sekonyong-konyong mengigit lehernya kemudian mengaku sebagai vampir.
Sejak pertemuan pertama itu si pemuda menjadi terlibat dalam kehidupan si perempuan yang mana si perempuan ini memiliki penyakit yang membuat nya suka ngehalu.
Dapatkah si pemuda bertahan dari omong kosong di Perempuan yang tidak masuk akal itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Di Persingkat Saja DPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku benci jarum suntik
"Ngomong-ngomong kenapa kalian semua ada di sini? Apa ada urusan?!" Aku duduk sambil bersandar.
"Kami datang untuk menjenguk kamu karena tidak biasanya kamu tidak masuk sekolah jadi kami khawatir!" Jawab Ketua Kelas dengan tatapan penuh perhatian.
"Aku tidak apa-apa, hanya meriang sedikit. Setelah istirahat nanti juga sembuh!" Mataku mulai berat pada saat itu.
"Apa kamu sudah pergi bertobat?!" Freya bertanya dengan tangannya yang di lipat di dada dan menatap penuh perhatian.
"Belum. Lagipula ini hanya demam jadi setelah istirahat sebentar dan minum obat juga sembuh!"
"Mana bisa begitu! Kamu harus ke dokter dan berobat sekarang juga!" Ketua Kelas pun memaksa hingga membangunkanku.
Aku dengan suara lemah berkata. "Tidak, aku tidak mau ke dokter!"
"Kenapa?!"
Sejujurnya agak ragu aku untuk mengatakan ini tapi kalau tidak aku katakan sepertinya mereka tidak akan berhenti.
"Sebenarnya... Aku phobia dengan jarum suntik, jadi kalau aku pergi ke dokter sekarang aku akan di suntik!" Semuanya langsung terdiam dengan tatapan yang tertuju padaku.
Entah apa maksud tatapan itu. Entah heran, terkejut atau apa aku tidak begitu yakin.
Aku kira setelah ini mereka akan diam dan tidak memaksa tapi endingnya aku tetap di seret ke rumah sakit oleh mereka bertiga.
Ketika aku tiba aku langsung di obati dan hal yang paling aku takutkan malah benar-benar terjadi.
Aku di suntik.
"Tidak!! Aku gak mau di suntik! Lepaskan aku!" Tidak cuma di pegangi tiga cewek tapi aku di pegangi beberapa perawatan dan dokter agar aku tidak memberontak.
Aku berusaha melepaskan diri tapi karena aku lemah dan yang memegangi ada banyak aku pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku di suntik dan setelahnya aku langsung berbaring karena lemas.
"... Sialan. Aku benci di suntik!..."
Sore hari kemudian aku pulang setelah badanku agak mendingan.
Meksipun bikin trauma tapi aku akui kalau di suntik itu membuat proses pemulihan jadi lebih cepat.
Meksipun begitu tapi aku tetap benci di suntik.
Sore itu ketika matahari senja menyinari seluruh kota kami masih di jalan tapi sudah cukup dekat dengan rumahku.
Karena aku sudah pulih sedikit jadi aku jalan sendiri sedangkan mereka bertiga jalan di sampingku.
"Gak mau lagi aku datang ke dokter!" Aku bergumam sambil memegang bahuku yang di suntik.
"Kamu ini kenapa takut sekali di suntik? Padahal itu cuma jarum kecil!?" Tanya si Freya padaku dengan tatapan heran.
Pada saat itu aku langsung berhenti diam dan menatapnya dengan tatapan yang tak puas.
"... Ada apa!?" Mereka pun ikut diam sambil tanya padaku kenapa aku berhenti dan menatap dengan tatapan tak puas.
Kemudian tanpa mengatakan apa-apa aku jalan ke dinding sebuah rumah gedung yang mana di sana ada tong sampah.
Aku ambil sesuatu dari sana dan balik lagi untuk menunjukkan apa yang aku temukan pada mereka.
"Ahhhhhh!! Apa yang kamu lakukan!?" Mereka berdua langsung ketakutan ketika aku menunjukkan seekor kecoa pada mereka.
"Apanya? Ini cuma kecoa jadi kenapa kalian takut?!" Inilah pembalasan diriku karena mengejekku yang takut pada sebuah jarum.
Ketika Freya dan Dinda takut pada kecoa yang aku pegang ini Ketua Kelas malah tidak takut sama sekali.
Ia bahkan mengambil dan memegang antena kecoa itu dan berkata. "Iya, kenapa kalian takut? Ini kan cuma kecoa!"
Baik Dinda ataupun Freya tampak tak habis pikir pada ketua kelas yang tidak takut sama sekali pada kecoa.
Malahan sekarang dia bermain-main dengan kecoa itu hingga membuat dua cewek itu menjerit-jerit karena jijik.
"Ketua Kelas cepat buang itu, aku merasa jijik!" Ucap Freya dengan panik.
Akhirnya kecoa itu di buang dan mereka berdua berhenti berteriak.
Lanjut kami pulang ke rumahku dan ketika sampai aku terkejut karena melihat ada seseorang yang sudah menunggu di depan rumah.
Hanya ada satu orang tapi satu orang itu membuatku tak senang hingga alisku langsung berkerut.
"Hm, siapa itu?..." Tanya Ketua Kelas sambil menatap orang yang berdiri di depan pintu itu.
Di sisi lain tampak kalau wajah Dinda juga muram ketika melihat orang yang ada di depan pintu rumahku itu.
"Orang itu adalah bapakku!!"
"Orang itu adalah bapakku!!..."
Siapa yang menyangka kalau aku dan Dinda berkata secara bersamaan dan itu membuat kami berdua terkejut.
Kami saling menatap dengan mata terbuka lebar.
"Kamu bilang apa tadi?!" Aku tanya pada Dinda dengan raut wajah yang jelas sekali terlihat rasa terkejut.
"Um... Orang itu adalah bapakku secara biologis!" Ketika aku mendengar jawaban Dinda aku sangat terkejut hingga terdiam di tempat.
'Apa?... Tapi orang yang ada di sana itu adalah bapakku, kenapa bisa jadi bapaknya. Apa yang sebenarnya terjadi di sini?.'
Aku benar-benar bingung pada saat itu.
Tapi ketika aku masih terdiam sambil berpikir orang yang di sebut bapakku itu berteriak. "Woi! Mana yang punya rumah ini?!"
Aku yang tadinya berpikir langsung menoleh ke arahnya dan memasang wajah tak senang.
Orang itu langsung melangkah menghampiri kami dengan raut wajah yang sangat tidak senang.
"Woi! Lu denger gak!?"
"Mana yang punya rumah!" Dengan nada bertanya yang arogan dia bertanya padaku.
'Sepertinya dia bahkan tidak mengenaliku... Yah, itu tidak heran.'
'Lagipulan dia pergi ketika aku masih sangat kecil dan tidak pernah sekalipun pulang.'
'Jadi kenapa dia tiba-tiba pulang sekarang?...' Aku menatapnya dengan tatapan datar.
"Woi! Lu budeg ya!?" Ia membentakku karena aku tidak menjawab.
Akhirnya aku menjawab. "Aku yang punya rumah, jadi ada apa?!"