NovelToon NovelToon
Remuk Hati, Bidadari Papah!

Remuk Hati, Bidadari Papah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Naik Kelas / Keluarga / Persahabatan / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / trauma masa lalu / bapak rumah tangga
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Cici Hardi

seorang anak yang berjuang untuk kembali bersekolah setelah lama sakit jiwa dan membawanya pada harapan bisa menjalankan tugas sebagai anak didik disekolah impian bersama teman-temannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Hardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Hadiah Dari Jakarta Oleh Papah

Mana orang-orang ya? Aku sengaja tidak menceritakan kedatanganku pada istri dan anak-anak. Aku memikirkan untuk memberi mereka kejutan manis. Adanya aku dirumah, tanpa mereka ketahui sebelumnya, dan yaa tentu membuat mereka sangat kaget oleh kedatanganku tiba-tiba.

Aku yakin anak-anak pasti bermain kerumah tetangga. Rumah berlokasi dekat lautan tentu, anak-anakku suka bermain dipinggiran laut bersama teman-temannya. Aku akan mencari mamanya saja dulu, kemungkinan istriku ada di dapur, biasa ibu rumah tangga. Hehehe.

"Assalamualaikum mamah, sayang." Sapaku padanya semanis mungkin, untuk membuatnya makin tergila-gila dengan suaminya yang tampan ini.

"Waalaikumsalam papah. Kapan tiba dirumah? Kenapa tidak mengabari sebelumnya pah? Gimana kerjaannya disana pah? Apa semuanya berjalan dengan baik?" Tanya istriku dengan beruntungnya.

"Kalau kerjaan papah, berjalan lancar dan sangat baik mah. Mengenai alasan tidak memberitahu kalian kabar kepulangan papah? Papah sengaja memberi kalian kejutan manis. Apa kamu menyukainya mah?" Tanyaku pada istriku untuk melihat ekspresi wajah yang akan diberikan.

"Mamah tentu, merasa kaget dengan kedatangan papah tiba-tiba. Kalau papah, menanyakan aku suka kejutan yang papah berikan? Aku sangat menyukainya dan ingin...?" Kataku menutup mulut dan tidak melanjutkan ucapan yang tertahan. Jika sampai mengatakannya akan sangat malu nanti.

"Apa itu mah? Kenapa tidak melanjutkan ucapan yang tadi. Papah jadi penasaran? Apa lanjutan kata-kata mamah tadi." Jawabku dengan menatap lekat manik mata istri dalam menyelami isi pikirannya.

"Mamah salah ucap tadi pah. Papah jangan berpikir yang macam-macam ya? Hehehehe, biasa ibu rumah tangga." Jawabku asal padahal aku hampir saja berkata' aku merindukan sentuhan bibirnya yang kenyal itu'."

"Tidak apa-apa mah. Mana anak-anak? Mereka pergi bermain?" Tanyaku padanya dengan setenang mungkin. Sebenarnya aku mencari Dilla anakku, putri rajaku, bidadari kecil papah, untuk memberi dia hadiah.

"Anak-anak sedang bermain dirumah tetangga. Ari biasa pah, main gitar bersama teman-temannya. Kalau Handi bermain dipinggir laut dan berenang katanya bersama teman-temannya. Kalau si kecil bungsu? Aku baru saja menyusuinya dan dia tertidur pulas di ayunan. Kalau si Ferdi lagi bobok juga, sehabis main mobilan."

"Kalau Dilla mah? Dimana dia?" Tanyaku pada istri dengan menahan diri untuk tetap bersabar.

"Ooh Dilla? Sampai lupa! Dua putri kita pah, Dilla dan Nilla, ada dibelakang halaman rumah. Mereka sedang bermain pasir-pasiran pah."

"Terimakasih ya mah. Aku mau menemui mereka dulu." Ku ayunkan kakiku menuju belakang rumah. Namun, terhenti oleh ucapan istriku yang katanya aku disuruh tunggu sebentar.

"Pah tunggu! Papah baru saja tiba. Mamah mau membuatkan teh hangat dulu, dan menyajikan cemilan diatas meja untuk papah nikmati. Biar aku yang memanggil anak-anak masuk rumah. mereka perlu membersihkan diri karena sebentar lagi waktu sore tiba." Sahutku menenangkan pikiran suami sejenak, agar dia rileks dari perjalanan jauhnya.

"Baiklah mah. Setelah mereka selesai mandi, tolong beritahu Dilla, bahwa papanya perlu bicara dengannya."

"Baik pah. Mamah pamit dulu ke dapur." Ucapku berlalu ke dapur.

Serangkaian pengolahan cemilan aku selesaikan dengan lihai, dan tinggal membuat teh manisnya. Alhamdulillah selesai juga pekerjaan memasaknya. Aku akan mengantarkan teh manis dan cemilan ke suami tercintaku. Semoga saja dia tetap mencintai istrinya dengan segala pengorbananku selama ini.

"Pah, ini aku sajikan dimeja. Diminum pah!" Ucapku pada suami yang terlihat sedikit melamun dan senyum-senyum sendiri. Mudah-mudahan suamiku masih waras dan akalnya masih berfungsi dengan baik.

"Eeh mamah, maaf papa hanya tidak bisa menahan diri untuk tertawa. Mamah jangan pikir aku sedang tidak waras ya? Aku hanya membayangkan gimana nanti, Dilla menemui papahnya, dan apalagi aku akan memberi dia hadiah."

"Hadiah apa yang papah kasih ke Dilla?"

"Itu mah, keperluan dia sekolah. Papah pernah janji, bakal belikan dia kebutuhan sekolahnya. saat papah tahu, Dilla kembali sekolah."

"Mamah boleh tahu? Papah kasih apa ke Dilla?"

"Boleh kok mah. Ada didalam koper besar itu! Nanti kita buka bersama-sama dan melihat isinya."

"Itu sama saja. Papah bermain rahasia-rahasia. Papah gak asyik deh."

"Hehehe, istriku lucu kalau sedang ngambek pura-pura. Papa makin cinta aja deh." Kekeh Ku melihat tingkah lucu istri tercinta.

"Baik pah. Aku sudah tidak sabar, mau melihat isi koper besarnya. Tunggu disini pah! Aku mau panggil mereka untuk mandi dulu. Setelahnya mereka akan kesini dan kita membuka isi kopernya bersama-sama."

"Baik, aku tunggu sayang!"

"Dilla, Nilla! Main pasir-pasirnya disudahi ya nak. Mamah ingin kalian membersihkan diri dengan mandi dan setelahnya kalian ditunggu diruang tamu. Papah sedang menunggu kalian disana."

"Papah sudah pulang mah?" Tanyaku dengan mata berkaca-kaca. Kemungkinan aku begitu merindunya setelah satu minggu berlalu saat papah pergi ke Jakarta.

"Benarkah kak? Papah sudah pulang?" Tanya adikku Nila dengan senyuman manisnya.

"Iyaa dik, papah sedang menunggu kita. Makanya mamah, menyuruh kita mandi dan menemui papah setelah membersihkan diri."

"Ayo kak! Kita mandi bareng-bareng." Refleks adikku mengambil lenganku untuk dirangkulnya dan kami memasuki rumah bersama-sama.

"Ok anak-anak, mamah tunggu kalian diruang tamu dan jangan lama-lama ya mandinya."

"Iya mah." Jawab mereka berbarengan dan berlalu kekamar mandi.

"Mamah, mereka sudah main dan bersiap-siap mandi?" Tanyaku untuk menghilangkan kebosanan menunggu mereka selesai bermain.

"Mereka sementara mandi pah, sebentar lagi akan selesai dan menemui kita disini."

"Iya papah akan sabar menunggu mereka mah. Duduk disini saja mah!" Ucapku sembari menemani aku yang lama menunggu putri rajaku, bidadari kecil papah.

"Papa kenapa gak bilang-bilang sih? Mau pulang hari ini?" Gemes ku dan mencubit perut suamiku sedikit kencang.

"Auw.. auw mah, kenapa kamu cubit papa segala sih? Lihat nih! Perut papa ada bekas cubit mu."

"Mana aku lihat! Gak ada apa-apanya kok? Ini hanya bekas kecil dan tidak lama akan hilang. Kamu ya pah? Jangan manja-manja seperti anak kecil."

"Siapa yang mau bermanja-manja, kamu istri yang menyebalkan hari ini. Papah sedikit marah padamu."

"Papa ii kayak anak kecil, cubitan kecil itu aja, marahnya mengalahkan anak kecil. Heheheh."

"Kamu senang ya aku marah? Apa mau aku anggurin? Mau?!"

"Apa-apaan sih papah. Ya dee, mama minta maaf." Mengangkat kedua tangan menyimpulkan permohonan maaf.

"Ok, ok papah maafin." Mendekap istri dari belakang dan memeluknya erat.

"Papah!" Ucap anakku Dilla, saat hendak mendekatiku yang sedang bermesraan dengan mamanya. Kami mulai mengurai pelukan seiring langkah kecil anak-anak semakin mendekat saja.

"Sayangnya papah, Putri rajaku, Bidadari kecil papah. sini nak dekat papah!" Menepuk-nepuk sofa di sampingku.

"Nilla, duduk juga nak sama mamamu."

"Papa ada hadiah buat Dilla? Apa Dilla senang mendengar, papa memberi hadiah?"

"Hadiahnya apa dulu?"

"Hadiahnya ada dalam koper besar itu? Aku menunjuk koper besar dihadapan kami.

"Buka aja pah. Dilla mau lihat. Kira-kira apa isinya ya? Hadiahnya bagus kan pah?"

"Ya dong, papah khusus beli dari Jakarta."

"Benarkah? Dilla beruntung loh? Dapat oleh-oleh hadiah dari Jakarta?"

"Iya lah putri tersayang papah."

"Baiklah kita akan mulai membuka kopernya ya anak-anak. Satu, dua, ti..ga! Aku membuka dari resleting tengah koper. Hadiahnya sudah tampak Dimata kami semua. Sebuah tas bergambar Pooh semangka, berwarna hijau, dan berbentuk koper kecil dan beroda dua.

Aku lihat mata Dilla anakku, wajahnya berbinar-binar cerah, mata yang berkaca-kaca seakan-akan menahan tangis bahagia. Sesederhana itu kebahagiaan si bidadari kecil papah. Akupun tidak bisa menahan haru serta bahagianya.

"Ini hadiah Dilla! Apa kamu senang nak?" Kataku sembari memakaikan tas itu di badannya.

"Aku senang pah. Hadiahnya sangat cantik." Jawabku dengan senyum tak kenal untuk selesai.

"O ya papa juga punya satu lagi? Apa Dilla mau hadiah lagi?"

"Cukup pah. Ini saja sudah syukur. Papah, mana hadiah untuk Nilla adikku? Dia juga baru masuk SD?"

"OK, papah juga ada hadiah buat adikmu. Tunggu ya! Papah mau ambil dan memberikannya."

"Tada! Ini tas buatmu nak. Apa kamu suka?"

"Suka pah. Tasnya cantik, dan gambarnya Frozen yang aku sukai. Makasih ya pah." Jawab adikku dengan riangnya.

"Sama-sama anak-anak."

"Ini Dilla sayang! Sepatu baru untukmu. Semoga anakku suka ya? Hehehe."

"Sepatunya kebesaran pah. Tidak muat di kaki kecil Dilla."

"Tidak apa-apa nak. Simpan saja, nanti setelah lulus SD baru digunakan."

"Makasih ya pah."

"Sama-sama sayang." Papah mendekat dan memelukku dengan erat.

"Tunggu pah! Uang dalam kantong depan tas, uang siapa ya pah?" Tanyaku heran pada papah dan mempertanyakan uang yang di tas yang jadi milikku.

"Uang itu milikmu, papah sengaja memasukkannya dalam tas, biar anak gadisku ini, bisa jajan disekolah."

"Kenapa papah memberi aku uang, dan uang buat Nilla adikku? Mana pah?"

"Kalau Nila adikmu, nanti dikasih sama mamah nak. Aku memberi uang itu, karena papah percaya sama Dilla, anakku akan menggunakan uang itu dengan sangat baik."

"Aku juga bakal membaginya dengan Nila adikku pah. Apa papah setuju?"

"Baiklah putri raja papah, apapun keputusan bidadari kecil papah. Iya papah setuju nak! Asalkan anak tersayang ku ini bahagia.

"Makasih ya pah."

"Hmm."

"Handi? Kenapa mematung disitu nak? Masuklah dan bergabung bersama kami disini."

"Papah kapan pulang? Kenapa papah tidak ada kabar?"

"Maaf nak, papah sengaja buat kejutan untuk kalian. Handi senang kejutan dari papah?"

"Handi senang pah." Jawabku asal padahal aku mengumpat tentang apa yang ada dihadapan. Aku benci Dilla dengan tas barunya, aku melihatnya begitu bahagia dan wajahnya begitu cerah.

"Pah, apa ada oleh-oleh dari Jakarta?" Tanyaku lagi untuk melihat jawaban papaku.

"Maaf nak, oleh-olehnya hanya makanan ala khas daerah jakarta. Kerupuk dan kue-kue kering lainnya.

"Lalu? Tas yang digendong Dilla itu? Bukan oleh-oleh pah?"

"Itu hadiah buat Dilla adikmu, papah pernah janji, bakal belikan dia kebutuhan sekolahnya. Saat papah ingat, papah sudah ada di Jakarta, sekalian papah belanja disana."

"Baik pah aku mau istirahat dulu. Aku masih capek habis dari luar." Aku berlalu dengan kecewanya, dan aku berjanji akan memberi pelajaran Dilla.

"Lihat saja nanti Dilla! Kamu akan mendapat balasan yang layak, untuk sikap manja-manja mu itu. Aku berjanji kamu akan menangis darah atas semua hinaan yang aku terima ini." Gumamku sambil membaringkan badan diatas tempat tidur

1
pal ishwaroppo97@gmail.com
lanjut
pal ishwaroppo97@gmail.com: bagus
pal ishwaroppo97@gmail.com: bagus
total 2 replies
Layla
Buat saya, ini sih cerita yang harus masuk ke dalam top chart semua platform.
Cici Hardi: terimakasih saudara
total 1 replies
Oralie
Ngakak terus-terusan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!