Berondong Itu Adalah Suami Ku

"Assalamualaikum, halo kak," ucap Rendy dengan senyum cerah. Tapi, Kaniya tidak bisa menanggapi dengan senyum yang sama. Ia merasa panik dan berlari ke kamar nya karena penampilannya yang tidak rapi, hanya memakai celana ponggol sebatas lutut dan kaus oblong dengan rambut yang diikat asal.

"Kenapa Om Arya tidak bilang kalau ada Rendy? Malah tidak pake jilbab lagi, aduh!" Kaniya mengoceh kesal pada Om Arya, merasa malu dan tidak siap untuk bertemu dengan Rendy. Setelah berganti pakaian dengan gamis rumahan dan jilbab bergo, Kaniya keluar dari kamar dengan perasaan yang masih tidak enak.

"Kaniya, kamu om telepon kenapa tidak diangkat?" tanya Om Arya. Kaniya menjawab dengan santai, "HP kaniya lagi di cas om, makanya tidak aktif tadi, sempat lowbat soalnya." Sementara itu, Kaniya melihat Rendy sekilas, masih merasa kesal dan sakit hati pada dirinya. Ia tidak bisa melupakan postingan di grup kelas tentang Rendy dan Fika yang kabarnya akan bertunangan.

"Gimana kabar kakak?" tanya Rendy dengan senyum nya yg mencoba untuk memulai percakapan yang santai. Namun, Kaniya tidak ingin menanggapi dengan cara yang sama. Ia merasa kesal dan tidak ingin berbicara dengan Rendy

"Wah, Om bawa apa? Aku laper banget," ucap Kaniya dengan nada yang santai, mencoba mengalihkan perhatian dari pertanyaan Rendy. Ia tidak ingin berbicara tentang kabarnya, tidak ingin menunjukkan bahwa ia masih peduli dengan Rendy. Kaniya merasa bahwa Rendy sudah tidak peduli lagi dengannya, dan sekarang ia hanya ingin menjauhkan diri dari Rendy. "Sok sapa dia" pikir Kaniya, merasa bahwa Rendy tidak memiliki hak untuk menanyakan kabarnya setelah semua yang terjadi.

Rendy merasa tercubit hatinya ketika melihat Kaniya tidak menanggapi pertanyaannya dengan hangat seperti biasanya. Namun, ia tetap mencoba untuk tersenyum dan tidak menunjukkan kekecewaannya. Om Arya tidak menyadari adanya ketegangan di antara mereka dan melanjutkan percakapan dengan santai.

"Tadi Abah nelpon om, katanya kamu tinggal sendiri di rumah, sesekali diminta tolong lihatin kamu selama mereka tidak ada," ucap Om Arya. Kaniya hanya menjawab dengan singkat, "Hmm, ouh ya om, mau minum apa?" sambil tidak menatap Rendy.

"Om, air putih saja Niya, kalo Rendy?" tanya Om Arya pada rendy, Rendy melihat ke arah Kaniya, berharap mendapatkan perhatian darinya, tapi Kaniya sama sekali tidak melihatnya, sibuk memakan kue yang dibawa oleh mereka tadi.

"Rendy juga air putih aja kak," kata Rendy, mencoba untuk tetap bersikap normal. Namun, Kaniya bangun tanpa menjawab apapun, mengambil air putih untuk Om Arya dan Rendy. Rendy merasa bahwa Kaniya sengaja tidak menganggapnya ada, membuatnya merasa sedih dan kecewa. Ia tidak tahu apa yang salah, tapi ia merasa bahwa Kaniya sudah tidak peduli lagi dengannya.

Saat Kaniya sampai di dapur, ia tidak bisa menahan perasaannya lagi dan meneteskan air mata. Ia merasa sedih karena harus memperlakukan Rendy seperti itu, tapi ia juga tahu bahwa itu adalah cara terbaik untuk melindungi dirinya sendiri. Kaniya tidak ingin jatuh lebih dalam ke dalam perasaan yang sudah membuatnya terluka sebelumnya.

Ia menghapus air matanya dengan lembut mencoba untuk menghilangkan jejak kesedihan di wajahnya. Setelah itu, ia mengambil air putih untuk Om Arya dan Rendy, lalu kembali ke ruang tamu dengan berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan perasaannya.

Kaniya berharap bahwa dengan membatasi diri dari Rendy, ia bisa menghindari kesedihan yang lebih besar di masa depan.

Setelah 10 menit berbincang dengan Rendy yang hanya diam saja mendengarkan Kaniya dan Om Arya berbicara, Rendy sedikit segan melihat Kaniya yang seperti marah kepadanya. Om Arya kemudian memutuskan untuk pulang, "Yasudah om balik duluan yah, kamu yakin ga nginap dirumah om?" tanya Om Arya.

"Gak om, Niya dirumah aja," jawab Kaniya dengan singkat. "Baiklah om balik ya, tutup pintu nya, jangan biasakan pakai celana pendek saat buka pintu," peringatan dari Om Arya, dan Kaniya hanya mengangguk.

Rendy mencoba tersenyum sebelum keluar rumah pada Kaniya, tapi Kaniya enggan membalas dan hanya membuang wajahnya, seperti Rendy yang pernah melakukan padanya. Sampai mereka menghilang dari pandangan Kaniya, dan Kaniya menghela nafas panjang, menutup pintu dan kembali ke kamar untuk tidur, merasa lega bahwa semuanya sudah berakhir untuk hari ini. Namun, kesedihan dan kekecewaan masih menghantui pikirannya.

Pagi ini ,Kaniya bangun dari tidurnya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 . Ia merasa lelah dan tidak bersemangat untuk bangun dan berangkat kerja. Padahal, ia tidak melakukan apa-apa kemarin, tapi rasa lelah dan kelelahan masih menghantuinya.

Kaniya berpikir untuk mengambil cuti hari ini, tidak ingin pergi ke kantor dan menghadapi rutinitas sehari-hari. Ia merasa perlu waktu untuk memulihkan diri dan menenangkan pikirannya. Dengan rasa malas, Kaniya memutuskan untuk tetap di tempat tidur dan menikmati hari libur yang tidak terduga. Ia menarik selimut ke atas kepala dan mencoba untuk tidur lagi, berharap bisa menghilangkan rasa lelah dan kesedihan yang masih menghantuinya.