Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa Merestui
Elora dengan cepat mengambil segelas air putih dan memberikan kepada ibu mertua nya itu.
Tizza meminum air itu sampai habis. Mata tuanya menatap cucu kesayangannya itu dengan tatapan terluka. "Oma begitu menantikan hari pernikahanmu itu. Oma ingin sekali melihat kamu mengenakan pakaian putih sambil memegang bunga yang oma rangkai sendiri dari taman bunga oma."
Air mata Amezza langsung jatuh mendengar perkataan omanya. Evradt mengusap lengan Amezza yang dipeluknya. Ia kemudian menatap ketiga orang yang duduk di depannya.
"Jangan salahkan Amezza. Akulah yang salah karena aku yang memaksanya untuk menikah denganku. Aku begitu mencintainya sampai takut kalau Amezza akan direbut oleh orang lain." Evradt menuju ke tempat duduk Oma Tizza. Ia berlutut di sana sambil memegang kedua tangan Oma.
"Oma, aku tahu kalau aku sudah mengecewakan oma. Mengecewakan semua keluarga Gomez. Aku siap kalian hukum apa saja. Tapi jangan minta aku berpisah dengan Amezza. Aku tak bisa."
Enrique memejamkan matanya sebentar. Ia menatap putrinya dengan tatapan kecewa. Bukan seperti ini pernikahan yang ia inginkan. Namun ia juga ingat bagaimana dulu saat menikah dengan Amezza. Apakah ini hukum karma? Bukankah ia dan mama Amezza dulu menikah juga secara diam-diam.
Elora, mama Amezza, nampak diam. Ia tahu kalau putrinya itu tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Lelaki itu pasti telah memikat hatinya. Dan Elora tahu bagaimana rasanya jatuh cinta.
Sementara Amezza hanya bisa tertunduk sambil meneteskan air mata. Ada rasa takut dan juga rasa bersalah karena sudah melukai hati orang tuanya.
Tangan Tizza terangkat dan memegang kepala Evradt. "Jika memang kamu berjanji akan menjaga Amezza dengan baik, aku merestui kalian walaupun dengan berat hati."
Evradt mencium tangan Tizza. "Terima kasih nyonya."
"Panggil aku dengan sebutan oma."
"Oma."
Amezza bernapas lega saat oma memberikan restunya. Ia menatap kedua orangnya.
Enrique menarik napas panjang. "Kalau kalian sudah menikah, papa mau bilang apa lagi? Walaupun sebenarnya pernikahan pertama di keluarga ini harus dilaksanakan secara khusus. Seperti dulu mama dan papaku menikahkan adik perempuanku."
Air mata Amezza kembali berlinang. Evradt pun berdirindari hadapan Tizza lalu kini berlutut di hadapan Enrique dan Elora yang memang duduk berdampingan.
"Terima kasih sudah mengijinkan aku bersama dengan Amezza."
Enrique menepuk bahu Evradt dengan lembut sedangkan Elora hanya bisa menangis. Sebagai ibu, hati kecilnya mengatakan kalau ini terlalu cepat dan nampaknya tergesa-gesa. Mengapa putrinya mau menikah dengan seseorang yang baru dikenalnya? Elora hanya diam. Resti rasanya terlalu sulit diberikan oleh wanita itu.
*************
Setelah membuka pernikahan rahasia diantara mereka, Nuna pun sudah menyiapkan makan malam untuk mereka.
"Oma ingin ada resepsi pernikahan di perkebunan ini agar tradisi keluarga boleh tetap dilakukan." ujar Tizza.
"Apapun itu akan ku lakukan, Oma. Rencananya juga setelah kami pindah ke Paris, aku juga akan mengelar resepsi di sana."
Saat makan bersama, Elora lebih banyak diam. Dia bahkan nampak tak berselera menikmati makan malam.
Selesai makan malam, Evradt pamit untuk kembali ke kota.
"Sayang, aku akan menjemput mamaku makanya harus kembali ke kota." ujar Evradt.
"Kamu masih punya mama? Bukankah mama dan papamu sudah meninggal?"
"Papaku memang sudah meninggal namun mamaku belum. Mereka berpisah saat aku berusia 3 tahun."
"Jadi kamu masih punya mama?"
"Iya, sayang. Besok aku ingin memperkenalkan kalian. Kalau boleh, besok malam kita akan adakan acara makan malam."
"Aku sebenarnya masih ingin kamu ada di sini." kata Amezza dengan wajah sedih.
"Besok kan kita akan bertemu." Evradt memeluk istrinya itu. "Aku juga masih ingin bersamamu sayang. Namun aku juga harus menjemput mamaku. Setelah besok malam, aku tak akan pernah membiarkan kamu berpisah dariku."
Amezza tersenyum senang. Walaupun hatinya sedih, ia rela melepaskan suaminya kembali ke Madrid.
***********
Keesokan harinya, keluarga Amezza berangkat ke Madrid. Mereka menggunakan helikopter bersama Oma Tizza juga.
Amezza juga mengajak opa Elroy (papa dari mamanya). Sayangnya istri muda opanya tak bisa ikut karena sedang menemani anak mereka liburan ke Indonesia.
Sesuai dengan alamat yang Evradt kirimkan, mereka tiba di sebuah mansion mewah yang ada di pinggiran kota Madrid.
Evradt sendiri yang membukakan pintu bagi mereka. Mereka kemudian diarahkan untuk masuk ke ruang tamu.
"Mamaku sedikit lagi akan keluar." kata Evradt lalu meminta pelayan untuk menyajikan kue dan kopi atau teh.
"Selamat datang semuanya .....!"
Elroy, Enrique, Amezza, Tizza dan Elora menoleh ke arah suara itu.
"Ini mama ku." kata Evradt dengan bangga menggandeng tangan wanita berusia setengah abad itu.
"Astaga....., Vania?" pekik Elora dengan wajah tenang.
"Ibu mertua mengenal mama saya?" tanya Evradt kaget.
"Mama mengenal mamanya Evradt?" tanya Amezza senang. Gadis itu segera melangkah mendekati Vania.
"Saya Amezza. Istrinya Ev."
Vania menjabat tangan Amezza dengan senyum manis.
"Saya senang saat tahu kalau Ev menemukan seorang wanita hebat dari keluarga yang baik-baik." Vania memeluk Amezza dengan lembut. "Selamat datang di keluarga kami, nak."
Enrique, Elora, Elroy, dan Tizza terlihat tegang.
"Maaf, aku tak mengatakan sebelumnya. Mamaku baru saja keluar penjara pagi ini. Dia difitnah sehingga harus hidup terpisah jauh dariku. Papaku sampai menceraikannya dan menikah lagi dengan orang lain. Namun komunikasi ku dengan mama tak pernah putus. Setiap 3 bulan sekali, setelah aku dewasa, aku mengunjunginya di penjara." Evradt memegang tangan Amezza. "Sayang, kamu tak keberatan kan dengan status mamaku sebagai seorang mantan narapidana?" tanya Evradt.
Amezza menggeleng. "Tidak sayang. Dan aku yakin kalau keluargaku juga tak akan keberatan. Iya kan?" Amezza menetap keluarganya.
"Maaf, boleh aku bicara denganmu, Vania?" tanya Elora yang terlihat begitu gelisah.
"Tentu saja, sayang. Kita adalah sahabat lama." Vania mempersilahkan Elora untuk masuk ke ruang kerjanya.
"Apa maksud mu dengan semua ini?" tanya Elora saat mereka sudah berada di dalam ruangan dengan pintu yang tertutup.
"Maksud kamu apa, sayang?" tanya Vania pura-pura bingung.
"Kamu sengaja kan menyuruh anakmu untuk mendekati anakku? Pantas saja mereka menikah secara diam-diam dan begitu cepat. Kamu sudah merencanakan ini semua kan?" tanya Elora dengan suara yang sedikit meninggi.
"Maksud kamu apa? Aku juga sangat terkejut saat tahu kalau anakku menikah dengan putrimu."
Elora tersenyum sinis. "Aku tahu kelicikan mu. Tak akan kubiarkan anakmu menyakiti anakku." Elora langsung keluar dari ruangan itu. "Ayo kita pulang!"
Amezza jadi bingung. "Ada apa, ma?"
"Pulang Amezza! Kamu tidak boleh menikah dengan anak dari musuh bebuyutan keluarga Gomez. Tidak! Tak akan pernah ku ijinkan." Elora dengan cepat menarik tangan putrinya dan melangkah pergi.
Yang lain pun segera pergi mengikuti langkah mereka.
Vania tersenyum manis namun tatapannya tajam. Ia menatap putranya. Putra yang ia dapatkan dari hubungan gelapnya dengan pengusaha asal Perancis itu.
"Mereka membawa lari istrimu, nak." ujar Vania.
"Tenang saja, ma. Amezza sudah kumiliki baik hati dan tubuhnya."
Vania menatap putranya. "Kamu sudah tidur dengan Amezza? Lalu Gaby bilang apa? Bukankah Gaby adalah istri sah mu?"
"Selama ada uang mengalir di rekening Gaby, maka semuanya ya aman."
Vania menggandeng tangan putranya " Bencilah gadis itu walaupun dia cantik. Karena sebenarnya adalah racun."