mengisahkan seorang ketua osis yang juga menjadi ketua geng buly di sekolah nya. Yang gemar membuly temannya yang lemah.
Karena ketampanannya, iya banyak disukai oleh para siswi di sekolah nya. Tapi sayang nya, tidak ada yang berhasil menduduki hatinya.
Hingga pada suatu hari, seorang cewek gendutlah yang menjadi pemenang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon heila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Roni
Semenjak hantu Kania datang, Roni sering bermimpi di datangi oleh hantu Kania. Bahkan, Roni merasa tidak betah tinggal di rumah Kania. Roni mengutarakan keinginannya untuk pindah dari rumah Kania.
"Ma.. rumah ini sudah tidak aman untuk kita ma.. mending kita pindah yuk ma.."
"Pindah, pindah.. pindah kepalamu peang? Memangnya kita mau pindah kemana?" Sungut Marni.
"Mending kita pindah ke rumah kita yang dulu ma.. rumah peninggalan papa.. Di sana lebih aman, bebas dari hantu.." Ucap Roni.
"Aduh Roni.. kamu sudah lupa apa? Rumah itu sudah mama jual buat bayar hutang mama.. kita sudah ga punya rumah.. kamu mau tinggal di kolom jembatan kalau pindah dari sini?"
"Ya, ga gitu juga ma.. kita ngontrak aja ya ma.. yang penting ga ada hantunya.." Ucap Roni.
"Dasar banci! Laki-laki kok takut hantu.. Ga ada hantu disini.. itu hantu nyasar yang datang ke sini.. bukan hantu Kania.." Marni tetap mengelak.
Sebenarnya Marni juga takut. Takut kalau hantu Kania datang lagi. Hanya saja Marni menepis rasa takut itu.
"Roni.. daripada kamu ketakutan seperti ini, mending kamu masuk lagi ke sekolah kamu yang dulu!" Ujar Marni memberi saran.
"Sekolah yang mana ma?"
"Yang sekolah elit lah Roni.. sekolah mana lagi kalau di kota.. Masak mau sekolah di kampung lagi.. lagian di sana banyak cewek-cewek cantik yang bisa kamu deketin kan?" Ucap Marni.
"Iya juga ya ma.. Di sana juga ada Pinky yang cantik.." Ucap Roni.
****************
Roni kembali masuk ke sekolah elit itu. Niat Roni kembali ke sekolah bukan untuk belajar. Tetapi ingin mendekati Pinky.
"Kira-kira, kalau Aku dekati Pinky.. Pinky bakal kesemsem gak yah? Secara kan penampilanku sudah berubah dan menjadi lebih tampan.." Pikir Roni.
Roni berjalan menuju ke ruang kelas. Iya berjalan melewati lorong-lorong tiap-tiap kelas. Roni menjadi pusat perhatian banyak orang.
Iya sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. Rasa percaya diri hingga menjadi besar kepala muncul dalam hati Roni.
"Kenapa mereka semua melihat ke arahku ya? Oh.. apa jangan-jangan, mereka semua terpesona dengan ketampanan Aku ya? Wah.. kalau seperti ini, bisa-bisa.. jadi idol Aku nih.." Pikirnya kepedean.
Secara tidak sengaja, iya berpapasan dengan Laura. Roni sempat terkejut melihat Laura. Iya menjadi tertegun dengan kecantikan wajah Laura. Roni memandang diri Laura dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Gila.. cantik banget ini cewek.. Pinky aja kalah sama ini cewek.." Pikirnya.
Laura memandang Roni dengan tatapan sinis.
"Ngapain liatin Aku begitu?" Ucap Laura.
"Oh.. ga apa-apa.. maaf, silahkan lanjutkan perjalanan." Ucap Roni salah tingkah.
"Aneh!" Ujar Laura ketus.
Yah, memang Laura sangat kesal dengan laki-laki satu itu. Ingin sekali Laura menimpuk wajahnya Roni dengan sepatunya. Namun, untuk saat ini tidak bisa iya lakukan. Karena Laura tidak ingin Roni menjadi curiga dengan dirinya.
Sebuah ide muncul dalam pikiran Laura.
"Hem.. Aku tau apa yang harus Aku lakukan sekarang. Tunggu saja Roni.." Gumam Laura.
.
.
Bel tanda masuk kelas sudah berbunyi semua siswa di sekolah itu beramai-ramai masuk ke kelasnya masing-masing. Termasuk juga dengan Roni. Roni masuk ke dalam kelas dengan santainya. Iya tidak menyadari akan ada sesuatu di bangkunya.
Roni mulai duduk di bangkunya. Guru kelas juga mengikuti masuk ke dalam kelasnya. Guru kelas memerintahkan untuk membuka mata pelajaran sesuai jadwal.
Tanpa disengaja, Roni menemukan sesuatu yang ada dalam tasnya. Sebuah kertas yang berisi tulisan dengan warna merah seperti darah.
Sebentar lagi karma akan menghampiri kamu manusia licik! Kamu tidak akan bisa lolos dari saya!
Kata sebuah tulisan di kertas itu. Seketika Roni langsung melempar kertas itu sambil berteriak.
"Hantu!" Seketika pandangan mereka tertuju ke arah Roni. Termasuk juga dengan guru kelas itu.
"Ada apa ini? Roni, apa kamu tidak tau kalau ini jam pelajaran dimulai? Harusnya kamu tidak bersuara keras!" Tegur guru kelas.
"Ada yang mencoba teror saya pak.." Ucap Roni.
"Teror bagaimana? Siapa yang teror kamu?" Tanya guru kelas itu.
"Hantu Pak.. iya, saya diteror oleh hantu.." Ucap Roni.
"Mana ada hantu disiang bolong begini? Kamu jangan mengada-ada Roni.. aneh-aneh saja kamu ini.." Ujar guru kelas tidak percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Roni.
"Kalau bapak tidak percaya, lihat saja kertas itu pak.. di situ ada sebuah tulisan dengan warna merah darah. Siapa lagi kalau bukan hantu pak?" Ujar Roni sembari menunjuk sebuah bulatan kertas yang telah dilempar oleh Roni.
Guru kelas itupun mengambil bulatan kertas itu. Lalu iya membuka bulatan kertas itu dan ingin membuktikan sendiri apakah yang dikatakan oleh Roni itu benar atau hanya alasan Roni saja.
Guru itu pun mulai membuka kertas itu. Tak lama, guru kelas itu. melihat ke arah Roni.
Roni sudah menduga bahwa apa yang dikatakan olehnya benar.
"Bagaimana pak? Betul kan apa kata saya?" Ujar Roni dengan pedenya. Guru kelas menurunkan kertas itu dan berkata.
"Tidak ada apa-apa dalam kertas ini. Kamu hanya mengada-ada Roni.." Ujar guru kelas itu.
"Loh pak.. tapi kan, memang tadi ada tulisan di kertas itu pak.." Ucap Roni tetap bersi-keras dengan penjelasannya.
"Tulisan mana yang kamu maksud? Jelas-jelas kertas ini kosong. Kamu hanya berhalusinasi saja." Ucap guru kelas itu sembari memberikan kembali kertas itu kepada Roni.
Roni juga melihat kertas itu. Dan memang benar bahwa di dalamnya tidak ada apa-apa. Roni masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Ga mungkin, ga mungkin tulisannya hilang begitu saja! jelas-jelas saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa kertas ini berisi tulisan yang menuju teror. Pak tolong.. percaya sama saya.. saya tidak mengada-ada.. saya mengatakan yang sebenarnya pak.." Ucap Roni berusaha meyakinkan guru.
"Sudah cukup halusinasi kamu Roni! Kamu sudah membuang-buang waktu saya! Sekarang juga kamu saya hukum!" Ucap guru kelas itu.
"T- tapi pak?"
"Tidak ada tapi-tapian. Hari ini kamu tidak usah ikut pelajaran saya. Keluar kamu!" Ucap guru kelas itu mengusir Roni.
"Pak.. saya tidak berbohong.. tolong percaya sama saya pak.." Roni tetap bersi-keras untuk melakukan pembelaan terhadap dirinya.
"Keluar!" Ucap guru itu dengan nada keras.
Seketika Roni terdiam. Iya pun keluar dari kelas dan menjalani hukuman yang diberikan oleh guru itu.
Laura yang menyaksikan adegan itu. Tersenyum puas. Karena rencananya kali ini berhasil.
"Mampus kamu Roni.. makanya, jadi orang ga usah sok.." Gumam Laura.
buat celakain Kania