Berkisah tentang Alzena, seorang wanita sederhana yang mendadak harus menggantikan sepupunya, Kaira, dalam sebuah pernikahan dengan CEO tampan dan kaya bernama Ferdinan. Kaira, yang seharusnya dijodohkan dengan Ferdinan, memutuskan untuk melarikan diri di hari pernikahannya karena tidak ingin terikat dalam perjodohan. Di tengah situasi yang mendesak dan untuk menjaga nama baik keluarga, Alzena akhirnya bersedia menggantikan posisi Kaira, meskipun pernikahan ini bukanlah keinginannya.
Ferdinan, yang awalnya merasa kecewa karena calon istrinya berubah, terpaksa menjalani pernikahan dengan Alzena tanpa cinta. Mereka menjalani kehidupan pernikahan yang penuh canggung dan hambar, dengan perjanjian bahwa hubungan mereka hanyalah formalitas. Seiring berjalannya waktu, situasi mulai berubah ketika Ferdinan perlahan mengenal kebaikan hati dan ketulusan Alzena. Meskipun sering terjadi konflik akibat kepribadian mereka yang bertolak belakang, percikan rasa cinta mulai tumbuh di antara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Diserbu Wartawan
Sesampainya di penthouse mereka, Alzena dan Ferdinan tampak begitu bahagia, raut wajah mereka seolah memancarkan ketenangan.
Ferdinan segera meletakkan jasnya di kursi dan melonggarkan dasi sambil memandang Alzena yang sibuk membuka kerudung dan menata barang-barangnya di meja.
"Aku akan mandi dulu, setelah itu kita sholat bersama," ujar Ferdinan sambil berlalu ke kamar mandi.
Alzena mengangguk sambil tersenyum kecil, lalu segera ke dapur untuk menyiapkan cemilan favorit suaminya. Ia mengupas beberapa buah segar dan menata kue kecil di atas piring. Kemudian, ia menuangkan jus jeruk dingin ke dalam gelas tinggi.
Setelah selesai membersihkan diri, Alzena mengenakan mukena dan menggelar sajadah. Ferdinan yang sudah rapi dalam pakaian santainya juga bergabung. Mereka melaksanakan sholat maghrib bersama dengan khusyuk, suara lirih doa-doa mereka mengisi kehangatan malam.
Usai sholat, Ferdinan duduk di sofa ruang tengah, menikmati pemandangan kota yang terlihat dari jendela besar penthouse mereka. Alzena membawa cemilan dan jus ke meja, lalu duduk di samping Ferdinan.
"Cemilan untuk tuan besar," ucap Alzena bercanda sambil menyodorkan piring ke arahnya.
Ferdinan tertawa kecil, lalu meraih piring tersebut. "Terima kasih, nyonya kecil," balasnya, membuat Alzena tersipu.
Alzena keluar dari kamar dengan anggun, mengenakan dress panjang berbahan satin berwarna emerald yang berpadu dengan hijab senada, dihiasi aksen sederhana namun elegan. Perhiasan berlian yang pernah diberikan Ferdinan melengkapi penampilannya, membuatnya tampak seperti seorang putri.
Ferdinan, yang sedang duduk di ruang tamu mengenakan setelan jas hitam rapi, menoleh dan sejenak tertegun. Matanya terpaku pada Alzena, tak dapat menyembunyikan kekagumannya.
"Kamu... luar biasa malam ini," ucap Ferdinan dengan nada lembut, berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Alzena.
Alzena tersenyum kecil, sedikit salah tingkah. "Terima kasih, kamu juga tampak sangat tampan," balasnya sambil merapikan dasi Ferdinan.
Ferdinan menatapnya dalam, lalu menawarkan lengannya. "Ayo, kita berangkat. Aku ingin semua orang tahu betapa beruntungnya aku memiliki kamu."
Alzena hanya tersenyum, menggandeng lengannya dengan anggun. Mereka turun bersama ke mobil mewah Ferdinan yang sudah menunggu di depan penthouse.
Di sepanjang perjalanan, Ferdinan terus melirik Alzena, sesekali tersenyum sendiri. Alzena yang menyadarinya hanya tersipu malu, namun dalam hati ia merasa bahagia dengan perhatian suaminya malam itu.
"Kenapa kamu melihat aku terus, ada yang aneh ya dari wajah aku?"Alzena mengernyitkan keningnya.
" Ha ha ha,enggak kok, aku cuma kagum sama kecantikan kamu."Ferdinan mengulum senyumnya. Alzena hanya tersipu malu memalingkan wajahnya dari Ferdinan.
Sesampainya di tempat pesta, semua mata langsung tertuju pada pasangan tersebut. Alzena yang sederhana namun memukau, berdiri dengan percaya diri di samping Ferdinan yang tampak gagah. Mereka masuk bersama, mencuri perhatian banyak tamu yang hadir, seolah malam itu adalah panggung mereka.
Alzena terkejut mendengar kerumunan wartawan di lobi hotel saat mobil mereka tiba. Sorotan kamera dan suara pertanyaan keras tentang hubungan Ferdinan dengan Katerine membuat suasana menjadi tegang.
Ferdinan segera menginstruksikan Farrel, asistennya, untuk membawa Alzena ke ruang ballroom melalui pintu belakang agar tidak bertemu dengan wartawan. "Farrel, pastikan Alzena aman dan jauh dari mereka," ucap Ferdinan dengan nada tegas.
Farrel dengan sigap membuka pintu mobil untuk Alzena dan berkata, "Bu Alzena, ikuti saya. Kita akan masuk dari pintu lain."
Alzena, yang terlihat gugup, mengangguk dan mengikuti Farrel. Mereka melewati lorong-lorong hotel yang sepi, menghindari pandangan siapa pun. Sementara itu, Ferdinan menghadapi kerumunan wartawan di lobi.
"Tuan Ferdinan, apa benar hubungan Anda dengan Katerine masih berlanjut?"
"Bagaimana tanggapan Anda soal podcast Katerine yang menyebut Alzena sebagai istri pengganti?"
Dengan wajah dingin, Ferdinan menjawab singkat, "Saya tidak akan menanggapi rumor tidak berdasar. Malam ini, saya di sini untuk menghadiri acara penting bersama istri saya. Tolong hormati privasi kami."
Setelah memberikan pernyataan itu, Ferdinan langsung berjalan menuju ballroom, menyusul Alzena.
Di dalam ballroom, Alzena masih terlihat resah, meski Farrel berusaha menenangkannya. Ketika Ferdinan akhirnya tiba, dia mendekati Alzena dan memegang tangannya.
"Kamu nggak perlu khawatir. Aku akan selesaikan semuanya," ucap Ferdinan lembut, menatap Alzena penuh keyakinan. Kata-kata itu yang masih terdengar di telinga Alzena.
Alzena hanya mengangguk, mencoba tersenyum meskipun hatinya masih dipenuhi kecemasan. Pesta malam itu terasa seperti ujian besar bagi hubungan mereka di tengah sorotan media.
"Iya,"
Alzena duduk di meja VIP, berusaha menikmati suasana pesta, meskipun perasaannya belum sepenuhnya tenang. Namun, ketenangannya terganggu saat beberapa wanita di meja dekatnya mulai menatap sinis dan berbisik-bisik, suara mereka cukup keras untuk didengar.
"Lihat itu, wanita yang katanya perebut kekasih Katerine. Berani sekali dia datang ke pesta seperti ini," ucap salah satu dari mereka dengan nada mengejek.
"Iya, pasti dia cuma istri pelarian. Mana mungkin Ferdinan benar-benar cinta sama dia," sahut wanita lainnya sambil tertawa kecil.
Alzena mendengar semua itu. Hatinya terasa tertusuk, tapi dia mencoba tetap tenang dan menjaga harga dirinya. Dia mengambil napas dalam-dalam, menegakkan punggung, dan tidak menanggapi hinaan tersebut. Fedinan sedang bersama para kolega bisnisnya.
Alzena merasa haus dan ingini mengambil minuman.
Namun, salah satu dari mereka sengaja mendekat ke meja Alzena, berpura-pura ingin mengambil sesuatu, lalu berkata pelan tapi tajam, "Seharusnya kamu tahu diri. Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan datang ke tempat ini."
"Iya, kamu tahukan tuan Ferdinan itu sangat serai dengan nona Katerine terus ngapain kamu rebut Ferdinan dari Katerine?jelas-jelas Ferdinan mereka akan menikah." Seorang wanita dengan ketusnya.
Alzena menggenggam gelasnya dengan erat, menahan emosi yang mulai membuncah. Namun sebelum dia sempat bereaksi, suara tegas Ferdinan terdengar dari belakang mereka.
"Apa ada masalah di sini?" Ferdinan berdiri dengan aura dingin dan tatapan tajam ke arah para wanita itu.
Wanita yang tadi menghina Alzena langsung terdiam, wajahnya memerah karena malu. Ferdinan melanjutkan, "Jika tidak, saya harap kalian menjaga sopan santun. Tidak ada yang berhak memperlakukan istri saya seperti itu."
Semua wanita itu terdiam, beberapa terlihat gugup dan langsung pergi menjauh. Ferdinan beralih ke Alzena, menatapnya dengan penuh perhatian.
"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya lembut, duduk di sampingnya.
Alzena mengangguk pelan, meskipun matanya terlihat berkaca-kaca. "Aku baik-baik saja," jawabnya.
Ferdinan memegang tangannya dan berkata dengan suara rendah namun penuh ketegasan, "Mulai sekarang, nggak ada yang boleh merendahkan kamu. Aku akan pastikan semua orang tahu siapa kamu sebenarnya."
Kata-kata itu membuat hati Alzena sedikit lega. Malam itu, meski penuh tantangan, Ferdinan membuktikan bahwa dia ada untuk melindungi Alzena.
"Iya mas, aku ... baik-baik saja."Alzena tersenyum menatap nanar wajah suaminya.
Tiba-tiba saja terdengar suara dari arah depan mereka berdiri. "Wah wah kau sedang melindungi wanita munafik ini ya tuan Ferdinan Allarick?"
bersambung....