NovelToon NovelToon
Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Nikah Ekspres Jalur Ekspedisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kara_Sorin

Namira, wanita karier yang mandiri dan ambisius terpaksa menjalani pernikahan paksa demi menyelamatkan nama baik dan bisnis keluarganya. Namun pria yang harus dinikahinya bukanlah sosok yang pernah ia bayangkan. Sean, seorang kurir paket sederhana dengan masa lalu yang misterius.
Pernikahan itu terpaksa dijalani, tanpa cinta, tanpa janji. Namun, dibalik kesepakatan dingin itu, perlahan-lahan tumbuh benih-benih perasaan yang tak bisa diabaikan. Dari tumpukan paket hingga rahasia masalalu yang tersembunyi. Hingga menyeret mereka pada permainan kotor orang besar. Namira dan Sean belajar arti sesungguhnya dari sebuah ikatan.
Tapi kalau dunia mulai tau kisah mereka, tekanan dan godaan muncul silih berganti. Bisakah cinta yang berbalut pernikahan paksa ini bertahan? ataukah takdir akan mengirimkan paket lain yang merubah segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12_Jejak yang Belum Usai

Pagi itu terasa biasa. Langit Jakarta bersih, dan sinar matahari menembus tirai tipis di ruang makan. Sean seperti biasa duduk di ujung meja dengan secangkir teh tawar. Namira baru saja selesai meeting daring dari ruang kerjanya. Rambutnya masih diikat rapi, wajahnya sedikit letih.

Ponselnya berbunyi pelan. Getarannya memecah keheningan.

“Bima - 1 Pesan Baru”

Namira tertegun. Nama itu... menghantam memorinya seperti gelombang yang datang tanpa aba-aba. Satu pesan pendek yang datang tiba-tiba.

“Apa kabar, Mir? Aku baru kembali dari London. Bisakah kita bertemu?”

Sean yang duduk berseberangan tak sengaja melihat layar ponsel itu saat Namira hendak mengunci kembali. Ia tidak berkomentar. Tapi gerakan tangannya yang biasanya tenang kini tampak lebih kaku saat mengambil cangkirnya.

Namira menyadari tatapan singkat itu. Ia memasukkan ponsel ke tas kerja tanpa berkata apa-apa. Lalu berdiri.

“Aku ke kantor dulu,” katanya singkat.

Sean hanya mengangguk.

“Hati-hati.”

Sesingkat itu. Tapi ada sesuatu yang berubah di udara. Sesuatu yang tak kasat mata namun terasa nyata.

Sepanjang perjalanan, jantung Namira berdebar lebih kencang dari biasanya. Ia membuka kembali pesan dari Bima. Tangannya sempat hendak mengetik balasan... lalu menghapusnya.

Kenapa dia muncul lagi sekarang? Setelah bertahun-tahun? pikir Namira.

Kenangan tentang Bima tidak pernah benar-benar padam. Mereka pernah bertunangan

secara tertutup, tanpa pesta, tanpa pengumuman resmi. Hubungan itu menggantung, tidak pernah ada kata putus, tapi juga tidak berlanjut.

Saat Bima memutuskan mengambil MBA di London dan menghilang perlahan dari komunikasi, Namira memilih untuk fokus membangun karier. Ia mengira dirinya sudah selesai dengan masa lalu itu. Tapi nyatanya... luka yang dibiarkan tanpa penutup masih bisa perih dan yang membuat semuanya lebih rumit, kini ada Sean. Pria yang tidak punya latar belakang seperti Bima, tapi justru menghadirkan ketenangan yang tak pernah ia temukan di pelukan siapa pun sebelumnya.

***

Malam hari, Namira pulang lebih awal dari biasanya. Apartemen sunyi. Ia melepas blazer, meletakkan tas, dan menemukan Sean sedang duduk di balkon tempat yang akhir-akhir ini jadi titik temu sunyi mereka.

“Kamu sudah makan malam?” tanya Namira sambil duduk di kursi sebelah.

“Sudah. Aku masak sendiri tadi sore,” jawab Sean, datar.

“Kenapa kamu diam saja sejak tadi pagi?”

Sean tidak langsung menjawab. Ia memandangi lampu-lampu kota di kejauhan sebelum berkata, “Itu bukan urusanku.”

Namira mengerutkan kening.

“Apa maksudmu?”

Sean menoleh, matanya menatap dalam.

“Namira... aku tahu itu bukan hakku. Tapi aku lihat tadi pagi. Nama di layar ponselmu. Bima.”

Hening. Namira tidak menyangka Sean akan menyebutnya begitu langsung.

“Dia mantan tunanganku,” jawab Namira akhirnya.

“Kami tidak pernah benar-benar putus.”

Sean mengangguk.

“Jadi kamu masih menyimpan perasaan?”

“Aku tidak tahu,” kata Namira jujur.

“Dia muncul tiba-tiba. Seperti... membuka kotak yang selama ini terkunci rapat.”

“Lalu apa yang kamu rasakan sekarang?”

Pertanyaan itu menggantung lama di udara.

“Aku bingung, Sean. Dulu aku pikir dia pasangan ideal. Kami cocok dalam banyak hal, karier, ambisi, keluarga. Tapi dia pergi tanpa penjelasan, dan aku... aku tidak tahu apakah yang kami punya dulu itu cinta atau hanya bentuk kecocokan di atas kertas.”

Sean menunduk, tangannya mengepal.

“dan sekarang kamu ragu?”

“Bukan ragu. Aku sedang mencoba memahami... perasaanku sendiri. Aku menikah dengan kamu dalam kondisi terpaksa. Tapi aku juga sadar, akhir-akhir ini, kamu bukan sekadar orang asing bagiku.”

Sean terdiam. Angin malam meniup rambutnya pelan.

Lalu ia berkata pelan, “Aku tidak akan memaksamu memilih apa pun. Tapi kamu harus tahu, aku bukan Bima dan aku juga tidak akan jadi dia.”

Namira menoleh.

“Maksudmu?”

“Aku tidak akan hadir untuk kemudian menghilang. Tapi aku juga tidak akan berjuang untuk seseorang yang hatinya tidak yakin. Kalau kamu masih menyimpan ruang untuk dia... aku tidak akan menghalangi.”

Kata-kata Sean tajam, tapi tidak ada kemarahan di sana. Hanya kejujuran.

Namira memejamkan mata.

“Kamu tahu, Sean? Justru kejujuran kamu yang membuat aku merasa lebih aman dari siapa pun.”

Beberapa hari berlalu. Namira belum membalas pesan Bima. Tapi pikirannya penuh. Ia menjadi lebih pelupa, lebih mudah cemas di kantor, dan tak bisa tidur nyenyak.

Suatu malam, ia menerima satu pesan lagi dari Bima.

Aku hanya ingin bicara. Sekali saja. Setelah itu kamu bebas memutuskan apa pun. Kita punya cerita yang belum selesai.

Namira menatap layar itu lama. Kemudian, untuk pertama kalinya, ia membicarakannya dengan Nina, sahabat yang selalu cerewet tapi punya intuisi tajam.

“Kamu gila kalau masih mikir balikan sama Bima,” kata Nina saat mereka bertemu di kafe.

“Dia cuma ingin bertemu, Na. Bukan ngajak balikan.”

Nina memutar matanya. “Nam, dia ninggalin kamu tanpa penjelasan, ingat?! dan sekarang kamu udah menikah. Bahkan kalau itu cuma kontrak atau nikah paksa, tetap aja itu status. Kamu harus jaga perasaan Sean."

“Sean tidak pernah mempermasalahkan apa pun.”

“Justru itu,” Nina menatap serius.

“Laki-laki diam justru yang paling dalam lukanya. Kamu pikir dia tidak terganggu dengan kemunculan Bima?”

Namira terdiam.

“Nam... aku tahu kamu terbiasa membuat keputusan berdasarkan logika. Tapi hubungan... kadang butuh keberanian untuk jujur pada perasaan yang mulai tumbuh.”

Namira menatap cangkir kopinya yang hampir kosong.

Lalu berkata lirih, “Aku hanya takut. Takut membuka hati... dan disakiti lagi.”

“Kamu harus percaya, Nam. Kadang cinta datang bukan dengan gemuruh. Tapi lewat perhatian diam-diam, lewat cara seseorang berdiri di sampingmu saat kamu rapuh, seperti Sean.”

***

Malam itu, di apartemen, Namira berdiri di ambang pintu balkon. Sean sedang menulis sesuatu di buku catatannya.

“Kamu sering menulis?” tanya Namira pelan.

Sean menoleh. “Kadang. Menulis bisa bantu aku berpikir.”

“Boleh aku tahu... apa yang kamu tulis?”

Sean menatapnya sejenak, lalu menutup bukunya perlahan.

“Tentang hal-hal yang tidak bisa aku katakan.”

Namira melangkah pelan mendekat. Duduk di kursi seberang.

“Aku belum balas pesan dari Bima,” kata Namira akhirnya.

Sean tidak bereaksi.

“Aku tidak tahu kenapa aku bilang ini ke kamu. Tapi... aku hanya tidak mau kamu salah paham.”

Sean mengangguk.

“Kamu tidak harus jelaskan apa pun.”

“Tapi aku mau,” potong Namira.

“Aku... mulai menghargai keberadaan kamu di hidupku. Bukan karena status, bukan karena kontrak. Tapi karena kamu adalah satu-satunya orang yang bisa membuat aku merasa damai, bahkan saat dunia di luar terasa terlalu ribut.”

Sean menatapnya lama. Ada sesuatu di matanya, seperti kilau kecil yang hampir padam, kini menyala lagi.

“Kalau kamu bertemu Bima... dan setelah itu kamu merasa dia yang kamu cari, aku tidak akan menahan. Tapi sampai saat itu, izinkan aku tetap di sini. Sebagai suamimu, meski hanya sementara.”

Namira tersenyum tipis.

“dan jika nanti aku... memutuskan bertahan?”

Sean menarik napas dalam.

“Maka mungkin, salah satu syarat dalam kontrak itu harus kita hapus.”

Mereka saling berpandangan dalam diam dan di balik kaca balkon, langit malam tak lagi gelap sepenuhnya. Ada bintang kecil yang mulai muncul. Isyarat bahwa bahkan dalam keraguan, harapan tetap bisa tumbuh.

1
NurAzizah504
jgn takut melawan kebenaran /Good/
NurAzizah504
/Determined//Determined//Determined/
NurAzizah504
semoga kalian baik2 saja
Kara: aamiin 🤲🤣
total 1 replies
NurAzizah504
keliatan bgt sean benar2 yakin kali ini
Kara: harus yakin 😁
total 1 replies
NurAzizah504
eh eh eh
NurAzizah504
akhirnya /Sob/
NurAzizah504
bakalan menggemparkan bgt ini
NurAzizah504
mantap. kalo disebar, pasti bakalan cepat viral
Kara: memanfaatkan opini publik 😂 sebagai senjata
total 1 replies
NurAzizah504
awas kalo ninggalin nam nam lagi
NurAzizah504
syukurlah sean udh sadar /Sob/
NurAzizah504
meleleh aku, makkk
NurAzizah504
sen-sen mu itu lohhh
Author Sylvia
yang sabar ya sean, Namira itu banyak banget yang harus dipikirin.
kl kmu sayang ke Namira, kamu harus ekstra sabar dalam menyikapi Namira.
Author Sylvia
capek banget jadi Namira, keluarganya nggak ada yang peduli sama beban yang ada di pundaknya.
Riddle Girl
ceritanya keren, dari pembawaan, dan alur, bikin pembaca ikut merasakan suasana dalam cerita.
Kara: waah terimakasih sudah mampir dan mendukung ☺
total 1 replies
Riddle Girl
aku kasih bintang 5 ya, Thor. semangat nulisnya/Smile//Heart/
Kara: siap 👌
total 1 replies
Riddle Girl
mawar mendarat, Thor. ceritanya bagus/Smile/
Kara: terimakasih sekali dukungannya❤
total 1 replies
Riddle Girl
waahhh Namira yang biasanya tidak peduli kok bisa penasaran?/Grin//Chuckle/
Riddle Girl
mulut Namira sarkas juga yaa/Sob//Facepalm/
Riddle Girl
bener banget, mah ini. sampai ada kata "Lo cantik, Lo aman.", waduhh kasian orang-orang burik macam saya/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!