Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.
Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.
Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.
Baca selengkapnya di novel ini >>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mentari di tengah badai
Meskipun keberadaannya tidak aman, namun sesekali Martin masih tetap mengajak Farrah keluar untuk sekedar membuang bosan.
Sore itu, setelah melipat pakaian, Martin tampak mondar-mandir seperti orang kebingungan.
Tak lama kemudian, ia membuka kulkas dan memeriksa stok makanan.
" Yogurt masih ada, roti, madu, daging, sayur juga masih ada. " Gumam Martin seraya menutup pintu kulkas.
Martin sejenak tertegun seperti memikirkan sesuatu, ia kemudian mengambil sebotol minuman rasa buah di kulkas lalu menghampiri Farrah.
" Bosan banget, cari angin yuk!. " Ajak Martin seraya membuka botol minuman yang baru saja ia ambil itu.
" Ke mana? " tanya Farrah.
" Ke pantai. " Jawab Martin.
" Boleh juga, tunggu ya aku mandi dulu. " Balas Farrah seraya beranjak dari tempat duduk.
" Tidak usah mandi, entar pulang dari pantai saja mandinya. " Ujar Martin.
Farrah pun setuju, setelah mengganti pakaian, Martin dan Farrah akhirnya pergi ke pantai.
...***...
Setibanya di pantai, pandangan Martin seketika tertuju pada ombak kecil pantai yang menyapu lembut kerikil yang menghampar indah.
Martin tampak beberapa kali menghirup udara dan menghembuskannya perlahan.
" Segar banget hmmm, ke sana yuk!. " Ajak Martin seraya menunjuk ke arah ombak yang berdatangan.
" Yuk. " Sahut Farrah seraya memperbaiki rambutnya.
Saat sedang sibuk main ombak pantai, Farrah merasa pusing dan mual, hingga muntah di pantai itu.
Martin tampak tidak menyadari hal yang terjadi pada Farrah, ia masih sibuk mengibas-ibas air laut dengan tangannya.
" Uhuk..uhuk..ugh.. " Farrah muntah hebat di tepi pantai.
Menyadari ada suara seperti orang muntah, Martin sontak menoleh, betapa kagetnya ia ketika mendapati Farrah seperti ngos-ngosan karena muntah.
" Kenapa, kok muntah?. " Tanya Martin sambil merangkul kekasihnya itu.
" Enggak tahu, mungkin masuk angin, angin pantai kencang banget sih. " Jawab Farrah.
Melihat Farrah semakin terlihat tidak baik-baik saja, Martin pun berniat membawa Farrah ke klinik terdekat untuk mendapatkan penanganan.
Setelah naik ke motor, Martin memegang tangan Farrah yang memeluk dirinya, karena takut Farrah pingsan dalam perjalanan.
Setelah tiba di klinik, mereka di sambut hangat oleh beberapa petugas klinik.
" Bu tolong, tolong. " Teriak Martin sambil menggendong Farrah yang sudah terlihat tidak bertenaga.
" Baringkan ke sini pak. " Ucap beberapa petugas klinik sambil menarik bed pasien ke arah Martin.
Martin pun membaringkan Farrah ke bed pasien itu, petugas klinik kemudian membawa Farrah ke ruang periksa.
Beberapa saat kemudian, satu petugas klinik tampak keluar dan bertanya pada Martin.
" Mohon maaf Bapak, pasien saat ini tidak sadarkan diri. Apakah ada gejala tertentu yang dialami pasien sebelum datang ke sini? " tanya petugas klinik itu.
Martin tampak panik dan ingin menghampiri Farrah ke ruang periksa, namun petugas itu menghentikannya.
" Tidak sadarkan diri bagaimana sus? " tanya Martin panik seraya berlari ke arah ruangan tempat Farrah diperiksa.
" Mohon maaf Pak, Pasien belum boleh dijenguk. Yang kami butuhkan saat ini adalah keterangan gejala yang dialami pasien sebelum datang ke klinik, jika ada. " Ujar petugas itu.
" Kurang tahu sus, tapi tadi dia sempat muntah saat main ombak pantai. Katanya kemungkinan dia masuk angin, karena kebetulan tadi angin di pantai bertiup sangat kencang. " Ujar Martin.
" Baik, terima kasih, Pak. " Ucap petugas klinik itu seraya pergi.
Petugas itu pun memberitahu dokter gejala yang dialami oleh Farrah, berdasarkan keterangan dari Martin.
Dokter pun akhirnya melakukan beberapa pemeriksaan pada Farrah.
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, dokter yang memeriksa Farrah tadi menemui Martin.
" Selamat Bapak, istri anda mengandung bayi perempuan, usia kandungannya 18 minggu. " Ujar dokter itu sambil tersenyum.
Mendengar pernyataan dokter itu, Martin tampak gembira namun seketika ia terdiam dan terlihat bingung.
Melihat Martin terdiam, dokter itu pun bingung, ia pun kembali mengucapkan selamat pada Martin.
" Pak, kok bengong?, selamat ya. " Ucap dokter itu.
" I, iya, terima kasih dok. " Balas Martin terlihat kaku.
Dokter itu tersenyum kemudian berlalu pergi.
...***...
Martin tampak melamun, terlintas rasa bahagia di hatinya karena akan punya anak, namun ia sedih ketika menyadari bahwa keberadaannya selalu terancam.
Dengan mata berkaca-kaca, Martin melemparkan pandangannya ke arah luar.
Wajah Martin tampak sedang tidak baik-baik saja, ia memikirkan bagaimana nasib anaknya ditengah masalah serius yang sedang ia hadapi ini.
Namun lamunannya seketika terhenti, ketika seorang petugas klinik memberitahu bahwa Farrah telah sadar.
" Permisi Pak, pasien sudah siuman, Bapak bisa menemuinya sekarang. " Ujar petugas itu.
" Oh, iya, terima kasih sus. " Balas Martin seraya masuk ke dalam ruangan tempat Farrah diperiksa.
Tanpa berkata sepatah kata pun, Martin duduk di samping bed Farrah dan mengelus-elus kepala Farrah dengan tatapan penuh arti.
" Aku sudah enggak mual, kata dokter sudah boleh pulang. " Ujar Farrah.
Martin tampak menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Setelah mengurus pembayaran, Martin pun membawa Farrah pulang ke villa.
...***...
Setibanya di villa, Martin menggendong Farrah dan membaringkannya ke tempat tidur.
Martin pun kemudian duduk di kursi di samping tempat tidur, tatapan penuh arti Martin membuat Farrah salah tingkah.
" Apaan sih! " ucap Farrah sambil memukul lembut wajah Martin yang tengah memandangi dirinya.
" Kita akan punya anak, Farrah. " Gumam Martin dalam hati sambil memegang tangan kekasihnya itu.
Tak lama kemudian, Martin pun beranjak dan pergi ke kamar mandi.
Farrah yang belum menyadari bahwa dirinya hamil, sontak kaget ketika melihat dan membaca kertas hasil pemeriksaan dokter yang Martin letakan di atas meja lampu tidur di samping tempat tidurnya.
" 18 minggu. " Gumam Farrah dengan tangan tampak gemetar memegang kertas itu.
Ia kemudian memiringkan badannya dan menangisi apa yang terjadi.
Mendengar ada suara tangisan, Martin yang sedang mencuci muka di kamar mandi pun sontak keluar.
" Ada apa? " tanya Martin seraya menghampiri Farrah.
Farrah tidak menjawab, ia terus menangis sesegukan.
Seketika Martin tahu penyebab menangisnya Farrah, ketika ia melihat kertas hasil pemeriksaan oleh dokter itu sudah berada di tempat tidur.
" Jangan menangis!, kita berdua akan bertanggung jawab atas hal ini. Kita akan segera menikah. " Ucap Martin dengan nada serius.
Mendengar ucapan Martin, Farrah tampak sedikit lebih tenang, ia pun berhenti menangis dan segera mencuci mukanya.
...***...
Singkat cerita, keesokan harinya Martin mulai memikirkan untuk mengurus pernikahannya dengan Farrah.
Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk mengurus berkas pernikahan ke pemerintah setempat.
Setelah mandi dan mengganti pakain, Martin pun pamit keluar sebentar pada Farrah, ia berpesan pada Farrah untuk tidak membuka pintu jika ada orang yang datang selain dirinya.
" Aku akan keluar sebentar, jangan buka pintu jika ada orang yang datang kecuali aku. " Ujar Martin seraya mengambil kunci motor.
" Mau ke mana? " tanya Farrah.
" Mau cari yogurt sebentar. " Jawab Martin berbohong, ia tidak ingin memberitahu Farrah bahwa ia keluar untuk mengurus berkas pernikahannya dengan Farrah.
" Iya, Hati-hati di jalan. " Balas Farrah seraya duduk di sofa dan menyalakan TV.
Bermodalkan KTPnya dan KTP Farrah, dan dengan segala harapan, ia menancap gas motornya menuju tempat mengurus berkas pernikahan.
Ketika melintasi jalan yang agak sepi dan diapit hutan, 2 buah mobil berwana silver dan hitam menghadangnya.
Tampak beberapa orang keluar dari mobil itu, dua orang di antaranya adalah anak buah Baskoro yang pernah hendak menembaknya sewaktu di jakarta.
" Sedalam-dalamnya bangkai disembunyikan pasti akan tercium juga, hahaha. " Teriak anak buah Baskoro dengan tawa liciknya.
Martin menatap tajam mereka, seolah mengisyaratkan sesuatu.
" Apa lagi yang kalian inginkan?, gue hanya melakukan apa yang seharusnya gue lakukan. Dan ingat, Baskoro lah yang memulai semuanya. " Tegas Martin.
Merasa kalah sikap, anak buah Baskoro pun melepaskan tembakan ke arah Martin.
Berusaha mengelak, namun peluru tetap bersarang di tangan kiri Martin.
Dalam keadaan Bersimbah darah, Martin akhirnya dibawa paksa oleh segerombolan anak buah Baskoro itu.
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪