Matahari terbenam, memeluk kegelapan. Tepian laut berbisik dengan kencang. Angin malam yang hangat sangat menusuk hingga ke tulang.
Zoya dan Arga dijebak seseorang sehingga mereka harus dinikahkan paksa oleh warga desa. Karena pernikahan itu, Zoya dibenci keluarganya. Suaminya yang masih berstatus pelajar pun sangat membencinya.
Bagaimana kisah Zoya di masa remajanya yang harus nikah muda?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Pertandingan Basket
Sejak malam itu, Arga dan Zoya tinggal di apartemen. Jarak dari sekolah ke apartemen lumayan jauh. Zoya terpaksa diantar oleh Arga ke sekolah. Tapi Zoya diturunkan di jalan dekat sekolah. Arga masih tidak ingin teman-temannya tahu dia dan Zoya tinggal bersama.
Arga masih teringat pertemuannya dengan seseorang yang benar-benar mirip dirinya. Arga pernah menanyakan kepada Alan apakah Arga punya saudara. Alan bilang, Arga anak tunggal. Arga tidak yakin di dunia ini ada orang yang benar-benar sangat mirip dengannya kecuali dia adalah kembarannya.
Arga berharap, dia akan dipertemukan kembali dengan orang yang sangat mirip dengannya itu. Apa kebetulan dia malam itu mengikuti Arga ataukah dia sengaja mengikuti Arga. Banyak sekali pertanyaan di kepala Arga.
"Ga!" Najib membuyarkan lamunan Arga.
"Copot jantung gue!" Arga mengelus dadanya.
"Sebentar lagi semester 1 akan berakhir. Acara camping pramuka akan diadakan minggu depan. Lu dipanggil kepala sekolah," kata Najib.
"Gak terasa ya, mau bagi rapot az," sahut Arga.
Arga beranjak dari tempat duduknya. Arga ditemani Najib menuju ruangan kepala sekolah. Sudah beberapa hari ini di sekolah diadakan class meeting. Semua siswa siswi berada di lapangan mendukung masing-masing perwakilan kelas mereka. Zoya terlihat akrab dengan Daniyal.
Arga terus mengawasi Zoya dari kejauhan. Arga masuk ke ruangan kepala sekolah. Setelah beberapa menit kemudian, Arga dan Najib keluar dari ruangan kepala sekolah. Mereka bergabung dengan siswa siswi yang lain di lapangan.
Hari ini pertandingan basket siswi. Zoya, Dinar, Raisa, Ana, Dewi mewakili kelas mereka. Mereka bertanding melawan perwakilan dari kelas Arga. Zoya terlihat berbeda hari ini begitu bersinar di pandangan Arga.
"Bening amat nomor 5, kok gue baru liat," celetuk teman sekelas Arga.
"Punya gue itu, awas az lu," sahut Najib.
"Zoya, beda ya hari ini. Lu gak sadar Ga?" Rafa menyenggol lengan Arga.
Arga hanya diam. Arga menatap Zoya dan teman-temannya yang sedang melakukan pemanasan. Alesha duduk di samping Arga membawa cemilan dan minuman dingin. Sesekali Alesha bersikap manja hanya untuk menunjukkan kepada semua orang yang ada di sana bahwa Arga hanya miliknya.
"Alesha, ngapain lu di sini? Bukannya lu tanding?" Rafa menarik Alesha ke tengah lapangan basket.
Arga lagi-lagi melihat Daniyal yang begitu perhatian kepada Zoya. Daniyal memberikan minuman untuk Zoya. Arga memperhatikan Zoya yang selalu memegang perutnya. Zoya meminum minuman yang dikasih Daniyal.
Zoya, Alesha dan teman-temannya sudah berada di dalam lapangan. Wasit meniup peluit panjang pertanda pertandingan akan di mulai. Permainan terlihat seru. Tim Zoya dan tim Alesha sama-sama kuat.
Dinar berhasil merebut bola dari Alesha. Dinar melemparkan bola ke arah Zoya. Dengan lincahnya Zoya mendribble bola dan melempar ke arah Raisa. Raisa menangkap bola dan menggiring ke arah ring lawan. Bola kembali dilempar ke Zoya. Zoya melompat dan melakukan lay up. Bola masuk ke ring lawan.
Sorakan bergema di lapangan basket. Kelas Zoya memberikan semangat kepada tim Zoya. Arga tersenyum melihat aksi Zoya yang begitu mengagumkan. Tidak hanya pintar masak, Zoya juga jago dalam olahraga.
Zoya menyeka butiran bening yang jatuh di keningnya. Zoya merapikan rambutnya yang mulai berantakan. Zoya mengangkat rambutnya dan menguncir tinggi rambutnya. Semua siswa terpana memekik histeris menatap Zoya.
Daniyal melambaikan tangannya memberi semangat kepada Zoya. Zoya tersenyum dan membalas lambaian tangannya. Zoya mengedarkan pandangannya dan untuk pertama kalinya Zoya melihat Arga yang tersenyum dan memberikan semangat kepadanya.
Permainan masih berlanjut. Alesha mengumpat karena skornya terlampau jauh dari tim Zoya. Alesha mulai terpancing emosi ketika melihat Arga yang mulai memberikan perhatian kepada Zoya. Alesha merencanakan sesuatu.
Zoya menggiring bola, melempar bola ke samping dan langsung ditangkap oleh Dewi. Gerakan gesit Dewi menghindari lawan, berputar, menembak langsung ke ring lawan. Poin kembali dicetak, teriakan kemenangan kembali terdengar.
Alesha menggeram marah. Alesha mulai melakukan kecurangan. Alesha dengan sengaja menyenggol kaki Zoya yang sedang mendribble bola. Zoya terjatuh. Suara peluit wasit menghentikan permainan. Daniyal tiba-tiba saja masuk, mengangkat Zoya keluar lapangan.
Zeki saat itu berada di lapangan basket. Dia sengaja datang untuk melihat Zoya bertanding setelah mendengar cerita dari Elika. Zeki berdiri dari tempat duduknya hendak membantu Zoya.
Di saat Daniyal meninggalkan Zoya yang duduk di tepi lapangan, saat itu Zeki melihat dengan jelas, Elika melempar bola basket ke arah Zoya dengan keras.
BRUUUUK!
Zoya jatuh pingsan. Elika berlari meninggalkan lapangan basket. Naluri Zeki sebagai kakak terpanggil. Zeki menerobos kerumunan, Zeki mengangkat Zoya dan meminta teman Zoya mengantarnya ke ruangan UKS.
Arga tidak mengenali Zeki dari belakang. Arga mulai merasa tidak nyaman. Selain Daniyal ternyata ada cowok lain yang menyukai Zoya. Arga mencoba mencari tahu. Arga bertanya kepada Dinar, Zoya dibawa ke mana. Dinar menjawab ke ruangan UKS.
Arga ke ruangan UKS. Zoya dibersihkan lukanya yang ada di kening dan juga di hidung. Zoya dipasangi infus karena kata dokter Zoya kekurangan cairan.
"Lu, kenapa ada di sini?" tanya Arga.
"Pengen lihat Zoya tanding," jawab Zeki.
"Apa lu lihat perbuatan Elika? Gue ragu, apa iya Elika dan Zoya bersaudara? Sudah beberapa kali gue liat Elika seperti membenci Zoya," Arga sambil melihat kondisi Zoya.
"Itu karena Elika tidak ingin tempatnya diganti oleh Zoya," sahut Zeki.
"Ya sudah, pulang lu. Ngapain di sini? Nanti Elika semakin iri!" Usir Arga.
Dengan lesu, Zeki meninggalkan ruangan UKS. Daniyal mencari Zoya di ruangan UKS. Daniyal menanyakan keadaan Zoya kepada dokter yang ada di ruangan UKS. Sebelum bertanding, Zoya sakit perut setelah makan sesuatu. Daniyal takut sakit perut Zoya bertambah parah.
Dokter kembali memeriksa Zoya. Tidak ada tanda-tanda keracunan makanan. Dokter melihat ada bercak noda darah di sprei yang Zoya tempati. Dokter tersenyum dan bilang kepada Daniyal, sakit perut yang dialami Zoya adalah sakit biasa yang dialami cewek pada umumnya ketika mereka menstruasi.
Daniyal dan juga Arga merasa lega karena kondisi Zoya tidak begitu parah. Setelah infusnya habis Zoya bisa langsung pulang beristirahat di rumah.
"Maaf, lu siapanya Zoya?" Arga ingin rasa penasarannya terjawab.
"Teman dekatnya. Bisa gak pulang sekolah, Zoya gue yang antar?" ucap Daniyal.
"Ngapain lu di rumah gue?"
"Nggak cuman mau lebih dekat aja sama Zoya. Gue cuman ngantar, gak bakalan masuk. Lagian juga, Zoya gak bakalan biarkan gue ke rumah lu," jawab Daniyal.
Zoya mulai tersadar. Zoya bangun dan duduk di atas tempat tidur pasien. Zoya memegang keningnya yang sakit. Daniyal berdiri di samping Zoya menanyakan keadaannya.
"Terima kasih Daniyal, aku baik," Zoya melepas infus yang menancap di tangannya dan turun dari tempat tidur pasien.
"Zoya, lu mau ke mana?" Arga menghalangi Zoya.
"Mau bikin perhitungan kepada seseorang!"
Zoya mengumpulkan kekuatannya untuk berjalan. Zoya menahan rasa sakit. Zoya memperjelas pandangannya yang sedikit buram. Zoya mengambil bola basket yang ada di depan ruang UKS. Zoya semakin mempercepat jalannya.
Zoya menghentikan langkahnya. Zoya sedang mencari seseorang. Dan Zoya melihat Elika sedang berdiri di depan kelasnya bersama Zeki. Entah apa yang dibicarakan, mereka terlihat serius.
Zoya dengan segenap kekuatannya melempar bola basket itu ke arah Elika.
BRUUUUK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...