"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 Fakta
Langkah Alvin yang hendak masuk
ke dalam rumah harus terhenti, ketika
mendengar celoteh adik kecilnya, sedang
memamerkan hal baru yang ia miliki.
Sementara pak Rohman yang
mendengar celotehan sang anak
tersenyum, beliau senang dengan sang
anak yang sudah mulai bercerita. Tanpa
sadar jika Alvin menatapnya dengan
tatapan miris.
"Ibu menjual rosok yang Alvin
kumpulkan?" tanya Alvin langsung pada
sang ibu yang masih tersenyum melihat
tingkah Rafi, tanpa berniat menghiraukan
Alvin.
"Buk?" tanya Alvin membuat Bu Elanor menoleh sambil melotot pada
Alvin.
"Berisik!" Hardik Bu Elanor.
"Ada apa le?" tanya pak Rohman.
"Rosok Alvin hilang pak, padahal
sudah waktunya setor" jawab Alvin.
"Jadi kamu nuduh ibuk yang jual
rosok kamu yang gak seberapa itu?" ujar
Bu Elanor dengan marah
"Jawab Alvin buk, ibuk jual rosok
Alvin?" Tanya Alvin lagi.
"Enggak"ucap Bu Elanor.
"Terus darimana ibuk punya uang
buat belikan Rafi sepatu?" tanya Alvin.
Tuduhan yang hanya berdasarkan
feeling yang Alvin rasakan, tentu saja
membuat pak Rohman sedikit tak percaya.
"Tapi tadi pagi bapak memang kasih
uang lebih ke ibuk le" sahut pak Rohman.
"Dengerin tuk kata bapakmu, Rafi beli
sepatu dari uang yang dikasih bapak. Buat
apa aku jualin rosokmu yang gak seberapa
itu" ujar Bu Elanor yang besar kepala
mendengar belaan pak Rohman.
"Rosok yang gak seberapa itu yang
Alvin kumpulkan setiap harinya buk,
meski gak seberapa tapi bisa jadi pegangan
buat Alvin" tutur Alvin pasrah.
"Ya tapi, aku juga gak tau kemana
hilangnya rosokmu itu!!" ucap Bu Elanor
semakin meninggi.
"Bener bukan ibuk yang jualin rosok
Alvin?" tanya Alvin memastikan.
Membuat pak Rohman mulai merasa
jika Alvin terlalu menuduh.
"Dengerin itu pak! Anak
kesayanganmu itu masih terus
menuduhku" adu Bu Elanor.
"Alvin hanya memastikan buk" ucap
Alvin.
"Sudahlah le, memang bukan ibukmu
yang jual rosok kamu, mungkin ada orang
iseng yang mengambilnya" ujar pak
Rohman mencoba menenangkan Alvin.
"Ya sudah kalau gitu pak" ucap Alvin
pada akhirnya.
Bu Elanor pun tampak menarik sudut
bibirnya, tersenyum aneh seolah sedang
menyembunyikan sesuatu.
Tak ingin semakin kesal, Alvin
memutuskan untuk segera membersihkan
diri di kamar mandi. Dengan tubuh lelah
dan pikiran yang sedang kesal kesalnya,
Alvin memilih untuk segera tidur, tanpa butuh waktu lama. Ia pun sudah terlelap.
Keesokan harinya, usai mengambil
sampah di pagi hari, Alvin pun bersiap,
ingat janjinya dengan Mingyu kemarin,
sebelum jam 8 pagi, ia sudah siap di depan
rumahnya menunggu kedatangan
temannya itu.
"Mau ambil gaji ya? Jangan lupa
bagian ibuk, harus lebih banyak dari
kemarin ya" pinta Bu Elanor tanpa rasa
malu. Namun kemudian berlalu sebelum
mendapatkan jawaban dari Alvin.
Tak lama kemudian, Mingyu pun
datang, dengan motor matic yang juga
biasa dipakai untuk ke sekolah, ia
menjemput Alvin.
Tanpa berbasa-basi, Alvin pun
segera naik ke jok belakang sepeda
Mingyu.
"Yang mana rumahnya vin?" tanya
Mingyu yang memang belum tahu dimana
rumah haji Maliki.
"Itu di depan sana, nanti di ujung
belok kanan" jawab Alvin.
Sesuai arahan Alvin, rumah haji
Maliki pun kini telah tampak dihadapan
mereka.
Haji Maliki yang melihat kedatangan
Alvin pun segera tersenyum, beliau
masuk kedalam rumah yang tak lama
kemudian keluar, dengan membawa
sebuah amplop putih.
"Assalamualaikum bah" sapa Alvin
seraya menyalami haji Maliki, diikuti oleh
Mingyu.
"Waalaikumsalam, ini gajimu bulan
ini yah le, sudah saya potong buat bayar
sepeda juga" ucap haji Maliki langsung pada intinya.
"Baik terimakasih banyak pak" jawab
Alvin penuh rasa syukur.
"Oh ya, karena ini bulan ketiga kamu,
berarti masa percobaan kamu telah selesai,
mulai bulan depan gaji kamu sudah mulai
normal" ujar haji Maliki.
"Alhamdulillah, makasih bah. Kalau
gitu Alvin pamit dulu ya bah, ada perlu
lain soalnya" pamit Alvin kemudian.
"Iyah le, waalaikumsalam" jawab haji
Maliki.
Sebelum Alvin berlalu, tampak
seorang pemulung datang dengan sepeda
motor penuh berisi rosokan. Alvin pun
memicingkan mata memperhatikan isi
dari tempat yang berisi penuh rosokan itu.
Seperti biasa, pemulung terselbut segera meletakkan hasil mulungnya ke
timbangan untuk segera ditimbang.
Alvin yang sejak tadi
memperhatikan pun memilih mendekat.
Tanpa bicara, ia melihat lihat rosok
tersebut.
"Beli rosok ini dimana pak?" tanya
Alvin sopan.
"Ini hasil saya nyari sendiri kok mas"
jawab bapak tersebut.
"Kenapa vin?" tanya Mingyu yang
penasaran dengan sikap temannya.
"Nyari dimana pak?" tanya Alvin.
"Anu mas anu...
Bapak tersebut tampak bingung.
"Jujur saja Ron, kamu dapet darimana
rosokan ini, perasaan baru kemarin kamu
setor. Kok hari ini udah setor lagi sebanyak ini" sahut pak Rohman yang sejak tadi
hanya memperhatikan dari agak jauh.
"Anu bah, ini saya beli dari itu istrinya
pak Rohman itu loh" jawab bapak tersebut
pada akhirnya.
"Itukan ibu kamu le" ucap haji Maliki.
Alvin pun mengangguk.
"Baiklah kalau gitu, terimakasih atas
kejujurannya pak, kalau begitu saya
permisi. Assalamualaikum" ujar Alvin
tak ingin berlama lama menahan emosi
disana.
"Jalan Ming, langsung nyari kosan aja"
ajak Alvin pada Mingyu.
Mingyu pun tak berkomentar banyak,
ia tahu jika temannya itu sedang belum
ingin cerita, sebab jika nanti sudah siap
cerita, Alvin akan menceritakan sendiri tanpa diminta.
Benar saja, gak butuh waktu lama.
Alvin pun menceritakan kejadian
kemarin, mengenai hilangnya rosok yang
telah ia kumpulkan, serta sang bapak yang
tak percaya dengan omongannya.
Membuat Mingyu merasa kasihan,
namun tak berani berkomentar banyak. la
hanya bisa membantu Alvin agar segera
mendapatkan tempat tinggal, agar tak
terus disakiti hatinya.
Beberapa kosan disekitar RW Alvin
pun telah disinggahi, hingga ke kampung
sebelah juga telah mereka lihat, namun tak
ada satupun kosan yang sesuai dengan
budget yang dimiliki Alvin.
Mereka pun memutuskan untuk
beristirahat, sekedar membeli es tebu di
pinggir bantaran sungai pojok kampung Alvin.
Mereka pun membahas mengenai
kosan yang tidak segera ditemukan,
membuat salah satu pelanggan es tebu
menyimak dan mendekati keduanya.
"Kalian cari kosan buat siapa?" tanya
pria tua yang mendekati mereka.
"Buat saya kek, kakek ada saran?"
tanya Alvin.
"Saya ada rumah kosong, tapi kecil.
Sudah lama gak ditempati, kalau kamu
mau bisa saya kontrakkan buat kamu,
terserah mau bayar berapa" ujar pria
tersebut membuat Alvin berbinar.
"Boleh kek, yang mana rumahnya?"
tanya Alvin antusias.
"Itu di ujung gang setapak ini,
belakangnya sungai. Kamu gpp?" tanya kakek tersebut.
"Gpp kek, ayo kita lihat" ajak Alvin
penuh minat.
Sementara Mingyu tampak khawatir,
ia mencoba untuk menghentikan Alvin,
karena tak ingin terjadi hal buruk pada
temannya itu.
Namun Alvin yang sudah ingin
sekali keluar dari tempat tinggalnya kini,
tak menghiraukan. Yang ada dipikirannya
hanyalah segera keluar rumah,
mendapatkan tempat tinggal lain, dengan
harga yang murah.