Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 PPYD
Waktu sudah malam, Alesha dan kedua orang tuanya pun memutuskan untuk pamit. Edgar menarik tangan Alesha supaya dia berjalan di belakang bersama dirinya. "Terima kasih ya, sudah menerima perjodohan ini," bisik Edgar.
Alesha tidak menjawab, dia hanya tersenyum sebagai jawaban. Semuanya pun pamit, Edgar melambaikan tangan saat mobil Alesha mulai meninggalkan rumahnya. Alesha lagi-lagi hanya tersenyum malu, dia tidak menyangka kalau dia akan dijodohkan dengan laki-laki yang selama ini dia sukai.
***
Keesokan harinya.....
Edgar dan Alesha mulai dekat, bahkan di sekolah semua teman-temannya sudah tahu jika keduanya pacaran. "Al, kapan Edgar nembak kamu? kok tiba-tiba si Edgar mengumumkan kalau kamu pacarnya dia?" tanya Grace penasaran.
"Sebenarnya kita dijodohkan Grace, tadi malam kedua orang tua kita menjodohkan kita," sahut Alesha dengan senyumannya.
"Hah, serius kamu? gila ya, beruntung banget kamu Al. Biasanya orang yang dijodohkan itu 'kan tidak saling cinta tapi ini malah sebaliknya, bukanya menolak pasti kalian langsung setuju saja 'kan?" ledek Grace.
"Hehehe...." Alesha hanya menjawab dengan sengiran.
Tiba-tiba Edgar dan Wili datang, Edgar membawa minuman dan cemilan untuk Alesha. "Makanlah," ucap Edgar.
"Ih, jahat banget kok yang dikasih cuma Alesha sih, buat aku mana?" ketus Grace sembari mengulurkan tangannya meminta sesuatu kepada Edgar.
"Beli aja sendiri, tuh banyak di sana," sahut Edgar dengan cueknya.
"Yaelah mentang-mentang baru jadian, yang dikasih cuma Alesha doang," kesal Grace.
"Jangan marah, ini untuk kamu saja," ucap Alesha sembari memberikan coklat kepada Grace.
"Ih, kamu baik banget, terima kasih ya, Al," sahut Grace dengan bahagianya.
Dengan cepat Edgar langsung merampas coklat itu. "Ini coklat untuk pacar aku ya, jangan macam-macam kamu kalau mau, ambil aja sana sendiri," ketus Edgar.
"Astaga, pelit banget sih kamu," kesal Grace.
"Bodo, makanya punya cowok dong biar ada yang ngasih kamu makanan," ledek Edgar.
Alesha seketika mencubit paha Edgar. "Aw, sakit Al," keluh Edgar.
"Makanya kalau ngomong itu jangan sembarangan," kesal Alesha.
Tiba-tiba Wili bangkit dari duduknya. "Sudah-sudah, berisik banget. Tunggu, aku ambilkan coklat kaya Alesha, gitu aja ribet," ucap Wili sembari pergi untuk mengambil coklat.
Seketika semuanya terdiam, apalagi Grace. Dia belum pernah diperlakukan seperti itu oleh seorang cowok, karena selama ini dia kebanyakan dibuly. Walaupun dia anak orang kaya, tapi penampilan dan tubuh dia yang lumayan gendut membuat Grace minder.
"Ini, coklatnya. Sudah jangan berisik lagi," ucap Wili.
"Terima kasih, Wil," seru Grace malu.
"It's ok, santai saja," sahut Wili.
Waktu pulang pun tiba....
"Mau pulang bareng sama aku?" tanya Edgar.
"Enggak deh kayanya soalnya aku juga 'kan ada mobil," sahut Alesha.
"Gak apa-apa, nanti kamu tinggal bilang aja pulang bareng aku," ucap Edgar.
"Ishh... gak boleh kaya gitu, nanti Daddy marah kalau aku pulang gak sama sopir. Lain kali aja, sabtu minggu 'kan libur jadi kita bisa main," sahut Alesha memberi pengertian.
Edgar tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia harus nurut kepada Alesha. Karena jika dia membawa Alesha tanpa sepengetahuan Juan, maka Juan akan marah dan ditakutkan akan membatalkan perjodohan mereka. "Ya, sudah. Tapi nanti hari sabtu, aku mau ngajak kamu jalan ya ke Mall," ucap Edgar.
"Boleh, tapi tetap kamu harus minta izin dulu sama Mommy dan Daddy," sahut Alesha.
"Soal itu gampang," seru Edgar.
"Ya, sudah kalau begitu aku pulang duluan ya," pamit Alesha.
"Ok, hati-hati."
Alesha tersenyum lalu masuk ke dalam mobilnya.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat. Alesha dan Edgar menjalani hubungan layaknya remaja pada umumnya. Pada saat waktunya belajar mereka akan fokus belajar dan pada saat libur sekolah mereka akan memanfaatkan waktu untuk bermain dan jalan-jalan.
Handoko dan Juan memang bukan orang sembarangan. Sama-sama sukses dan kaya, maka dari itu semua orang tahu jika mereka sedang menjodohkan anak-anak mereka dan saat ini sudah menjadi rahasia umum. Seperti biasa, sabtu sore Edgar dan Alesha sedang nongkrong di sebuah Mall kali ini Grace dan Wili pun ikut.
"Enak bener ya, jadi kalian sudah dijodohin jadi gak capek-capek cari jodoh lagi," celetuk Wili.
"Iya, dong," sahut Edgar dengan sombongnya.
"Aku do'akan semoga kalian bisa sama-sama sampai maut memisahkan," ucap Grace.
"Aamiin." Semuanya menjawab serentak.
"Sudah sore, kita pulang yuk! seperti biasa, aku gak boleh main sampai lewat maghrib nanti Daddy bisa marah," ajak Alesha.
"Yaelah, kita sudah gede kali masa main aja dibatasi sih," keluh Wili.
"Jangan kaya gitu, orang tua itu memang benar. Remaja seperti kita itu gak pantas main sampai larut malam, gak baik," sahut Alesha.
Akhirnya mereka pun memutuskan untuk pulang. Grace dan Wili sudah pulang memakai mobil masing-masing yang dibawa oleh sopir mereka. Sedangkan Alesha pulang bersama Edgar.
Alesha dan Edgar menunggu sopir Edgar mengeluarkan mobilnya di tempat parkir. Dari kejauhan Edgar melihat ibu-ibu penjual bunga. "Al, kamu mau bunga gak?" tanya Edgar.
"Bunga apa?"
"Aku mau beli bunga si ibu itu dulu ya, kamu tunggu di sini," ucap Edgar sembari menunjuk ke seberang jalan.
"Oh, ok," sahut Alesha.
Edgar pun mulai menyebrang. Dia ingin membeli bunga untuk Alesha sekaligus menolong ibu penjual bunganya. Alesha tersenyum melihat Edgar yang sedang membeli bunga itu.
Setelah membeli bunga, Edgar melambaikan tangannya ke arah Alesha. "Buruan sini!" teriak Alesha.
Edgar mulai menyeberang, tapi dia tidak sadar jika dari arah kanan ada sebuah mobil yang melaju secara ugal-ugalan. Edgar tersenyum ke arah Alesha, dan dalam hitungan detik mobil itu langsung menyambar tubuh Edgar membuat Edgar terpental lumayan jauh. Alesha membelalakkan matanya, bahkan ponsel yang dia pegang pun sampai terjatuh.
"Edgaaaaaarrrr!" teriak Alesha.
Orang-orang mulai berkerumun. Alesha dan sopir pribadi Edgar berlari ke arah Edgar. Alesha menangis histeris melihat keadaan Edgar yang sudah penuh dengan darah.
"Pak, cepat bawa mobilnya!" teriak Alesha panik.
"Baik, Nona."
Alesha memangku kepala Edgar sampai darahnya pun penuh di rok Alesha. "Edgar, bangun Edgar!" teriak Alesha.
Alesha melihat bunga yang dia beli dipegang erat di tangan Edgar. Alesha semakin histeris, dan tidak lama kemudian sopir itu pun membawa mobil dan Edgar segera di bawa ke rumah sakit terdekat. Alesha ingin menghubungi orang tua Edgar dan orang tuanya tapi dia baru sadar jika ponselnya terjatuh dan lupa diambil saking paniknya.
"Ya, Allah ponsel aku lupa aku bawa," batin Alesha kesal.
"Pak, nanti tolong hubungi Om Han dan Tante Dini, ponsel aku terjatuh tadi," ucap Alesha.
"Iya, Non."
Air mata Alesha terus mengalir tidak henti-hentinya. "Ed, please bertahanlah," gumam Alesha.