Seorang laki-laki yang berhasil mendapatkan pujaan hatinya dengan kelicikan yang dia lakukan
Di baca aja ya, silahkaaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Acara Reuni
"Woy! Ini gimana? Jadi nggak jelas begini?!."
"Iya! Balik aja gue! Buang-buang waktu!."
"Sial, harusnya gue nggak percaya sama si Niko, si Jenny..."
"Mereka pernah bikin pensi berantakan, sekarang sok ngadain reuni."
"Gue nyesal dateng kesini!."
"Woy! Kita udah jauh-jauh nih."
Berbagai suara keributan mulai terdengar, terutama dari gerombolan laki-laki. Mereka protes, karena acara yang sudah berlangsung tiga puluh menit itu berjalan tanpa kejelasan.
Setelah satu orang selesai memberi sambutan pada alumni yang datang, acara lambat laun menjadi tidak terkondisi. Panitia yang sudah dibentuk, pergi meninggalkan tempat acara secara diam-diam mengikuti ketua mereka. Seakan tidak bisa memegang tanggung jawab atas acara yang berlangsung. Membuat semua orang murka.
Dan entah apa yang terjadi disana. Yang jelas, mereka menganggap acara itu berlangsung tanpa persiapan matang. Rangkaian acara tidak berjalan semestinya. Andai kan hujan sudah berhenti, bisa dipastikan semua orang sudah pergi saat itu juga. Namun mereka masih menahan diri.
Disisi lain, teman-teman Adrian memintanya untuk mengambil alih acara tersebut. Mereka tahu, Adrian lebih berpengalaman dalam hal ini. Mengingat tiga tahun lamanya ia menjadi pemimpin organisasi, tentu sudah banyak berbagai jenis acara yang berjalan dibawah kendalinya.
Namun Adrian menolak. Ia pikir, ini bukan lagi masa nya, ini bukan lagi tanggung jawabnya. Dan Adrian sudah menduga hal ini akan terjadi. Sesuai dengan prediksinya.
Tetapi, teman-temannya itu meminta dengan tulus. Sebab, ini lah pertama kalinya mereka berkumpul kembali satu angkatan setelah lulus sekolah beberapa tahun lalu.
Dan akhirnya, Adrian pun setuju, ia membuat ulang setiap rangkaian acara dengan detail. Ia pun juga merekrut tim nya secara mendadak. Alhasil, acara itu berlangsung meriah. Acara hiburan seperti games, penampilan musik dengan berbagai genre, bercerita lucu dan kesan pesan, semuanya berjalan mulus, menghibur semua orang yang sempat merasa kecewa di awal kedatangan.
Hari mulai gelap, hujan sudah berhenti dan acara pun hampir selesai. Seluruh orang yang hadir sedang menikmati hidangan yang disajikan. Sebagian masih berada di tempat, sebagian lagi berkeliling melihat-lihat suasana setelah di guyur hujan, terasa dingin dan menyejukkan.
Adrian celingukan, kesibukannya membuat ia melupakan Airin. Ia pun segera mencari keberadaannya. Khawatir terjadi sesuatu karena istrinya itu sudah tidak lagi terlihat di posisi sebelumnya.
"Adrian?." Seorang perempuan memanggilnya dari belakang. Perempuan yang datang bersama tiga perempuan lainnya. Entah lah, Adrian tidak terlalu mengenal mereka.
"Kamu hebat, bisa bikin acara ini jadi seru."
"Iya. Padahal kita udah bad mood. Untung ada kamu."
"Ya udah...gue pergi dulu."
"Eh, tunggu." Salah satu dari mereka berhasil menarik jaketnya, mereka pun kompak mendekati Adrian.
"Nggak nyangka ya, Adrian makin ganteng."
"Iya! Idola kita di sekolah, sekarang makin ganteng, makin cool."
"Eh, jangan." Adrian menepis tangan salah satu perempuan yang hendak menggandeng lengannya.
"Adrian? Kamu makin ganteng.'
Tidak perduli lagi, Adrian langsung menghindar secepat mungkin. Menimbulkan gelak tawa dari teman-temannya yang sudah memperhatikan sejak tadi, "Idola katanya..."
"HAHAHA."
Adrian berfikir, ia sudah bebas setelah lepas dari sekumpulan perempuan itu. Namun lagi-lagi, ada perempuan yang memanggil namanya, Bella. Kalau sosok ini, ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
"Apa kabar?..."
"Lo datang sama Airin, kan? Dimana dia?."
"Gue nggak ada waktu buat basa-basi."
"Ok, ok. Nggak usah dingin gitu, lah. Lo lupa kita pernah kerja sama?."
"Ya Tuhan." Adrian bergumam, ia mengusap kasar wajahnya, "Lo pergi, deh. Gue nggak mau Airin ngeliat kita."
Bella celingukan, ia membawa Adrian bersembunyi dari orang-orang, "Lo tau, gue nyesal udah sekongkol sama lo buat bikin Airin sama Tommy putus."
"Kenapa?."
"Tommy gak mau terima gue sebagai istrinya!..."
"Bahkan dia gak mau ngakuin anaknya sendiri!." Bella mulai emosi, suaranya pun cukup lantang, membuat Adrian khawatir seseorang akan mendengar percakapan mereka.
"Nggak usah teriak, gue dengar..."
"Terus lo mau apa sekarang? Itu bukan urusan gue."
"Apa? Enak ya lo ngomong begitu? Sedangkan lo hidup bahagia sama Airin?."
"Heh, harusnya lo omongin sama Tommy. Kenapa ngadu ke gue?..."
"Airin sama Tommy itu beda, Airin udah move on."
"Tapi Tommy belum! Malah gue yakin, dia nggak akan pernah move on dari Airin."
"Itu bukan urusan gue."
"Adrian!." Bella menahan Adrian saat laki-laki itu hendak perg, "Apa lo nggak bisa bantuin gue?..."
"Gue udah bantuin lo dapetin Airin, kan?."
"Apa? Kita udah impas, gue dapetin Airin dan lo dapetin Tommy? Gue harus ngapain lagi?."
"Bantu gue biar Tommy bisa terima gue dan anaknya..."
"Dia kan sepupu lo. Lo kasih tau dia, lah."
"Ha? Serius, Bel? Itu urusan rumah tangga lo? Lo pikir gue nggak ada kerjaan?..."
"Lo urus lah sendiri." Adrian pun pergi meninggalkan Bella seorang diri.
"Kalo tau begini, lebih baik gue nggak sekongkol sama lo, Adrian..."
"Gue makin menderita nikah sama Tommy, sedangkan lo? Lo bahagia sama Airin..."
"Lo benar-benar nggak punya hati."
"Tom? Keliatannya Bella kesal banget?."
"Ssstt, jangan berisik." Tommy membungkam mulut Airin. Sadar posisi mereka yang saling menghimpit membuat keduanya mematung seketika,
"T-Tommy?..."
"Aku-"
"Ssst, diam dulu..."
"Bella jalan kesini." Tommy mendorong Airin sampai ke pojok, membuatnya semakin masuk kedalam celah sempit tempat mereka bersembunyi.
"Aku takut, kalo Bella ngeliat kita gimana?."
"Makanya, jangan berisik, Sayang."
"Hm?."
"Sorry, aku spontan tadi, hehe..."
"Masih kebawa kebiasaan lama." Ucap Tommy sambil tersenyum getir,
Airin termenung, ia tatap mata Tommy yang menunjukkan kesedihannya dengan jelas, "Tom? Kamu sedih?."
"Enggak. Aku nggak apa-apa."
"Aku kenal kamu, Tom. Aku tau gimana kamu sedih, marah, senang-"
"Iya, Rin...iya..."
"Aku sedih...setiap hari aku sedih..."
"Aku kangen kamu." Tommy memeluk Airin, kepalanya jatuh diatas bahu perempuan yang masih menjadi cintanya itu. Tommy menangis sejadi-jadinya.
Airin mulai bingung, apa yang harus ia lakukan?
"Tom?." Airin mencoba mengusap punggung Tommy agar membuatnya tenang,
"Jangan nangis..."
Aku minta maaf, ya."
"Ini bukan salah kamu, Rin." Tommy melepas pelukan mereka dan beralih mengusap air matanya,
"Udah, nggak usah dibahas." Tommy berusaha untuk tersenyum, ia mengusap lembut kepala Airin dan membawanya keluar dari tempat persembunyian mereka.
"Kamu kedinginan?." Tanya Tommy saat melihat Airin mengusap kedua lengannya. Ya, cuaca setelah hujan semakin dingin, ditambah hari yang juga semakin gelap, membuat angin semakin kencang.
Tommy berinisiatif, ia melepas jaketnya dan hendak ia pakaikan untuk Airin. Namun, tangan Adrian berhasil menahannya, Tommy pun mengurungkan niatnya itu.
"Nggak perlu repot-repot kasih perhatian ke Airin. Ada gue, suaminya."
"Oh, ya? Lo-"
"Gue nyariin, Sayang. Jangan jauh-jauh." Ucap Adrian sambil mengusap pipi Airin. Ia sengaja memutus ucapan Tommy sebelum membawa Airin pergi meninggalkan tempat mereka.
"Adrian, lo tunggu aja karma nya."
Setelah memakaikan jaketnya pada Airin, Adrian meminta istrinya itu untuk duduk dan menunggunya. Tidak lupa, ia sempatkan untuk mengambil segelas minuman dan makanan untuk Airin,
"Habisin..."
"Gue tutup acaranya dulu, jangan kemana-mana."
"Iyaaa."
Adrian pun kembali ke tempatnya, ia menutup acara reuni diiringi tepuk tangan meriah dari seluruh teman-temannya. Musik pun kembali di putar, semua terlihat menari di tengah. Saling berpelukan, membuat lingkaran, melompat bersama, semuanya larut dalam kegembiraan. Adrian dan tim nya sukses membuat acara yang berkesan.
Selesai acara, Airin dan Adrian langsung meninggalkan tempat. Hanya berdua, tanpa Tommy diantara mereka. Karena Bella memaksa Tommy untuk ikut pulang bersamanya.
Tiba dirumah, keduanya beristirahat sejenak sebelum membersihkan diri. Adrian terlihat duduk berleha-leha. Sedangkan Airin memberi makan ikannya.
Adrian menoleh, memperhatikan kegiatan istrinya, "Ikan nya mau makan, nggak?."
"Mau. Mungkin capek, jadi laper."
"Capek? Emangnya itu ikan habis ngapain?."
"Kan habis reuni, kecapekan ngurus acara reuni jadi laper."
"Hahaha, lo ngomongin gue, ya? Dasar."
Setelah menyelesaikan kegiatannya, Airin menghampiri Adrian, jemari lentiknya menyisir rambut hitam suaminya itu, "Mau aku bikinin apa? Teh atau susu?."
"Susu..."
"Tapi mau nya susu kamu, boleh, nggak?."
"Ck, jangan mulai, Adrian." Tangan Airin beralih meraih handuk dan ia berikan pada Adrian,
"Kamu mandi dulu, ya. Aku mau ke dapur."
"Ok. Makasih, Sayang." Adrian meninggalkan kecupannya di tangan Airin sebelum pergi memasuki kamar mandi.
Airin melangkah menuruni tangga. Niatnya untuk pergi ke dapur harus terhenti setelah melihat Henry keluar dari ruang kerja dengan kursi rodanya. Airin tercengang, apakah ia salah melihat? Bukan kah Papa mertuanya ini masih dalam perawatan dirumah sakit?
Berhenti di tengah tangga, Airin memperhatikan Henry yang sedang beralih menonton TV. Airin berfikir keras, apa sosok itu benar Henry atau hanya halusinasi nya saja?
"Tuan, ini teh nya." Ucap Mbak Ana saat menghampiri Henry. Airin pun bernafas lega, ternyata ia tidak salah melihat.
"Jadi itu beneran Papa? Huh, aku hampir jantungan."
Airin melanjutkan langkahnya. Suara sandal yang ia pakai membuat Henry menoleh dan tersenyum, "Nak? Airin?."
"Papa udah pulang dari rumah sakit? Kapan?."
"Tadi sore. Waktu Papa pulang, kamu dan Adrian tidak ada dirumah."
"Iya, kita lagi di acara reuni. Maaf nggak jemput Papa."
"Nggak apa-apa, Papa pulang sama Mama dan Mita, kok."
Henry mengubah posisinya, pria itu terlihat kesulitan mengambil cangkir teh nya. Airin pun membantu tanpa ragu, ia bantu Henry meminum teh nya.
"Jangan repot-repot, Nak. Papa bisa sendiri."
"Hmm, Papa juga jangan ragu minta bantuan Airin..."
"Oh, ya, Papa abis dari ruang kerja? Kan Papa baru pulang?..."
"Harusnya di kamar aja, Pa. Istirahat."
"Papa cuma sebentar kok, cek laporan dari kantor."
"Terus Tante Inez kemana, Pa?."
"Tante Inez? Mama?."
"Eum, iya, maksudnya Mama, hehe."
"Setelah antar Papa pulang, Mama pergi arisan. Katanya sudah ada janji, nggak bisa ditunda..."
"Sedangkan Mita, dia jalan sama pacarnya."
Mendengar pernyataan Henry, Airin menghela nafas panjang. Ada rasa kasihan dan tidak tega melihat kondisi Henry yang seperti ini. Dalam keterbatasan gerak, ia harus melakukan segala hal seorang diri. Inez dan Mita, sibuk dengan dunia masing-masing.
"Nak? Apa Adrian sudah tidur?." Pertanyaan Henry membuat Airin sadar sesuatu hal,
"Oh iya...lupa..."
"Airin kan mau bikin susu buat Adrian..."
"Airin juga mau kasih tau Adrian kalo Papa udah pulang. Adrian pasti senang..."
"Papa tunggu disini, ya."
"Hey, kamu bikin susu dan langsung tidur. Adrian pasti udah nunggu."
"Sebentar aja, Pa..."
"Papa tunggu, ya..."
Setelah membuat segelas susu, Airin bergegas kembali ke kamar. Di dalam, ia mendapati Adrian sudah terbaring pulas diatas tempat tidur. Airin tersenyum, ia taruh gelasnya diatas meja lalu menutupi tubuh Adrian dengan selimut.
Airin memandangi wajah tampan suaminya yang terlihat lelah. Ya, mengatur dan mengurus sebuah acara memang tidak mudah. Apa lagi, Adrian mengambil alih acara itu secara mendadak, harus memutar otak dan mengeluarkan tenaga lebih. Airin memaklumi itu.
Airin membungkuk, mengecup kening Adrian dengan lembut.
"Good night."
"I love you, hehe."
...•••••...
Bersambung...
Yuhuuu gimana chapter kali ini???.... Komen dong. Tak Komen maka tak Sayang hahahaha
jangan lupa tinggalkan jejak biar aku semangat update 💋 💝 💝 🖤
🧑 gak
👧aku cium y
🧑 ok
sumpah ini mereka knpa siihh 😭😭 mood bgt bacanya