NovelToon NovelToon
Cinta Di Atas Abu

Cinta Di Atas Abu

Status: sedang berlangsung
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: RizkaAube

Hidup Nara berubah dalam satu malam. Gadis cantik berusia dua puluh tahun itu terjebak dalam badai takdir ketika pertemuannya dengan Zean Anggara Pratama. Seorang pria tampan yang hancur oleh pengkhianatan. Menggiringnya pada tragedi yang tak pernah ia bayangkan. Di antara air mata, luka, dan kehancuran, lahirlah sebuah perjanjian dingin. Pernikahan tanpa cinta, hanya untuk menutup aib dan mengikat tanggung jawab. Namun, bisakah hati yang terluka benar-benar mati? Atau justru di balik kebencian, takdir menyiapkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar luka? Dan diantara benci dan cinta, antara luka dan harapan. Mampukah keduanya menemukan cahaya dari abu yang membakar hati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkaAube, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter : 20

“Aamiin,” ucapnya sambil tersenyum tipis, meski senyum itu hanya untuk menutupi gejolak di dalam hatinya.

“Oh, iya, aku izin pamit dulu, ya, teman-teman," ucap Nara bangkit dari kursi dan menarik tasnya.

"Gamau tunggu Puput pulang dulu? Mungkin dia lagi dijalan," tanya salah satu dari mereka.

"Eh, gapapa, Puput sudah tahu kok," jawab Nara.

"Yasudah, hati-hati ya Nar," ucap mereka semua.

Perjalanan pulang terasa aneh. Kata-kata Ratih terus berputar di kepalanya.“Pak, tolong berhenti di apotek, ya,” pintanya pada sopir yang ditugaskan Melisa untuk menjemputnya.

“Baik, Nona.”

Tak lama kemudian, setelah singgah di apotek, mobil kembali meluncur menuju rumah Melisa. Nara belum kembali ke rumah Zean karena permintaan mertuanya untuk menginap sementara dirumah mereka.

Begitu sampai, ia langsung menuju kamar, mengunci pintu, dan membuka kantong plastik kecil di tangannya. Jantungnya berdegup cepat saat ia menyiapkan tespek dan gelas kecil berisi urin.

Prang!

Gelas itu tergelincir dari tangannya, pecah, dan air hangatnya membasahi kulit putih kakinya. Napas Nara tercekat. Tangannya gemetar saat mengangkat tespek itu untuk memastikannya sekali lagi.

“Garis dua?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.

Air mata mengalir begitu saja. Bukan karena tak bahagia, tapi karena takut. Takut suatu hari anaknya akan tumbuh mengetahui kebenaran pahit bahwa ayahnya mencintai orang lain, bukan ibunya.

Tok! Tok! Tok!

“Nara, sayang, kamu di dalam?” suara Melisa terdengar di luar.

“Mama…” Nara panik, buru-buru membungkus tespek dengan tisu lalu menyelipkannya di dalam plastik hitam.

“Iya, Ma. Aku lagi di kamar mandi,” jawabnya agak keras, mencoba terdengar normal.

“Siap-siap, ya. Kita mau lihat butikmu sebentar lagi.”

“Iya, Ma,” sahutnya, sedikit lega karena Melisa tak masuk ke kamar.

Beberapa saat kemudian, Nara sudah turun dengan kemeja rapi dan rok span putih yang membentuk siluet tubuhnya.

“Ya ampun… cantik banget anak Mama,” puji Melisa tulus.

“Mama juga cantik,” balas Nara sambil tersenyum sopan.

Mereka lalu menjemput Cika dan menuju butik baru itu. Bangunan megah dengan aksen emas berkilau membuat siapa saja yang melihatnya tak bisa menahan decak kagum.

“Kamu suka, sayang?” tanya Melisa.

“Suka sekali, Ma… ini bagus banged,” jawab Nara, matanya mulai berkaca-kaca.

“Bagus banged toko kak nara, enak nih karena deket sama sekolah cika jadi kalo pulang boleh mampir kesini” ucap cika yang juga ikut bahagia atas kebahagian kakak iparnya. Apalagi kini mereka sudah lumayan dekat, walaupun Cika terkadang masih menujukkan sikap cueknya.

“Iya sayang, jadinya nanti kakak punya kawan deh disini” jawab nara sembari memeluk pelan badan cika yang lumayan lebih tinggi darinya.

Setelah puas melihat-lihat butik, ketiganya sepakat untuk langsung pulang. Langit sore mulai berwarna jingga keemasan, dan angin membawa aroma malam yang pelan-pelan datang. Mobil mewah yang mereka tumpangi melaju mulus, roda-rodanya akhirnya melintasi gerbang tinggi dengan pagar besi kokoh yang melindungi rumah besar bak istana itu.

Begitu masuk, mereka bertiga berpamitan menuju kamar masing-masing untuk membersihkan diri.

Ceklek.

Nara memutar gagang pintu kamarnya. Sunyi. Tidak ada tanda-tanda Zean di dalam. Ia menduga suaminya belum pulang.

Langkahnya otomatis menuju kamar mandi, tapi tiba-tiba teringat sesuatu, tespek yang tadi pagi digunakannya. Jantungnya berdetak cepat. Ia segera mengambilnya, membungkus rapat dalam plastik hitam. Rahasia itu tidak boleh jatuh ke tangan siapa pun.

Air shower menyapu tubuhnya lama, membasahi kulitnya yang dingin. Namun, dingin itu bukan dari air, melainkan dari beban pikiran yang terus menghimpit. Pandangannya kosong, pikirannya berkelana ke segala arah tentang kehamilan, pernikahannya, dan masa depan yang samar.

Akhirnya ia mematikan keran, mengambil handuk, dan melilitkannya di tubuh. Keluar dari kamar mandi, langkahnya sedikit gontai.

Namun sesuatu membuatnya terhenti. Hawa ruangan terasa berubah. Ada yang berbeda. Seperti Ada tatapan yang menembus punggungnya.

Perlahan ia menoleh.

Zean. Berdiri di dekat lemari, diam, namun matanya terpasang pada dirinya. Tatapan itu sulit diartikan, antara dingin, penasaran, dan sesuatu yang lain.

“Sejak kapan dia di sini?” batin Nara, tubuhnya mulai tegang.

1
Bintang
Smgt 🌷
Etit Rostifah
lanjut ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!