Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Seperti yang pernah aku katakan, aku adalah mafia yang memiliki sejumlah anggota. Tidak sulit untuk menemukan seseorang. Selama empat tahun ini kau tinggalkan Guang Zhou dan bekerja di salah satu toko obat tradisional. Kau menjadi tabib di sana. Karena keahlianmu dalam pengobatan sehingga Ryan Shen mengajakmu bergabung dengan Medicare Hope Foundation. Semua tentangmu aku sudah tahu dari awal," ungkap Maximilian dengan nada penuh keyakinan.
Cat terpaku mendengar setiap kata pria itu. Matanya melebar, hatinya berdegup kencang, seakan dinding pertahanannya runtuh begitu saja.
"Selama ini kau mengikutiku?" tanya Cat dengan suara bergetar, antara marah dan takut.
"Benar!" Maximilian mendekat, tatapan matanya tajam. "Aku sengaja mengirim anggotaku untuk mengawasimu. Semua gerak-gerikmu dan pergaulanmu aku sudah tahu. Apakah kau mengira aku begitu baik hati membantu Medicare Hope Foundation dengan sejumlah uang? Kalau tanpa tujuan, mana mungkin aku akan ikut campur dalam urusan korban gempa," katanya sambil menyeringai tipis.
"Sejak awal kau sudah tahu aku di mana, oleh karena itu kau datang juga ke tempat tinggalku. Itu artinya selama empat tahun aku hidup dalam pengawasanmu," ujar Cat, suaranya terdengar getir.
"Benar sekali!" Maximilian mencondongkan tubuhnya, membuat jarak di antara mereka semakin dekat. "Cat Liu, kau mengira kau bisa bebas dariku? Tidak mungkin sama sekali. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk muncul di hadapanmu. Memberi kau waktu selama bertahun-tahun. Agar kau bisa menjalani kehidupan yang kau mau," katanya, matanya berkilat penuh obsesi.
Cat menatap balik dengan sorot mata penuh kebencian. "Maximilian Zhang, kau jangan lupa, yang bersalah adalah dirimu sendiri, bukan aku. Kau yang memanfaatkan aku. Karena itu aku memilih pergi. Jadi sampai kapan pun aku tetap tidak akan kembali padamu. Lagi pula, saat ini kau sudah memiliki seorang tunangan. Tolong jauh dariku," katanya tegas, meski hatinya gemetar.
Maximilian justru mendekatkan wajahnya hingga hanya sejengkal dari wajah Cat. Nafas hangatnya menyapu kulit gadis itu, "Aku tidak peduli," bisiknya berat. "Hari ini aku bisa bertunangan dengannya, besok aku juga bisa membatalkan semuanya. Pertunangan ini hanya formalitas bagiku. Apakah kau sama sekali tidak cemburu?" tanyanya, tatapannya menusuk ke dalam mata Cat.
"Aku tidak akan cemburu, karena masalahmu tidak ada hubungan denganku," jawab Cat dengan nada dingin, meski dadanya berdegup tak terkendali.
"Sayang sekali…" Maximilian menyeringai penuh kepuasan, "kau tidak akan bisa terlepas dari genggamanku, Cat Liu."
Tanpa peringatan, Maximilian menundukkan kepala dan mencium bibir gadis itu. Cat terbelalak, tubuhnya berusaha meronta, namun kedua tangannya dikunci erat oleh tangan kiri pria itu. Nafasnya tersengal, hatinya bergejolak antara marah dan ketakutan.
Tangan kanan Maximilian mencengkeram dagu Cat dengan keras, memaksanya menerima ciuman itu. Cat mencoba melawan, tetapi hanya bisa membalasnya dengan terpaksa.
Ciumannya semakin dalam, membuat Maximilian kian bernafsu. Tubuhnya menekan tubuh Cat ke ranjang, tak memberi celah sedikit pun untuk melarikan diri. Nafasnya kasar, seolah rasa haus yang tertahan selama bertahun-tahun kini tumpah tanpa kendali.
Maximilian semakin tak terkendali. Bibirnya menelusuri mulut Cat, lalu dengan paksa ia melibatkan lidahnya, menerobos pertahanan terakhir gadis itu. Cat berontak, tubuhnya menegang, rasa jijik bercampur takut menusuk ke dalam relung hatinya.
Saat ciuman itu semakin dalam, tangan Maximilian mulai bergerak, jari-jarinya menyentuh kancing baju tidur Cat, membukanya satu per satu dengan penuh nafsu. Cat merasakan tubuhnya bergetar, panik menyeruak ke seluruh tubuhnya.
Dengan putus asa, Cat menggigit lidah pria itu sekuat tenaga. Maximilian mendesis tertahan, terpaksa melepaskan ciumannya. Rasa logam darah tipis tercium di udara, membuat tatapannya semakin liar.
"Kalau kau menyentuhku, aku akan semakin membencimu," kata Cat dengan suara gemetar namun penuh tekad.
Maximilian terdiam sejenak, lalu menatapnya dalam-dalam. Senyum dingin melintas di wajahnya. "Kau hanya milikku, dan hanya aku yang bisa menyentuhmu. Ketika aku menginginkannya, kau harus berikan padaku." Suaranya dalam dan penuh ancaman, seperti sebuah sumpah.
Tangannya kembali menahan kedua pergelangan tangan Cat, membuat gadis itu tak berdaya. Ia menunduk, mencium wajah Cat berkali-kali, lalu menurunkan bibirnya ke leher jenjang gadis itu, meninggalkan jejak yang membuat Cat semakin ingin menangis.
seru" smua karya mu thorrrr
amazingggggg
tiap karya punya ciri khas sendiri
tiap up nya ga bisa d.tebak
🤣🤣🤣