NovelToon NovelToon
KAKEK PEMUAS

KAKEK PEMUAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Putri muda

seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

Pak Jaya sudah duduk di teras rumahnya, bersama Surti dan saudara laki-lakinya. Hari ini adalah hari penyelesaian kasus perselingkuhan Surti.

Tak lama kemudian, Pak Sardi dan Mang Surya tiba dan duduk berhadapan dengan Surti.

Lalu mereka mengobrol tentang kehidupan di desa ini, mulai dari masalah pertanian hingga peternakan. Pak Jaya selalu bertanya kepada Mang Surya, juga kepada Pak Sardi tentang proyek di tempat Pak Sardi bekerja. Mereka mengobrol ringan dulu, karena Pak Jaya belum memulai acara pertemuan itu.

Beberapa menit kemudian, Pak Marwan datang bersama dua orang anak buahnya, yang keduanya hidup dari uang Pak Marwan, dan menjadi seperti pengawal kalau di kota. Setelah Pak Marwan tiba dan duduk berhadapan dengan Pak Jaya, Pak Jaya kembali menanyakan tentang pertanian dan perdagangan yang digeluti Pak Marwan, memulai dengan mengobrol ringan dulu.

Pak Marwan dikenal sukses dalam bertani, dan istrinya juga berdagang di rumahnya. Mereka memiliki dua toko besar, bahkan paling besar di kampung ini.

Setelah beberapa menit mengobrol santai, suasana tampak cair, seperti tidak akan ada masalah berat yang akan dibahas. Namun, mereka semua tahu bahwa sebentar lagi akan membahas kasus yang rumit, tentang perselingkuhan Surti yang masih belum dimulai.

Pak Jaya sangat ahli dalam meredakan suasana agar tidak terjadi ketegangan di antara mereka, meskipun ia tahu sebentar lagi pasti akan ada perbedaan pendapat di antara orang-orang yang hadir.

“Terima kasih atas kedatangan Bapak-bapak. Saya mengundang Bapak-bapak ke sini hari ini karena ada permasalahan yang harus kita bahas,” kata Pak Jaya memulai acaranya. Suaranya terdengar berat dan penuh wibawa.

Mendengar itu, para peserta pertemuan langsung terdiam, bahkan hampir semua menunduk mendengarkan dengan seksama apa yang akan diucapkan Pak Jaya.

“Kemarin saya menerima pengaduan dari Pak Sardi bahwa istrinya diduga berselingkuh dengan Pak Marwan. Karena masalah ini cukup serius, itu kenapa saya mengumpulkan Bapak-bapak di sini hari ini. Jadi, kita akan mulai acaranya. Saya akan memberikan kesempatan kepada Pak Sardi dulu untuk mengutarakan keberatannya, karena beliau yang melapor kemarin,” ucap Pak Jaya, memberikan waktu kepada Pak Sardi.

“Terima kasih, Pak. Kemarin pagi, saat saya berangkat bekerja, di tengah perjalanan, saya bertemu dengan Mang Surya. Setelah sempat bertegur sapa, lalu Mang Surya memberitahu saya bahwa istri saya selingkuh dan dia menyaksikan langsung kejadian itu dua hari yang lalu. Karena itu, saya melapor sama Bapak agar Bapak bisa menyelesaikan masalah ini, karena Bapak merupakan pimpinan di kampung ini,” jelas Pak Sardi.

“Lanjutkan dulu! Apa tujuan akhir dari penyampaianmu padaku?” tanya Pak Jaya lagi.

“Saya hanya ingin menceraikan istri saya, Pak. Saya biarkan dia kalau mau menikah dengan Pak Marwan. Mungkin saya memang tidak becus sebagai suaminya. Namun, karena masalah keluarga ini bermula dari Pak Marwan, saya meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah dia lakukan pada keluarga saya. Minimal, jangan biarkan istri saya jadi janda. Dia harus bertanggung jawab karena telah merusak kehidupan rumah tangga kami, juga sanksi-sanksi yang selama ini berlaku di kampung ini,” terang Pak Sardi.

“Oh begitu. Tapi sebelum masuk ke ranah itu, saya ingin bertanya pada Mang Surya. Apakah benar dia melihat Surti selingkuh dengan Pak Marwan? Dan jika tuduhanmu benar, Bapak pasti akan menekan Pak Marwan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, juga dengan sanksi yang sesuai. Juga seperti tuntutanmu agar menikahi Surti,” jawab Pak Jaya.

“Pak, saya sudah mendengar penuturan Pak Sardi. Tolong sampaikan apa yang Bapak lihat,” lanjut Pak Jaya bertanya pada Mang Surya.

“Begini Pak, saya awalnya mencari rumput di kebun Pak Sardi. Saat saya lewat di gubuknya, saya mendengar suara orang mendesah. Setelah saya lihat sebentar, ternyata suara itu dari Surti yang tengah berhubungan badan dengan Pak Marwan,” jawab Mang Surya.

“Oh begitu. Artinya, Bapak melihat langsung, ya? Jadi, masalah ini sudah jelas. Pak Sardi yang melaporkan masalah ini, dan sudah dengan saksi yang sangat meyakinkan, karena orang seperti Mang Surya tak mungkin akan mengada-ada, apalagi beliau sudah berumur. Sekarang saya serahkan waktu kepada Surti, untuk mendengar pembelaannya. Kenapa sampai dia melakukan hal itu bersama Pak Marwan? Dan saya siap menjalankan sesuai sanksi yang sudah sering berlaku di kampung ini. Surti dan Pak Marwan harus siap menjalaninya,” ucap Pak Jaya lagi, terdengar tegas.

“Iya Pak. Saya memang bertemu Mang Surya kemarin di gubuk yang ada di ladang itu,” ucap Surti lalu terdiam sebentar.

“Ya, teruskan,” sahut Pak Jaya.

Setelah berpikir sejenak, lalu Surti melanjutkan,

“Kemudian saya menyapa Mang Surya dan dia meminta izin untuk mengambil rumput di ladang saya. Saya pun mengizinkannya karena saya memang tidak memiliki sapi.” Surti menghela napas sejenak, kemudian melanjutkan,

“Tapi setelah itu, Mang Surya mulai bertanya tentang suami saya. Saya bilang Mas Sardi sedang bekerja. Lalu tiba-tiba Mang Surya berkata, ‘Jadi kamu sendiri ke sini, ya? Kenapa tidak mengajak suamimu? Gimana kalau kamu temani Mamang sebentar saja, biar Mamang semangat setiap hari cari rumputnya. Ke sini, Mamang sudah lama tak pernah merasakan…’”

Surti terdiam, tampak malu. “Saya malu mengatakannya, Pak. Tapi demi keutuhan keluarga saya, saya terpaksa membeberkan kejadian itu sekarang. Sebelumnya, saya minta maaf kepada Mang Surya.” Ucap Surti lalu menatap Mang Surya.

“Saya hanya ingin Pak Jaya tahu apa yang sebenarnya terjadi. ‘Kamu cantik sekali, mari temani Mamang sebentar saja, apalagi di sini pas ada gubuk.’ Begitu Mang Surya bicara, saya langsung kaget, Pak, dan sedikit mundur. Ternyata selama ini Mang Surya suka dengan saya.

Lalu saya memarahi Mang Surya, tetapi Mang Surya tak terima. Dia lalu memegang tangan saya dan mau memaksa mengajak ke gubuk itu. Saya jelas sangat menolak ajakan Mang Surya, karena saya sangat mencintai suami saya. Juga, tak mungkin menghancurkan rumah tangga saya dengan hal-hal seperti ini. Saya sudah terpuaskan oleh suami saya, Pak. Saya tak mungkin menghancurkan masa depan anak saya dengan perbuatan tercela seperti perselingkuhan yang dituduhkan Mang Surya pada saya.

Saya tidak menyalahkan suami saya, Pak. Dia begitu karena kata-kata Mang Surya lah yang membuat suami saya sangat marah. Benar kan, Mas? Apakah Mas yakin kalau aku selingkuh?” tanya Surti menatap suaminya, setelah menyelesaikan cerita panjang lebar.

Mang Surya sangat kaget mendengar pernyataan Surti, yang sangat bertolak belakang dengan kejadian sebenarnya yang terjadi dua hari lalu di kebun Pak Sardi.

“Tidak benar itu, Pak. Saya berani bersumpah…,” jawab Mang Surya. Namun, dengan cepat tangan Pak Jaya memintanya untuk diam karena dia belum selesai mendengarkan pembelaan Surti.

“Kenapa Mas diam? Apa Mas curiga kalau aku selingkuh? Kalau curiga, kenapa tidak katakan dari dulu, biar aku menjauhi siapa orang yang Mas curigai itu? Demi keutuhan rumah tangga kita. Aku tak mungkin selingkuh, Mas. Aku sangat sayang dan cinta sama Mas,” ucap Surti mendesak suaminya.

Bersambung...

1
Haru Hatsune
Cerita yang bikin baper, deh!
Apaqelasyy
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!