NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."



"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."


"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.


"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.


Yumna tersenyum sinis.
"Jadi, aku sedang diancam?"


"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,
Dan itu terlihat sangat menyebalkan.


Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Lelaki itu duduk dalam diam, seakan waktu berhenti di sekelilingnya. Kemeja putihnya memantulkan kesederhanaan yang anggun, berpadu dengan celana hitam yang menghadirkan ketegasan.

Di balik kaca mata berbingkai hitam, matanya menatap lurus ke depan--fokus, teduh, dan penuh cerita yang tak terucap.

Ada ketenangan yang lahir dari tatapannya, semacam pesona halus yang tak dibuat-buat, namun justru membuatnya semakin sulit untuk diabaikan.

Ke arah lelaki itu Aira mengarahkan isyarat tangan. Isyarat tersembunyi, yang hanya dilihat dan dipahami oleh Yumna dan Dira.

"Itu Zian."

Ke arah lelaki itu, tatap mata Yumna dan Dira kemudian berlabuh. Tak butuh waktu lama, hanya dalam sekali tatap saja, kedua gadis itu pun setuju dengan narasi aestetik yang disampaikan Aira barusan tentang Zian.

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Ia duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.

"Zian beneran ada di sini. Kupikir hanya ada di hatinya kak Aira," ucap Dira lirih, lalu tersenyum tanpa dosa pada Aira.

Dasar Dira.

"Mimpi apa atasan ganteng akuhh mau ngikutin acara kayak ginian." Yumna juga berkata lirih tanpa melepaskan tatap dari sosok tampan yang duduk dalam jarak tidak cukup dekat itu.

"Dia donatur tetap Darul-Fata," kata Aira memberitahukan.

"Beneran?" Yumna berkedip hampir tak percaya.

"Iya." Anggukan pasti Aira kian menegaskan keterangannya.

"Kak Aira kok gak pernah cerita?" Yumna bertanya sedikit protes.

"Aku juga tahu barusan."

"Emang kalian gak pernah bertemu sebelumnya di Darul-Fata?" tanya Dira.

Jawaban Aira kali ini hanya berupa menggelengkan kepala ringan.

Kembali Dira dan Yumna menatap ke arah Zian yang enggan beralih pandangan dari jalannya acara yang sebentar lagi selesai.

"Kenapa dalam pandanganku sekarang Zian jadi makin tampan ya, sebagai donatur Darul-Fata." Yumna tersenyum-senyum saat berkata demikian.

"Ho-oh, jadi pingin sebagai tenaga pendidik juga di Darul-Fata, biar bisa ketemu Zian terus," timpal Dira sambil tersenyum penuh harap. Namun senyum itu perlahan sirna saat tatapannya membentur wajah tampan Aga.

Hampir saja lupa kalau Ghailan Arya duduk di dekat mereka. Pemuda itu pun jelas mendengar apa yang tengah diperbincangkan oleh ketiga orang gadis berhijab dengan style masing-masing itu.

Tentang Zian, dan hanya seputar Zian Ali Faradis saja. Seakan waktu bagi mereka hanya berputar di antara lelaki tampan itu saja.

Aga menatap Dira dalam diam. Tapi, tatapannya begitu menenggelamkan. Harus diselami sampai ke dasar, untuk bisa mendapatkan makna yang terpendam.

Dira tidak ingin melakukan itu, dan makna tatapan Aga, ia juga tidak ingin tahu. Gadis manis itu segera alihkan pandangan, seraya mengemas helaan napas dalam bungkam.

"Gas, Dira kalau ingin jadi pengajar di Darul-Fata juga," kata Yumna.

Dira kini mengangguk asal. Sekian persen dari antusiasme atas ucapannya barusan sudah hilang.

"Hanya saja perlu kamu tahu. Zian gak sering datang ke Darul-Fata. Katanya hanya dalam musyawarah rutin tiap bulan saja," terang Aira sambil tersenyum lembut ke arah Dira.

"Kalau hanya ingin ketemu Zian tiap saat, bukan dengan jadi guru di Darul-Fata, tapi jadi istrinya," timpal Yumna.

Dan ucapan gadis cantik itu, adalah kebenaran yang tak bisa disanggah.

****

Suksesnya sebuah acara, bisa diukur dari berbagai hal. Bisa jadi dari jumlah dan kualitas penonton. Respon, dan antusiame audiens. Kualitas pembawa acara, tampilan dan kualitas tamu. Yang kesemuanya sesuai dengan tema dan tujuan acara.

Jika itu yang menjadi parameter ukuran, maka acara Talk Show Jaya TV kali ini terbilang sukses. Namun, sukses yang sebenarnya tentang penyelenggaraan sebuah acara hiburan dan edukasi, bukan hanya yang berjalan secara teknis saja. Tapi, yang memberikan kesan positif dan manfaat jangka panjang.

Hal itu mungkin yang didapat oleh Dira, Yumna, dan Aira. Semua itu ditandai dengan senyuman yang merekah pada tiap-tiap wajah saat melangkah keluar dari room 3 seusai acara.

Meski selama mengikuti acara ada saja celetukan dan bercandaan seputar dunia mereka--siapa lagi kalau bukan Zian--tapi, ada pelajaran yang mereka dapat, dan ingin diterapkan dengan cepat. Meski saat ini baru sebatas niat.

"Ustadz Raizan, Kak." Yumna memberi isyarat ke satu arah. Di mana nampak rombongan ustadz Raizan keluar dari salah satu ruangan, dan terlihat ustadz tampan itu sedang bicara dengan Zian.

"Ada Zian juga," kata Dira.

"Siapa wanita bercadar di dekat ustadz Raizan itu, Kak?" tanya Yumna tanpa mengalihkan tatap dari seorang wanita bercadar yang berdiri cukup dekat di samping Raizan Khalif.

Di saat bersamaan, tatapan wanita bercadar itu juga mengarah pada rombongan Aira. Tangannya terangkat membuat isyarat memanggil.

"Ayo kuperkenalkan."

Aira segera menarik Dira dan Yumna untuk mendekat. Sementara Aga yang melangkah mengikuti namun tetap menjaga jarak, hanya berdiri saja di posisi semula, dan enggan beranjak.

"Aira." Wanita bercadar itu menyapa Aira dengan ramah. Senyum yang merekah memang terhalang cadar, tapi terlihat dari sepasang matanya yang indah. Interaksi keduanya terlihat cukup akrab.

"Ning Raya. Ini saudara-saudara saya."

Aira memakai kata "saudara" untuk menyebut Dira dan Yumna. Karena bagi mereka, ikatan yang terjalin bukan hanya sekedar persahabatan. Tapi, persaudaran. Saudara sekandung beda nasab. Itu istilah yang mereka gunakan. Atau dengan kata singkat dan terdengar sedikit nyleneh. Seampela, yang punya arti "saudara sehati".

Dira dan Yumna mengenalkan diri dengan menyebut nama masing-masing.

Keramahan yang sama terhadap Aira, juga ditunjukkan Ning Raya pada Dira dan Yumna.

"Beliau ini Ning Raya, istrinya ustadz Raizan Khalif."

Dan keterangan Aira ini membuat Dira dan Yumna bertukar kata dalam tatap. Yang ditangkap dari bahasa mata keduanya adalah terkejut. Sangat terkejut malahan, tapi berusaha ditutupi dengan sempurna.

"Jadi, ustadz Raizan sudah punya istri?" tanya Yumna lirih.

Pertanyaan itu ia ucapkan setelah kini mereka berada di luar gedung Jaya TV, seraya memandangi mobil yang membawa Raizan Khalif bersama istri keluar dari halaman gedung televisi lokal tersebut.

"Iya." Aira mengangguk. "Dan batita cantik yang barusan digendong Zian, itu adalah putri mereka."

"Kenapa kok rasanya aku kecewa ya." Yumna tetap bersuara lirih.

Tatapannya lurus enggan beralih.

Aira tersenyum lembut.

"Jadi mulai sekarang, jangan lagi berniat menjodohkan aku dengan ustadz Raizan. Beliau sudah punya istri."

"Ya habis kalian terlihat cocok, sih." Masih Yumna yang mengeluarkan ucapan.

Sedangkan Dira memasang mode diam.

"Gak ada kata cocok untuk bersanding dengan lelaki mana pun yang sudah punya istri," tegas Aira.

Dira dan Yumna mengangguk kompak, menyetujui.

"Kalau begitu kak Aira cocoknya tetap sama Zian." Lagi-lagi Dira membuat penilaian sendiri.

Aira menghela napas ringan.

"Gak cocok," katanya datar.

"Cocok. Zian belum punya istri." Dasar Dira. Dia malah ngotot dengan penilaiannya.

"Zian sudah punya calon istri. Dia sudah dijodohkan," kata Aira tegas. Tatap matanya menyapu wajah dua orang di depannya. Terlihat begitu serius.

"Dijodohkan dengan siapa?" tanya Dira, demi melihat kesungguhan di wajah Aira saat mengatakannya.

"Dengan wanita yang namanya tertera di lauhul-mahfudz," sahut Yumna sambil tersenyum.

"Kalau begitu konsepnya, berarti kita semua juga sudah dijodohkan."

"Nah benar." Yumna bertepuk jari di depan Yumna. Sedangkan Aira hanya tetap diam dengan tatap mata yang sulit diartikan.

Aira serius dengan ucapannya.

Yumna juga benar dengan keterangannya.

Dan Dira, juga betul dengan kesimpulannya.

Lalu, manakah di antara ketiga hal tersebut yang merupakan kebenaran yang terjadi saat itu tentang Zian?

Akan tetap ada jawaban, seiring waktu yang berjalan.

"Nadira. Sudah waktunya pulang." Aga mendekat, dan langsung mengucapkan kata yang tak boleh dibantah oleh sang majikan.

"Kita antarkan kak Aira dan Yumna dulu," saut Dira.

Aga tak segera menjawab, lelaki itu malah menatap detik waktu di pergelangan tangannya. Sudah sangat terlambat dari batas waktu yang diberikan ayah Dira. Jika masih mengantarkan Aira dan Yumna, maka semakin terlambat lagi. Jelas Aga akan mendapat teguran keras nanti.

"Baik." Akan tetapi rasa tak sampai hati menolak permintaan Dira lebih mendominasi, dari pada kekawatirannya akan mendapat SP dari ayah gadis manis itu.

"Aga. Antarkan saja nonamu pulang dengan selamat. Aku dan kak Aira mau naik taksi," putus Yumna yang diamini oleh Aira dengan senyuman lembut.

"Gak papa kok, aku antarkan kalian dulu," kata Dira pasti. Apalagi Aga juga sudah menyetujui.

"Dira langsung pulang saja. Kak Aira dan Yumna gue yang antar."

Itu suara Zian. Lelaki itu mendekat, dan langsung membuat keputusan yang tak boleh mendapatkan sanggahan.

Para selir pun patuh dengan keputusan sang kaisar.

1
Ayuwidia
Aku baca ini sambil rebutan hp sama Ryu 😆

Aku kasih vote biar calonnya Zian tambah semangat
Najwa Aini: Makasih Votenya ya..buat bekal ngetik nih..uto up besok.

Ryu pliss deh..ngertiin kita yang udah tua2 ini...
total 1 replies
Ayuwidia
Nah lho, nggak bisa disangkal. Buruan halalin Kak Aira, Bang
Najwa Aini: Belum siap mahar.
Masa mau pakai mahar slang damkar juga
total 1 replies
Ayuwidia
Ahayyyyy, Kak Aira langsung nggak bisa ber word-word. Mukanya juga merah seperti kepiting rebus
Najwa Aini: Gak ada lagi narasi setelah itu kannn..
kenapa dibikin sendiri.
Aku sengaja di bagian itu selesai gitu aja..
Biar kalian rusuh. eh ini anak rusuh duluan
total 1 replies
Ayuwidia
Butuh hati buat bersandar
Najwa Aini: Uwuhhh tau banget si Dira.
punya kemampuan jadi cenayang nih
total 1 replies
Ayuwidia
Pujian dari lubuk hati terdalam, ahay. Memuja dalam senyap
Najwa Aini: Senyap itu tanda kasih sayang lbh besar..kataku ke Zian.

Dia bilang...
cakepp..
ambigu kannn
total 1 replies
Ayuwidia
Betul, sependapat
Ayuwidia
Nah lho, ajak ketiganya juga halal
Najwa Aini: Pasti seru kalau pendampingnya 3 orang sekaligus
total 1 replies
Ayuwidia
Tunangan Di memang gitu. Gampang ngambek. Kaya' bocah yang nggak dikasih permen sama emaknya
Najwa Aini: Dia juga cembokur ma Zian yg asli..
😁😁
total 1 replies
Ayuwidia
Woah, berapa mantan lu, Bang?
Najwa Aini: Kalau menurut cerita di kutunggu jandamu, mantannya 4..
Selaku itu memang dia
total 1 replies
Ayuwidia
Kamu mang harus giat bekerja, Bang. Demi memanjakan istri dan anak2. Hahay
Ayuwidia: pftttttt
total 4 replies
Ayuwidia
Barakallah fii umrik, Diandra
Ayuwidia: sama2
total 2 replies
Ayuwidia
apa tuch yang bikin seneng?
Najwa Aini: Makan bareng
total 1 replies
Ayuwidia
Jangan-jangan yg dijodohkan sama Zian adalah Aira. Kalau benar bakal so sweet banget
Ayuwidia: Hiyaaaaaa
total 2 replies
Ayuwidia
Nyungsep aja di planet Pluto klw udah gini
Ayuwidia: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 2 replies
Ayuwidia
Kali ini Aga nggak bisa diandelin. Ya salam
Najwa Aini: Aga kan cuma bicara jujur. masa salah...
total 1 replies
NA_SaRi
Mbak Dira knp? sini cerita 🤗
Nofi Kahza
idiiih. kok gedek aku ma ni orang. dia ngarep Aira nyuruh dia mampir
Najwa Aini: Gaya²nya siapa tuhhh
total 1 replies
Nofi Kahza
baca part ini serasa tiba2 makek hanfu
Najwa Aini: Ayuk ikut jadi pemeran di Dracin
total 1 replies
Nofi Kahza
terharuuuu
Najwa Aini: sana nangis dulu di pojokan
total 1 replies
Nofi Kahza
dosa buang rejeki tuh.. harus dinikmati. kan pemberian Tuhan
Najwa Aini: Iya benar Yumna.
menyala yumna
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!