NovelToon NovelToon
Takkan Kubiarkan Kamu Menderita

Takkan Kubiarkan Kamu Menderita

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menerima Apa Adanya

"Nah berarti tanpa aku ajak pun pasti kamu juga datang kan ke pesta pernikahannya Indriana?" Arya Semana memandang Laila dari spion di depannya.

"Oh ya dong masa nggak datang kepernikahan kakak sepupu,"

"Tapi saat kuajak kamu seakan tak kenal dengan Indri,"

"Ya emang mau teriak-teriak masa, sih," tersenyum Laila, "hanya ibuku memang nggak datang dia mungkin masih ada sedikit sisa ingatan tentang Tante Ima yang juga dulu sempat menentang hubungan ayahku dengan ibu,"

"Tapi tantemu sudah berbaikan dengan ibumu, kan?"

"Ya sudah bagaimana pun ayahku secara cinta berat pada ibuku," tersenyum Laila, "Hanya aku kan nggak bisa paksa ibuku apalagi ibu gampang stress sejak adikku hilang, ya kurasa juga Tante Ima bisa mengerti,"

"Oh begitu,"

Sekarang aku ingin bertanya, Mas," giliran Laila yang teramat ingin tahu.

"Boleh," angguk Arya Semana.

"Tak keberatan?"

"Oh nggak dong,"

"Tapi mohon maaf marah nggak?"

"Aku akan jawab kalau memang aku bisa jawab," ujar Arya Semana.

"Tapi serius nggak marah?" Laila merasa ragu, tapi sungguh ingin bertanya.

"Lho belum nanya kok sudah bilang aku mau marah," tersenyum Arya Semana.

"Karena ini menyerempet masalah pribadi,"

"Oh ya?" Santai sikap Roy.

"Nggak jadi deh," akhirnya Laila memutuskan tak usah bertanya saja.

"Oh nggak bisa itu namanya plin plan," protes Arya Semana.

"Baiklah tapi jangan marah, janji?"

"Apa pun yang ingin kamu tanyakan baik itu urusan pekerjaan atau pribadiku yang terdalam sekali pun pasti aku jawab, bukankah dua orang yang berhubungan untuk melangkah ke masa depan harus saling terbuka dan tidak baik untuk menyembunyikannya,"

Apa yang dikatakan oleh Arya Semana membuat Laila tak ragu lagi dan tak khawatir Arya Semana marah.

"Ayo sayang mau tanya apa?" Arya Semana seperti tak sabar ingin tahu apa kira-kira yang ada dalam pikiran semakin hari semakin membuatnya suka itu.

"Baiklah," Laila menoleh pada Arya Semana.

"Siap," angguk Arya Semana.

"Masalah mbak Indri,"

"Oh." agak terkejut juga Arya Semana.

Laila mengawasi Arya Semana, "Gadis yang membuat Mas Arya mabuk berat malam itu, dan cincin yang dilempar kena kepalaku semua itu ada kaitannya dengan mbak Indri?" Laila memang pernah mendengar dari Indriana tentang kekasihnya yang anak pemilik Semana Group, bukankah anak pemilik Semana group hanya seorang?

"Kebetulan ya, dia," lalu tangan kiri Arya Semana meraih tangan kanan Laila, kebetulan lalu lintas agak padat saat mobil keluar dari tol.

Laila tak kuasa menarik tangannya dari genggam tangan Arya Semana.

"Ya itulah kisah yang sebenarnya, lalu ternyata hatiku justru tertarik pada sepupunya ..."

"Apakah Mas Arya berharap aku tak punya hubungan darah dengan mbak Indri?"

Arya Semana tiba-tiba agak mencondongkan kepalanya ke arah Laila dan sedetik kemudian dia menarik tangan Laila yang ada dalam genggamannya dan mencium punggung Laila lembut.

Laila terkejut dan reflek menatap Arya Semana yang juga menoleh.

Mata mereka bertemu dan segera Laila menarik tatapannya dengan dada berdebar.

"Tak ada yang harus dirubah dengan dirimu, karena kenyataannya kita tak bisa memilih harus terlahir dan menjadi kerabat siapa, kan?" dengan bijak Arya berkata, "Mari ke depannya kita saling menjaga hubungan ini jangan ternoda oleh apa pun, kamu sanggup, Laila?" Arya Semana menatap lekat gadis yang juga memandangnya. Kebetulan entah ada apa di depan sana. Sehingga semua mobil berhenti.

Laila mengangguk dan karena dadanya semakin berdebar jadi dia menarik tatapannya dari mata Arya Semana yang masih menatapnya.

Laila yak tahu jika saat ini Arya teringat pada perdebatan mereka sewaktu ada di kamar Arya bahkan posisi mereka sangat dekat satu dan lainnya, karena Laila berada di atas tubuh lelaki itu.

"Kamu ingat nggak waktu kamu menindih tubuhku di pagi hari setelah malamnya aku mabuk?" Arya Semana mengerling.

Beruntung Arya Semana harus segera menjalankan mobilnya karena kini arus laku lintas sepertinya sudah mulai lancar.

Laila tertawa kecil benaknya langsung terbayang peristiwa dirinya dituduh sengaja cari kesempatan oleh Arya Semana.

"Ya udah nolong eh dituduh mau mesum, yang ada dalam pikiranku waktu itu seandainya sampai ada aoa dengan kamu, Mas, celakalah aku, eh, malah seenaknya aku dituduh," tertawa Laila.

"Seberani itu kamu menolongku yang mabuk, ya," goda Arya Semana.

"Oh jangan salah seandainya dirimu waktu itu bukan Arya Semana mana berani aku, paling tidak karena tahu bahwa lelaki yang kutolong bukan orang berandalan ya sudah aku percaya bahwa aku tak akan dibawa ke komplotannya, aku juga memikirkan keselamatanku, dong .."

"Apakah kamu ada bayangan kita bakalan dekat?" pertanyaan Arya Semana mengalur begitu saja.

"Oh sama sekali setelah kamu mengantarkan aku ke rumah sudah lepas semua, dan aku tak berani berharap yang bagaimana?"

"Jadi yang kita berdua di atas tempat tidur hilang begitu saja dari ingatanmu?" Menoleh sesaat Arya Semana pada Laila.

"Aku tak mau mengingatnya karena aku juga kesal dituduh cari kesempatan,"

"Terus sekarang gimana kalau ingat peristiwa itu?" Sengaja Arya Semana ingin menggoda Laila.

"Agak malu juga, sih,"

"Kalau tahu aju bakalan suka dan jatuh hati padamu tak akan kubuarkan kamu turun dari badanku,"

"Ih serem ..." seru Laila tiba-tiba saja bulu kuduknya bergidik.

Arya Semana tertawa.

"Udah ah, Mas jangan menggoda aku," sungut Laila dengan wajah memerah, untung malam hari jadi perubahan pada wajahnya tak terlihat.

Jika Laila dan Arya Semana saat ini tengah bernostalgia dengan kenangan yang membuat Laila merasa malu, lain lagi dengan Riska yang kini berada di kamarnya.

Bayangan Arya Semana dan Laila di resepsi Indriana sangat melukai perasaannya. Dia ingat padahal waktu mengajak Arya Sana ke restaurant RSG dia sudah merangkul lengan Arya Semana dan Laila jelas melihatnya.

"Berarti dia itu suka menikung," sungutnya penuh rasa cemburu.

Riska tak mau menyerah begitu saja, apalagi hanya bersaing dengan seorang chef, pikirnya, tak akan kubiarkan dia terus menggoda Arya!

Pagi-pagi Arya sudah berada di rumah orang tuanya setelah dua hari masa libur kantor dia istirahat di rumahnya sendiri.

"Wah kapan balik Arya," sapa Sultan Semana saat melihat anaknya di ruang makan tengah sarapan dilayani oleh Saida Semana.

"Tadi Pa ada berkas di kamar untuk disalin sama Rudy."

"Sarapan, Pa," ujar Saida Semana.

Sultan Semana duduk dan langsung istrinya mengisi piring bagiannya dengan sarapan pagi.

Masuk Riska dan langsung ingin membuat profokasi begitu melihat Arya Semana.

"Pagi, Om, Tante ..." sapanya pada suami istri Semana.

"Pagi Riska," balas Sultan Semana.

"Ayo Riska duduk sarapan," ajak Saida Semana.

Riska duduk di kursi yang berhadapan dengan Arya Semana. "Wah semalam yang mendampingi kamu di pesta Indri Chef restaurant, kan?"

Arya Semana terkejut menatap Riska.

"Pantas ajah aju jemput kamu nggak ada nggak tahunya udah ada yang dampingi," goda Riska lagi sengaja supaya kedua orang tua lelaki itu tahu jika anak mereka tak mendampinginya ke pesta resepsi pernikahan Indriana.

Sultan dan Saida Semana saling tatap lalu melayangkan pandangannya pada Riska, "Jadi kamu sendirian ke resepsi itu, Riska?" Sultan Semana tampak penuh perhatian pada Riska.

1
🥔Potato of evil✨
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
Rosida0161: oke terima kasih sudah baca
total 1 replies
Eirlys
Ngangenin banget ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!